48

124 26 26
                                    

01 Juni 2023

"Bangun."

Seungmin yang merasa bahwa ada yang mengganggu dirinya berupa menarik narik pipi nya, tentu akhirnya mau tak mau bangun juga.

Bukan hanya itu. Jika biasanya akan ada suara jam Beker, kini hanya ada suara lelaki saja yang dia dengar dalam jarak sangat dekat tentunya.

Si kecil itu kini terduduk dengan mata yang setengah tertutup. Sembari mengumpulkan nyawanya, Seungmin mengerjapkan matanya berkali-kali.

Ah, iya! Ini kan kamar Han. Tapi, kok tadi seperti bukan suara Han? Di mana Han?

Ketika Seungmin menyadari bahwa itu bukan suara Han. Seungmin langsung menolehkan kepalanya ke sebelah nya!! Tepat sekali ada seorang lelaki yang sangat dia kenali kini berdiri memperhatikannya.

"K-kak Ayen?!" Teriaknya sambil menatap Jeongin dengan tatapan terkejutnya.

Bagaimana bisa? Han yang dia lihat semalam, kini berubah menjadi Jeongin?!

"Ayo bangun, mandi lalu sarapan." Jeongin pun segera menarik tangan adik nya yang masih bingung itu.

Wajar lah bingung. Bisa bisanya kakak nya ganti ganti gini. :)

Lalu, kalau di rumah ada nya Jeongin. Kemana pergi nya Han? Ke kantor Lino lah. bisa bisanya Bangchan menyuruhnya untuk segera datang tadi pas jam 4 pagi?!

"Duh. Kok gini amat sih? Sekarang, yang jaga Seungmin siapa? Dia pasti kaget banget lihat gw dah gak ada." Han yang masih berwajah kusut itu tidak lah Bangchan hiraukan.

Dirinya malah sibuk dengan berkas yang dia lemparkan ke hadapan Han.

"Cari kebenaran dari data yang diberikan Taeyong. Apa benar, mereka bukan penduduk Seoul. Aku hanya ingin memastikan. Lalu, setelah ini kau harus siap ke universitas. Gantikan posisi Jeongin. Dia yang akan menghandle Seungmin hari ini."

Wahhhhhhhhhhhh mau tertawa saja Han rasanya. Untung Seungmin sempat berikan hadiah untuk nya! Bisa bisanya posisinya langsung berubah begini.

Ya, memang sih nyari data tuh kalo gak Changbin, Han, Lino? Ya udah paling Bangchan gitu. Tapi, masa iya cuma Han sekarang? Yang lain ngapain anjir!

"Kak. Please, gw baru aja mau tidur nyenyak malah di spam email. Kapan gw bisa santai nya di kasur coba? Gw baru aja seneng peluk Seungmin semalem!"

Bangchan pun mengendikkan bahu nya. Dirinya kini sudah kembali merapikan kemeja nya.

"Han. Apa aku terlihat mengeluh karena tidak bertemu dengan Seungmin? Apa aku mengeluh karena tidak memiliki kesempatan untuk berkencan dengan nya? Maka dari itu, bersyukurlah. Aku memberikan waktu, bukan berarti menghilangkan rasa tegas ku. Aku akan ke rumah sakit lagi, Changbin sudah menunggu ku. Lino sedang di tempat ayah. Saudara mu ada di universitas semua. Kecuali Jeongin. Kalau kau mau pergi selain ke universitas, itu silahkan tapi jangan lupakan pekerjaan kita."

Bangchan akhirnya benar benar meninggalkan Han yang tersenyum masam. Ya, berjuang lagi gak apa kali ya? Siapa tahu nanti dapat keberuntungan lagi.

"Kapan? Bukan kah harusnya kita saling menguntungkan? Apa kau kini telah berkhianat pada ku?"

"Aku tidak berkhianat. Sudah ku bilang bukan? 50:50. Aku bukan orang yang begitu. Tidak bisa kah kau mempercayai ku?"

"Kau kira aku tidak tahu?! Jangan membodohi ku. Kau tahu kan siapa aku? Harusnya kau berpikir, kau begini jika bukan karena aku. Bagaimana nasib mu?"

"Maka dari itu aku di sini. Kau tenang saja. Aku bukan orang yang begitu."

Ceklek

Pintu ruangan itu seketika di buka oleh seorang lelaki yang lebih pendek daripada diri nya. Sorot mata nya yang tajam itu, mengalahkan kelembutan wajah nya.

Ya, jangan lupa. Walau wajah nya tergolong lembut dan hangat. Tidak ada yang seperti itu di dirinya. Terutama ketika dia berhadapan dengan sang pemilik ruangan.

"Kau kambuh?" Tanya nya sambil memperhatikan seseorang yang kini menyimpan berkas nya.

"Kau tidak lihat, betapa pulih nya aku? Apa rabun mu kini menjadi parah? Perlu ku kasih tahu siapa dokter terbaik ku?" Sosok yang lebih pendek itu berdecih mendengar nya.

"Dokter? Aku hanya butuh pemikiran yang luas agar bangunan ini lebih kokoh dalam waktu yang lama. Sedangkan kau? Kau hanya bisa merobohkan apa yang telah dia bangun."

"Bukan kah berkat kalian juga akhirnya aku begini? Andai dia tidak begitu, mungkin aku akan lebih berani menghadapi sosok yang manis ini."

Seketika sosok yang lebih kecil itu tertawa menggelegar layaknya mengolok olok sosok yang berada di hadapannya.

"Berani? Kau masih berpikir tentang nya? Itu sebabnya kau melakukan ini semua? Ingat lah perkataan ku. Jika kau mati, aku tidak akan pernah mau menyelematkan mu. Kau hanya beban di sini."

"Kau yang akan mati karena terkejut melihat keberhasilan ku."

Seungmin yang duduk diam di hadapan meja makan itu, menjadi pusat perhatian sendiri bagi Jeongin. Kenapa dengan adik nya ini? Biasanya banyak omong. Kali ini hanya diam kek candi.

"Napa dek?" Seungmin pun menggelengkan kepalanya lalu mengambil segelas susu yang ada di hadapannya.

"Kakak kapan ke sini? Aku selalu tidak bisa menyadari kehadiran kalian karena kalian datang dan pergi tanpa aba-aba."

Jeongin pun memberikan roti panggang bersama selai cokelat itu ke Seungmin.

"Aku datang tadi pagi. Kak Han juga langsung pergi karena di panggil kak Chan. Aku juga tadi tidak sempat berpapasan dengannya. Mungkin karena dia terburu-buru."

Seungmin pun menyimak perkataan Jeongin sambil makan roti nya. Bisa bisanya Jeongin melahap sekali gigit roti itu. Padahal ukuran nya besar. Benar benar ciri khas Jeongin sekali.

"Kakak tahu darimana kalau aku di.. kamar kak Han?"

Ya, Seungmin yakin banget bahwa sejak Jeongin datang. Pasti Jeongin gak pergi kemana pun selain menunggu nya sampai terbangun.

"Denger ya min. Semalam kami ada di hotel nya ayah. Kak Chan lah yang menyuruhnya untuk menemani mu. Aku lebih tahu tentang kak Han daripada diri mu. Aku juga tahu bagaimana rencana dan pikiran nya hanya dalam sekali lihat. Mereka mudah di tebak. Kenapa? Karena mereka sama seperti diri ku. Mustahil kak Han akan membiarkan mu tidur sendirian di saat dia memang sedang ingin bersama mu. Jelas?"

Rinci sekali bukan? Seungmin langsung mengangguk lah kalau memang ternyata begitu. Ya, walau Seungmin akhirnya berakhir tidak berani melihat kakak nya yang berbentuk rubah ini.

Entah kenapa, mata tajam nya itu terus saja menyoroti nya. Bagaikan samudera yang siap menenggelamkan nya kapan pun dia mau.

Sedangkan Jeongin, sangat suka memperhatikan adik nya yang sangat mudah salah tingkah. Apa salah nya membalas tatapan mata nya? Padahal akan seru jika Seungmin membalas kontak mata nya.

Ah, sudah lah. Nanti akan ada masanya Jeongin bisa bersama nya dan memaksa nya untuk berkontak mata dengan nya. Ya, Jeongin menyukai mata puppym yang lucu itu.
.
.
.
.
Note Author : jangan lupa vote dan komentar disini v:

Me or the Truth? || Kim Seungmin x Straykids Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang