14

165 33 23
                                    

Sekitar 2 jam 40 menit Jeongin tunggu. Tapi, ternyata Seungmin tidak keluar juga dari kamarnya. Hari sudah mulai gelap. Entah karena memang cuaca tidak cukup cerah atau memang sudah waktu nya.

Tapi, yang pasti. Itu adik nya bagaimana?! Kok gak keluar dari kamarnya?! Padahal Jeongin tuh khawatir! Apa lagi tadi Seungmin pulang nya hujan-hujanan gitu!

Ya, tanpa menghiraukan apa pun lagi. Dengan cepat dia mengambil kunci yang dia simpan dan membuka pintu kamar Seungmin.

Ceklek

Sudah hujan di luar. Ini di tambah AC juga menyala. Walau setidaknya lampu nya menyala. Tapi, tetap saja ini nuansa kamar Seungmin jadinya seperti beruang kutub.

Oh, itu dia! Ada si mungil sedang duduk membelakanginya. Si mungil itu duduk di kursi belajar nya. Terlihat sangat serius hingga ada banyak buku di atas meja nya.

Jeongin pun mendekati sosok yang belajar itu secara perlahan. Tidak seperti biasanya Seungmin menutup rapat gorden jendela nya.

Apakah karena dia ingin fokus belajar? Tidak ada yang tahu tentang apa yang Seungmin inginkan. Jeongin juga hanya melihat adiknya itu sibuk berkutat dengan buku matematika nya.

Dengan rasa gemas yang begitu tinggi, Jeongin peluk aja itu adiknya dari belakang, hingga membuat Seungmin terkejut dan menghentikan kegiatannya.

"Serius banget sih? Sampe kakak nya sendiri di abaikan." Jeongin merasakan kehangatan dari tubuh adiknya. Ternyata walau AC menyala, tidak akan bisa mengalahkan kehangatan yang diberikan oleh adiknya.

"Aku sedang belajar. Kakak ganggu! Sana pergi!" Seungmin ternyata masih kesal dengan kakak nya. Dia bahkan memberontak dan berharap agar Jeongin melepaskan nya.

"Coba istirahat dulu. Seungmin pasti lelah nih. Makanya kesel gini kan?" Seungmin gak berani menoleh kan kepalanya ke sisi mana pun! Jeongin itu penuh jebakan.

Bisa bahaya kalo dia sampai ikut arusnya.

"Bentar lagi ujian. Kakak jangan ganggu. Aku gak ganggu kerjaan kakak kan? Jadi, saling hargai aja lah." Masih dengan nada kesal nya Seungmin tetap mencoba melepaskan tangan yang melingkar di tubuhnya.

"Oke oke. Tapi, cium dulu. Baru kakak hargai keinginan Seungmin."

Padahal Seungmin masih kesal dengan mereka yang gila kerja ini. Tapi, kalau sudah begini. Entah kenapa Seungmin rasanya mudah banget untuk luluh!!

Gak. Gak boleh pokoknya. Seungmin harus teguh pada prinsip nya.

"Gak! Pergi sana!" Seungmin pun mengambil pensil nya dan kembali belajar. Mencoba untuk mengabaikan Jeongin dan juga mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang ini.

"Oke. Jangan lupa makan sweety. Kakak harus pergi lagi. Ingat? Jangan memaksa kan diri. Jangan tidur larut malam. Jangan kemana-mana. Besok pergi sekolah, bareng Jeno aja."

Cup

Jeongin memberikan kecupan singkat di bibir yang mungil itu, lalu pergi tanpa rasa bersalah nya.

Seungmin tentu masih tidak percaya dengan tindakan kakak nya yang ternyata lebih gila itu. Hancur sudah apa yang Seungmin pelajari sejak tadi karena Jeongin.

"Dasar rubah liar." Gumamnya sambil terus menggelengkan kepalanya dengan harapan semoga bayangan ketampanan kakak nya bisa menghilang untuk sementara.

Hyunjin masih uring-uringan sekarang. Bagaimana cara mereka untuk meningkatkan reputasi nya yang hancur ini? Kalau begini terus, bisnis nya tidak akan ada pemasukan. Bahkan yang ada pengeluaran tak terduga.

Sungguh, hyunjin tidak akan memaafkan siapa pun yang membuat mereka menjadi seperti ini.

"Kak Chan. Gw harap lu bisa menemukan bukti ini semua." Hyunjin yang masih kesal itu akhirnya mengambil korek api gas milik Lino. Seperti biasa dia akan merokok di sini.

