39. Penguntit

554 73 13
                                    

"Gimana Non? Ada barang yang ilang nggak?" tanya Joshua khawatir. Vernon langsung balik ke Jakarta begitu tau kamarnya dibobol maling.

Vernon mengurut pelipisnya, "nggak ada yang ilang sih bang..."

"tapi maksudnya ni maling bongkar kamar gue apa? Komputer, hardisk sama uang cash gue 10 juta di laci nggak ilang" lanjutnya

"hah? Ada uang 10 juta di laci lo?" tanya Ochi syok

Vernon ngangguk, "gue biasanya emang nyetok uang cash bang biar nggak bolak balik ke ATM"

Dino, Dika sama Ochi menghela napas bersamaan. Kalo mereka nyetoknya indomie, si Vernon nyetoknya duit 10 juta. emang beda level sih.

"besok-besok kabarin gue dilaci mana duitnya ya Non" pesan si maung dengan raut wajah serius

Vernon menatap Ochi heran, "biar apa bang?"

"BIAR GUE PAKE LAHHH!!!"

Si Bule langsung ngakak, "sialan lo bang! Gue kirain apaan hahahahaha"

"YA LAGIAN LO ANEH! NYETOK TUH MAKANAN BUKAN DUIT SEGEPOK!" si Ochi malah ngomel-ngomel nggak jelas

"kan udah gue bilang bang, gue males ke ATM. Jadi tiap bulan gue narik cash 10 juta"

Lagi-lagi Ochi, Dino sama Dika hanya bisa mendengus kesal. Hal ini nggak relate banget sama mereka. Boro-boro nyetok uang 10 juta, ngeliat uang 10 juta tiap bulan aja nggak pernah. Gaji mereka cuma masuk untuk pergi lagi. 

"nah terus ini sekarang mau gimana Non?" Joshua menengahi

"yaudah bang tinggal gue beresin aja kamarnya. Kan nggak ada yang ilang juga" katanya santai

Tapi tentu saja abang-abangnya tidak bisa sesantai dia mendengar jawaban si bule satu ini.

"LO GILA?!" si Johan yang daritadi diem akhirnya buka suara. Gantiin Syahrez yang masih liburan di Jepang

"kok gila?" tanya Vernon heran

Johan menghela napasnya sejenak, "kamar lo baru dibongkar maling sat! Artinya ni kosan udah nggak aman"

"ya terus mau pindah kosan bang?" Vernon masih nggak nangkap maksudnya si Johan ini apa

Johan langsung mengusap mukanya sebel, "bukan gitu!"

"maksud gue, kita lapor polisi lah. Ini teror buat lo Non. Bukan becandaan lagi" kata Johan lagi

Vernon diam sebentar, keliatannya sih mikir.

"nggak usahlah bang. Nggak usah dibesar-besarin sampe bawa-bawa polisi segala" tolaknya kemudian.

"KOK GITU?" gantian sekarang si Malik yang mencak-mencak dengar penolakannya si Vernon

"sekarang iya cuma kamar lo doang yang dibongkar dan nggak kehilangan apa-apa, kalo kamar yang lain ntar gimana? nggak bisa Non didiemin gini. Harus lapor polisi!"

"lo tinggal dimana sih? emang lapor polisi sini bisa jadi solusi?" Wisnu ikut-ikutan nimbrung, dia emang apatis banget sama aparat berseragam coklat itu.

"iyasih, lagian polisi bisa apa? Kan nggak ada kehilangan, nggak ada ancaman. Kasus nggak penting sama mereka" tambah Hao yang setuju sama pendapat Wisnu

"eh tunggu! Itu ada kotak apaan bul?" kata Juna tiba-tiba sambil nunjuk sebuah kotak di atas tempat tidur Vernon. Masih agak parno si Juna tiap ngeliat kotak nganggur. Keinget kardus misteriusnya itu.

Kening Vernon berkerut, rasanya dia nggak punya kotak itu. satu-satunya kotak yang dia punya cuma kotak sepatu. Kardus-kardus sampah packingan syopinya juga bertumpuk di dekat tong sampah. Kotak ini sendiri yang beda.

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang