"Beh, lemparin donat-donatnya sini beh!"
Syahrez mendelik kesal ke arah ponakannya yang sedang berenang di kolam renang Akinda tersebut.
"OM KENZO! OM! Panggil gua om! Jangan babeh!" ucapnya kesal karena Kenzo selalu memanggilnya dengan panggilan 'babeh'.
Si bocah hanya nyengir dan kembali menagih pelampung donatnya ke Syahrez. Walaupun kesal, Syahrez tetap memenuhi keinginan Kenzo.
"OHH JADI ELU PADA YANG BERISIK PAGI-PAGI BEGINI" Omel Ochi dari balkon lantai dua.
"Hallo om Fauzi" sapa Kenzo ramah
Ochi mengusap mukanya malas, "udah dari jam berapa kamu ngapung disana, Ken?" tanyanya basa basi. Padahal tadi udah siap-siap mau ngomel karena istirahatnya di weekend ada yang ganggu. Tapi melihat senyum Kenzo yang innocent, Ochi jadi nggak tega.
"Barusan kok om, sini berenang sama aku yuk om?" ajak bocah 8 tahun itu.
"Nggak deh, Om Ochi masih mau ngebo. Bye Kenzo" pamit Ochi yang dalam hitungan detik udah balik ke kamarnya.
Syahrez hanya bisa garuk-garuk kepala ngeliat tingkah temannya tersebut.
Kenzo lagi dititipin di Akinda sama kedua orangtuanya. Papinya Kenzo adalah abang satu-satunya Syahrez. Dia lagi pergi kondangan ke Garut sama istrinya, Kenzo nggak mau ikut dan milih dititipin sama Om nya aja. Kenzo selalu memanggil Syahrez dengan sapaan 'Babeh' karena mereka orang Betawi. Kenzo mau manggil bapaknya 'babeh' tapi bapaknya ogah dan lebih milih dipanggil 'papi'. Lah bapaknya aja ogah dipanggil babeh apalagi Syahrez kan?!
"Bujug! Baru datang dia bang?" tanya Hao yang baru keluar dari kamarnya sambil nunjuk ke arah Kenzo
Syahrez hanya mengangguk malas.
"Oi, Kenzo! Hobi ya lu main kesini sekarang?hahaha" Goda Hao ke bocah imut itu.
"Eh! Om Jensen udah bangun?" iya, Kenzo manggilnya Jensen karena cuma yang akrab doang boleh manggil si Chindo ini dengan sapaan 'Hao'.
Hao membawa segelas teh yang sudah diseduhnya di kamar tadi ke tempat Syahrez yang lagi duduk dekat kolam. Tatapan Syahrez kosong seperti sedang memikul beban yang cukup berat.
"Udah minum lo bang?" tanya Hao basa-basi
"Udah" jawabnya singkat
"Kayanya lagi banyak pikiran ya?"
Syahrez menarik nafasnya dalam-dalam. Sebenarnya sih iya. Dia lagi pusing banget sama kerjaan di kantor. Ada perjanjian kerjasama yang bermasalah dan itu karena keteledoran staffnya. Syahrez juga salah karena nggak double checking saat tanda tangan buat meloloskan dokumen tersebut.
Syahrez saat ini bekerja di salah satu Bank BUMN yang kantornya terletak di Jl. Gatot Subroto. Ia baru naik jabatan jadi senior staff legal sekitar 6 bulan yang lalu. Syahrez mengantongi gelar sarjana hukum dengan predikat cumlaude dan juga sudah selesai menuntaskan pendidikan S2 nya satu tahun yang lalu.
Pria berdarah Betawi-Bukit Tinggi ini sebenarnya mau jadi pengacara mengikuti jejak abangnya tapi dia tiba-tiba males debat dan akhirnya memutuskan untuk bekerja di Bank. Ya kebetulan waktu itu dia cuma ikut test di perusahaannya saat ini. Dan Syahrez sudah menjadi karyawan tetap. Untuk urusan pekerjaan ia sudah bisa dikatakan 'aman'.
"Kerjaan lo?" tanya Hao tidak patah semangat meskipun dicuekin Syahrez.
"Ho'oh" jawabnya singkat. Banget.
"Apaan tuh? barangkali gue bisa bantu, Bang?"
"Nggak, nggak papa kok. Gue cuma mumet doang kenapa gue bisa teledor dan akhirnya dimarahin atasan gue kemaren" curhat Syahrez akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Akinda
Fiksi Penggemar"Kos Akinda" Tempat bertemunya tigabelas manusia dengan berbagai macam karakter dan tingkah laku. Dari sekedar housemate kini mereka sudah seperti keluarga. Penuh suka duka menjalani hidup yang kadang hahahihi sekarang lalu menangis kemudian.