"Maka dari itu. Han dan Jeongin harus terus memantau link itu. Bila perlu cari artikel yang kemungkinan ada kesamaan dengan artikel di awal. Bisa saja itu adalah orang yang sama." Han pun mengangguk setuju dengan perintah dari bangchan. Ya, nanti dia akan sampaikan pada Jeongin yang belum kembali sampai sekarang.

"Kita harus seperti biasa dan tunjukkan pencitraan yang baik. Terus, secara diam-diam kita harus tetap mengawasi gerak-gerik dari sekitar kita. Lihat siapa pun yang mencurigakan." Lino memberikan satu lembar kertas ke Bangchan.

Kertas apakah itu? Hanya Lino yang tahu.

"Benar. Untuk sekarang kalian makan lah terlebih dahulu." Bangchan pun kini pergi meninggalkan saudaranya yang akhirnya bisa istirahat.

"Gw rindu umin." Lino yang ikutan rebahan di lantai itu kini menjadi pusat perhatian.

Benar. Kabar umin bagaimana?! Mereka kan sibuk sekali akhir akhir ini.

"Lah iya?! Besok siapa yang antar dia sekolah?! Tadi siapa yang antar?! Pulang juga tadi gimana?! Anjir!! Gw melupakan adik gw!!" Han tentu panik lah. Bisa bisanya mereka terlalu mengabaikan Seungmin.

Biasanya juga tidak sampai seperti ini.

"Pantes tadi ayah sampe kek gitu. Pasti ayah udah tahu apa yang kita perbuat pada Seungmin." Felix pun mengacak-acak rambutnya.

"Tenang guys. Kan ada Jeno." Changbin yang baru saja selesai membuat segelas kopi hangat itu, Kini memilih untuk duduk di sofa yang lembut sembari menikmati pemandangan kota yang sedang hujan melalui jendela perusahaan.

"Iya sih. Tapi, kok gw gak yakin yak. Kan belum tentu Seungmin mau bareng Jeno." Hyunjin yang baru saja membuang puntung rokok nya itu kini ikut nimbrung.

"Biasanya juga sama Jeno kok!! Bahkan main juga sama Jeno tuh. Masa iya di saat memang membutuhkan Jeno gini Seungmin malah gak mau sama Jeno? Yang bener aja anjir!!"

Perkataan dari Felix memang ada benarnya bagi Lino. Tapi, yang namanya Seungmin kan memang Seungmin? Gak bakal bisa menjadi haechan. Iya kan?

"Seungmin tuh beda. Itu dia masalahnya. Kalo kita di sebut gila. Maka sebutan yang tepat untuk Seungmin adalah aneh.  Tidak ada di antara kita yang bisa menebak tindakan apa yang akan dilakukan oleh Seungmin." Benar. Lino sangat benar. Changbin setuju dengan perkataan Lino yang penuh dengan fakta itu.

"Tunggu. Bagaimana jika salah satu perbuatan yang tidak terduga dari Seungmin kali ini adalah berupa artikel ini?"

Pertanyaan Han sukses membuat semua Saudara nya berubah menjadi seperti semula. Tidak ada yang memakai case ataupun obat.

"Kalo emang bener. Tongkat golf gw yang akan bertindak." Hyunjin pun melemparkan tongkat golf nya ke Han secara tiba-tiba. Entah bagaimana tongkat itu hyunjin selalu membawa nya kemanapun dia pergi.

"Mau hal yang menyenangkan?" Lino tersenyum miring melihat tongkat golf yang ada di tangan Han.

Kali ini apa lagi ulah Lino untuk melampiaskan semua emosi yang tidak stabil karena scandal ini?

"Boleh. Apaan tuh?" Changbin yang tertarik pun kini sangat penasaran dengan ide cemerlang dari Lino.

"Kalo Seungmin ternyata gak bersalah, alias bukan dalang atau sekedar ikut campur dalam pembuatan scandal ini. Kita akan memberikan Seungmin apa pun yang dia inginkan. Tapi, kalo ternyata Seungmin lah dalangnya. Atau walau hanya sekedar ikut campur semata seperti biasanya. Maka, masing-masing di antara kita harus melakukan sesuatu pada nya menggunakan tongkat golf itu. Gimana? Call? Hitung hitung termasuk pelampiasan atas lelah nya kita menghadapi scandal itu. Belum lagi menghadapi penghinaan dari ayah dan juga emosi kita yang kini meledak dan tidak stabil tapi tidak tahu harus dilepaskan kemana."

Changbin tentu terkejut dengan ide Lino ini!! Belum juga dia menanggapi ide Lino. Itu Han udah terkekeh duluan!!

"Oke. Call."
.
.
.
.
Note Author : jangan lupa vote dan komentar disini awokawokawok

Me or the Truth? || Kim Seungmin x Straykids Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang