34

141 26 11
                                    

Meja makan ini sunyi banget rasanya. Han yang terus melirik ke arah Lino yang makan tanpa mempedulikan Seungmin. Tapi, kenapa rasanya kek ada batu es di sini?!

Ya, beruntungnya Lino gak kelihatan marah atau emosi atau bau bau melukai gitu. Tapi, dinginnya dia tuh udah kek wonpil anjir.

Ini Han gak lagi di kutub kan? Kek apa bedanya ada wonpil dengan gak ada wonpil kalo Lino begini?

"Bisa kita makan dengan tenang? Gw benci banget ada kecanggungan dan hawa dingin begini."

Hyunjin akhirnya menghentikan acara makan nya. Begitu pula dengan Felix yang sejak tadi sama seperti Han, memperhatikan sekelilingnya.

"Begini saja. Kan kak Chan gak ada nih. Gimana kalo Jeongin yang bikin penyelesaian? Biasanya kan yang paling tua. Karena gak ada yang paling tua di sini, jadi yang paling muda aja nih. gimana? Setuju gak, Kelen?"

Usulan Han tentu di terima oleh Felix dan Hyunjin. Kenapa? Karena itu terdengar bagus bagi mereka. Walau Jeongin tempramental. Bukan berarti Jeongin gak bijak. Itu sebabnya mereka memilih Jeongin lah yang akan membuat keputusan di sini.

"Baik. Jadi, siapa yang mau duluan untuk jujur di sini?"

Akhirnya Lino pun meletakkan garpu nya dan fokus pada Seungmin yang sama sekali tidak melihatnya sejak di kamar tadi.

"Dengan mata kepala ku sendiri, Seungmin berjalan berdekatan dengan salah satu siswa di sekolah. Mereka terlihat akrab dan juga bahagia bersama. Tiba di suatu moments, siswa itu dengan berani nya mengusap rambut yang hanya boleh aku yang pegang. Tatapan nya benar benar memancar kan bahwa dia mengagumi Seungmin. Lantas, apakah salah bahwa aku sangat cemburu di sini? Sedangkan posisi ku adalah kakak dan juga tunangan yang sangat mencintai diri nya."

Hyunjin mau pun Felix kini rasanya setuju dengan perkataan Lino. Kalau mereka yang ada di posisi Lino, pasti mereka akan sangat cemburu.

Hanya sekedar mendapatkan informasi dari Jeno pun, mereka kemarin rasanya sudah tertawa seperti iblis karena cemburu. Apa lagi Lino yang sebagai saksi, iya kan?

"Baiklah, Seungmin? Ada yang ingin kau jelaskan kepada kami, terutama kak Lino?"

Seungmin yang memang sejak semalam menahan rasa kesal nya. Akhirnya memutuskan untuk mengangguk setuju. Benar, selagi Jeongin mode begini. Ini akan baik baik saja.

"Aku tidak tahu jika ada kak Lino. Tapi, bukan berarti jika aku tahu maka aku akan menyembunyikan ini semua. Aku dan Daniel adalah teman. Ketika kalian sibuk, aku jadi terlambat ke sekolah. Di situ lah aku bertemu dengannya. Dia membantu ku dan aku juga membantu nya untuk membalas kebaikan nya saat menjalani hukuman. Aku membantunya belajar matematika. Hanya itu. Kebetulan kemarin ada daun yang jatuh di rambut ku. Andai Daniel bilang bahwa ada daun di atas rambut ku. Tak akan ku biarkan dia menyentuh rambut ku. Kalian kira, dengan sibuk nya kalian. Aku akan berpaling? Kalian anggap diri ku bercanda? Haruskah aku teriak bahwa aku tidak ingin di anggap murahan?! Aku juga sadar dengan posisi ku. Aku tahu bahwa aku tidak menjawab lamaran kalian tapi, aku tetap setuju kok!!. Lagi pula, aku tidak menjawab saat Itu karena aku.. aku.."

Tunggu. Kenapa Seungmin jadi tidak bisa melanjutkan perkataannya? Felix penasaran ini!! Lino dan Hyunjin juga!!

"Kenapa Seungmin?" Felix yang emang suka penasaran itu tentu tak tinggal diam. Bisa bisanya Seungmin menggantung omongan begitu.

"Aku.." Seungmin masih memperhatikan kakak nya yang menunggu lanjutan dari omongan nya.

Ini bisa gak sih Seungmin langsung ngomong aja? Greget hyunjin tuh!!

"Duh, kenapa Seungmin? Seungmin tuh kenapa? Ngomong aja. Gak apa." Kan? Gak sabar juga Hyunjin akhirnya. Lino juga udah kek orang dungu ini memperhatikan Seungmin yang masih ragu untuk menyelesaikan perkataannya.

"Aku... AKU MALU ANJIR!! LU MIKIR DONG BANGSAT!! TUJUH COWOK GANTENG NGELAMAR GITU! MAU NGAJAK TUNANGAN KATANYA?! DUGUN DUGUN NIH JANTUNG!!"

Setelah puas Seungmin bikin kakak nya terkejut hingga terdiam. Seungmin pun ikut terdiam. Ini Seungmin gak salah omong kan?

Bener kan kalo mereka ngelamar gitu? Tapi, bukan lamaran pernikahan. Eh, bener kan? Kok Seungmin malu sekarang?

Terlihat dari semburat merah di wajah nya. Fiks! Adik mereka malu ini!! Kok lucu? Kok gemes? Rasa cemburu Lino hilang seketika!

Eh, gak. Lino harus tetap terlihat berwibawa dan tegas di sini. Dia gak boleh lemah dengan Seungmin yang bermulut manis itu.

Makanya, Lino kini berdiri dari kursi nya masih dengan wajah yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

"Aku akan ke rumah sakit." Setelah Lino menepuk bahu Hyunjin hanya untuk memberitahu dia akan kemana. Lino langsung pergi gitu aja tanpa mempedulikan Seungmin yang masih melihatnya.

Lino kok begini? Seungmin agak kecewa. Beneran. Harusnya Lino tuh tersenyum walau palsu, lalu memeluknya dan bilang maaf seperti biasanya.

Bukan malah meninggalkan nya begini.

"Ekhem, baiklah kalau begitu Seungmin mau nonton tv? Bareng kak Han saja kalau begitu. Kakak dan kak Hyunjin akan membereskan ini semua." Felix yang kini akhirnya canggung, mencoba untuk mencair kan suasana mereka.

"Benar. Aku juga akan istirahat sebentar di kamar. Jika butuh dengan ku, Seungmin datang saja langsung ke lantai 2." Jeongin yang kini mulai membantu Felix juga ikut ikutan mencoba untuk mencairkan suasana.

Tentu mereka tahu dan paham bahwa Seungmin kecewa dengan respon dari Lino barusan. Tapi, kalau mereka cegah Lino pergi. Nanti Lino malah marah besar.

Tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam pikirannya Lino. Maka dari itu semuanya lebih berhati-hati pada Lino yang bisa sangat baik dan juga sebaliknya dalam waktu singkat.

"Ayo, ikut kakak." Han yang sudah menyambut Seungmin dengan senyum lebar nya itu membuat Seungmin mengangguk saja lalu pergi bersama Han ke ruang keluarga.

Masih dengan rasa kecewanya, Seungmin berjalan bersama Han. Tidak, kalau Lino bisa membuat nya sakit hati begini. Kenapa Seungmin harus memaafkannya?

Lagi pula, masih banyak ayang nya di sini selain Lino. Iya kan?
.
.
.
.
Note Author : jangan lupa vote dan komentar disini yaaa

Me or the Truth? || Kim Seungmin x Straykids Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang