Pukul 06.00 pagi kediaman Malik mulai ramai didatangi para pelayat. Adik laki-laki satu-satunya, Danang yang dalam beberapa waktu terakhir ini dirawat di rumah sakit jiwa semalam menghembuskan nafas terakhirnya. Kondisi Danang yang mengalami kecanduan alkohol sebenarnya mulai membaik. Apalagi sejak dipindahkan ke RSJ yang berada di Jakarta namun kemarin sore, Danang kembali bertingkah. Rasa kecanduan dan kerinduannya pada minuman keras itu muncul lagi. Ia mengamuk sampai harus diamankan petugas rumah sakit jiwa tempat ia dirawat. Akibat gelap mata, Danang terus memberontak dan akhirnya terlepas dari halauan para petugas RSJ tersebut.
Danang jatuh ke lantai dan kepalanya menghantam permukaan terlebih dahulu. Ia lalu tak sadarkan diri. Saat itu pihak RSJ langsung merujuk Danang ke rumah sakit yang lebih besar dan memiliki peralatan yang lebih lengkap. Malang tak dapat ditolak, beberapa jam setelah dirawat di Rumah sakit rujukan tersebut, pria berusia 26 tahun itu pergi meninggalkan semuanya tanpa sempat sadarkan diri.
Terjadi pecah pembuluh darah di otak Danang yang tidak dapat diselamatkan lagi. Hal itu menjadi penyebab kematiannya. Ia pergi begitu saja tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun kepada keluarganya. Termasuk Malik yang baru saja diberi tahu tentang kondisi adiknya tersebut saat Danang memasuki masa kritisnya.
Semua anak-anak Akinda langsung berangkat ke rumah Sakit begitu mendapat informasi duka itu dari Malik. Mereka turut merasa kehilangan dan ikut sedih melihat Malik harus kehilangan adik lelaki satu-satunya tersebut. Meskipun Malik terlihat tidak begitu peduli pada Danang, tapi semuanya tahu bagaimana Malik menyayanginya dan bekerja mati-matian hanya untuk bisa membebaskan Danang dari kecanduan alkohol yang dialaminya.
Sejak di rumah sakit, Malik hanya diam dan sesekali menyeka air matanya. Ia masih sulit diajak bicara dan terus memeluk Sabrina, adik bungsunya. Sementara ibunya sudah dua kali pingsan di rumah sakit. Kepergian Danang benar-benar mendadak. Tidak ada yang menyangka ia akan pergi dengan cara seperti ini. Tidak ada yang bisa disalahkan, semuanya sudah menjadi ketetapan Tuhan.
"Non, bawa rokok nggak lo?" bisik Ochi ke Vernon yang sedang duduk di sebelahnya. Jenazah Danang sedang dimandikan saat ini dan anak-anak Akinda hanya bisa menunggu di luar.
Mata Vernon membulat, kaget karena ternyata Ochi juga tahu ia seorang perokok. Padahal rasanya waktu di acara pertunangannya Willy, Vernon sudah buru-buru mematikan rokoknya saat Ochi dkk datang menghampirinya yang sedang bersama Malik.
"kok lo tau bang?" tanyanya kaget
Ochi tersenyum masam, "gue sering kali ngeliat lo ngerokok di balkon" katanya.
Vernon hanya bisa menarik napas kesal dan memaki dirinya sendiri. Ia lupa, kamarnya sama Ochi sebelahan. Jadi udah pasti kalo Vernon ngerokok di balkon belakang kamarnya, Ochi bisa melihatnya.
"bawa sih, tapi tinggal 3 nih"
"yaudah nyebat yuk di parkiran. Gue udah suntuk banget nih, dari semalem nggak tidur"
Si Bule hanya mengangguk dan langsung beranjak dari kursinya. Keduanya lalu buru-buru kabur ke parkiran motor yang nggak jauh dari pagar depan rumah Malik. Para wartawan kebetulan sudah berdatangan saat Ochi dan Vernon mengambil tempat buat ngudut di parkiran motor.
Kedua penghuni Akinda ini lalu membakar dan menghisap rokoknya masing-masing dalam diam. Ada perasaan aneh yang tidak familiar rasanya. Apa ini yang namanya kehilangan? meskipun rasanya mereka tidak begitu dekat dengan Danang tapi entah kenapa perasaan keduanya turut hancur melihat Malik kehilangan adik laki-lakinya itu. Apalagi saat melihat ibunya Malik yang pingsan setiap meratapi jenazah Danang. Rasanya terakhir kali mereka merasakan perasaan seperti ini waktu maminya Wisnu yang meninggal.
"woi! Nyebat lo pada?"
Tiba-tiba Syahrez ikut bergabung di parkiran motor menghampiri Ochi dan Vernon yang sedang melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Akinda
Fiksi Penggemar"Kos Akinda" Tempat bertemunya tigabelas manusia dengan berbagai macam karakter dan tingkah laku. Dari sekedar housemate kini mereka sudah seperti keluarga. Penuh suka duka menjalani hidup yang kadang hahahihi sekarang lalu menangis kemudian.