10. Semuanya Punya Masalah

923 85 7
                                    

Malam sabtu yang harusnya dirayakan penuh suka cita karena artinya besok libur mendadak jadi kelabu. Satu persatu anak Akinda balik ke kosan dengan ekspresi wajah yang kusut. Nggak ada saling sapa kayak biasanya, semua langsung masuk kamar masing-masing. Kirain karena akhir bulan jadi semuanya pusing belum gajian, tapi sekarang masih ditanggal 06, baru gajian malah.

"Tumben-tumbenan sarungan?" tanya Juna ke Syahrez yang baru masuk ke ruang TV. Juna udah daritadi duduk disana, ngotak ngatik siaran TV padahal pikirannya entah kemana.

Syahrez yang baru saja menunaikan ibadah sholat Maghrib itu hanya menghela nafas panjang, kayak lagi menanggung beban yang sangat berat.

"Sholat gue, emangnya elo?" jawabnya judes.

"Gue budha, bang. Barangkali lo lupa" Juna memang selalu dipertanyakan keyakinannya.

"Kenapa bang muka lo? Kayak lagi ada masalah" tanya Juna ke orang yang lagi ngelamun disebelahnya itu.

Syahrez lagi-lagi menghela nafas, "sepupu gue dari Batam mau datang bulan depan" katanya.

"Permasalahannya?"

"Bawa calon yang mau dijodohin sama gue, gue nggak mau. Gue nggak mau nikah sekarang, Jun" kata Syahrez frustasi.

Dari semalam, Syahrez diteror sama ibunya untuk membawa calon istrinya ke rumah. Mau bawa siapa? Syahrez kan jomblo. Katanya Ibu Syahrez udah nyiapin calon buat dia, sama-sama pegawai bank tapi penempatan di Batam. Karena bulan depan ada acara keluarga di rumah Syahrez, semua keluarganya yang di Batam bakalan datang termasuk si cewek ini yang ternyata masih punya hubungan saudara jauh sama Syahrez.

"Kenalan aja dulu bang, siapa tahu jodoh" Juna ngasih saran

"Belum siap aja, Jun. kasian nanti dianya udah jauh-jauh ke Jakarta, guenya malah nggak bisa kasih kepastian"

Juna memperbaiki posisi duduknya kini benar-benar menghadap Syahrez, "ya itu namanya resiko lah. Lo harus bilang sama nyokap lo kalo lo nggak bisa janjiin apa-apa"

Syahrez ngelirik Juna, "kalo gue dipaksa nikahin tu cewek gimana Jun?"

"Bilang aja lo udah ngehamilin Indira, kelar bang!"

"ASTAGFIRULLAH JUN! GUE KEPRET JUGA LO!" Syahrez udah ngarahin sendal yang dipakenya ke arah Juna. semena-mena sekali itu idenya.

Juna udah menghindar duluan sambil ngakak, "ya abisnya lo juga bang. Ada cewek cantik, keliatan banget naksir lo malah dicuekin. Cantik, kaya,pinter, body goals dan paling penting demen sama lo bang. Masa syahwat lo nggak tergugah juga ?"

Si Syahrez melotot lagi dengar omongan Juna, "asem lo ya!!"

"Gue tuh...."

"HUFFTTT"

Belum sempat ngomong lagi, ada Dika yang masuk ke ruang TV dengan wajah kusutnya persis kayak Syahrez tadi. Dia menghela nafas panjang berkali-kali.

Pandangan matanya kosong, ia bahkan ngejogrok di lantai bukan diatas sofa. Berat-berat!

"Kenapa lo?" tanya Syahrez dan Juna barengan

Dikanya diem aja. Pikirannya entah berada dimana sekarang, udah dua hari dia dicuekin Tifa di kantor. Hatinya cekit-cekit banget rasanya.

"Woi?!" panggil Syahrez lebih kencang

Dika noleh, "patah hati tuh gini ya rasanya?" tanyanya dengan tatapan yang menyedihkan.

"Patah hati kenapa? Si Mia punya cowok? Atau lo udah nembak tapi ditolak?" cecar Syahrez

Dika menggeleng kencang, "nggak soal Mia..." omongannya terjeda

Kos AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang