71. Meragu

648 73 15
                                    

"Allahuakbar-Allahuakbar"

Azan magrib akhirnya berkumandang setelah bunyi beduk yang lebih dulu terdengar sebagai penanda waktu berbuka puasa telah tiba.

Hari ini memasuki puasa ke-6 dan ruang TV Akinda hanya diisi oleh Syahrez, Juna, Booby, Dino dan Junior. Sisanya pada buka puasa di luar. Fenomena seperti ini sudah biasa di Akinda sejak semuanya sudah bekerja. Biasanya ruang TV akan ramai di awal Ramadhan saja. Dari hari pertama hingga hari ketiga. Sisanya hanya beberapa orang yang buka puasa di kosan.

Menu buka puasa hari ini juga udah nggak sevariatif kemaren. Menunya cuma kolak pisang, es teh manis dan tahu bulat. Yang lagi makan juga ogah-ogahan makannya karena sepi. Sepi orangnya, sepi menunya. Kasian.

"si Ochi kemana bang?" tanya Juna sambil menyuap semangkok kolak pisangnya.

 Walaupun seorang non muslim, Juna sejauh ini nggak pernah absen ikut sahur dan berbuka puasa. Kalau sahur, alasannya dia ikut kebangun karena suara-suara berisik di dapur umum. Belum lagi si Dika kalau buka tutup pintu kamarnya kayak lagi berantem sama orang. Di banting-banting mulu. Kan Juna jadi kebangun.

Syahrez menggedikkan bahunya, "nggak tau. Tadi cuma Dika sama Malik yang laporan nggak bisa buka di kosan." Jawabnya sambil menyantap bukaannya dengan lahap.

"si Dika katanya dapat jadwal full sampe malam takbiran kan ya?" celetuk Junior.

Kemaren Dika main ke kamarnya sekalian curhat. Dika dapat job ngurusin dua acara sekaligus di stasiun TV barunya itu. Program siang dan program berbuka puasa. Dan karena kerjaannya yang double itu, Dika dipastikan nggak bakalan bisa berbuka puasa lagi di Akinda sampai malam takbiran nanti. Sebenarnya Dika mau protes, tapi gajinya dinaikin 2 kali lipat. Ya mana sanggup protes kan jadinya? Kapan lagi Dika pas lebaran punya uang 2 digit di rekeningnya? Hahaha

"ih nggak asik!" protes Dino mendengar info dari Junior.

"makin sepi aja nih kosan" tambah Booby

Syahrez dan Juna menghela nafas serentak. Mereka berdua sebenarnya juga sedih sama keadaan yang sekarang. Beda banget suasananya waktu mereka semua masih sama-sama mahasiswa dulu. Waktu itu dari sahur sampai buka puasa mereka selalu bareng. Tarawih juga bareng. Sekarang ya boro-boro kan? Punya kesempatan kayak gitu di hari pertama kemarin aja udah bersyukur banget.

"emang dulu gimana?" tanya Junior sebagai pendatang baru.

"dulu tuh seru banget bang Jek. Walaupun makanannya nggak sebanyak sekarang, tapi semua pada ngumpul. Bang Willy, Bang Joshua sama Bang Syahrez sering banget ngasih kita subsidi. Hahaha" Dino tertawa sendiri mengenang kebersamaannya bersama anak-anak Akinda yang sudah hampir 9 tahun bersama itu.

"lu inget nggak sih Din, waktu bang Malik balik ke rumahnya terus kita nggak tau mau masak apa buat sahur, akhirnya si Ochi sotoy masak telor dadar..." Booby ikutan mengulik cerita masa lalu mereka.

"HUAHAHAHAHA" Syahrez yang daritadi nggak begitu semangat, tiba-tiba ngakak sendiri mengingat cerita yang lagi dibahas Booby

"anjir! Hahahaha yang kita makan telor dadar rebus kan? Hahaha" ujar Juna sambil ketawa

Booby dan Dino udah cekikikan berdua, sementara Junior malah kayak orang bingung. Kan jaman itu dia belum ada disini.

"telor dadar direbus maksudnya gimana?" tanyanya heran

"bang Ochi tuh masih ngantuk tapi udah harus sahur, dia ngasal nuang air ke dalam wajan bang. kirain minyak taunya air. Terus dimasukin telor sama dia...... jadi telor dadar rebus" jelas Dino selaku saksi mata di tempat kejadian.

Junior menatap mereka semua ngeri, "terus kalian makan?"

Semuanya mengangguk sambil tertawa, "makan bang. Semua telor yang tersisa dimasak sama bang Ochi. Mau nggak mau kita makan...."

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang