"Or do you want me to rip every pieces of your clothes and throw you into the bathtub? You choose."
Kata-kata Ivan itu membuatkan Arisha terdiam terus. Bibirnya diketap apabila dia mulai membayangkan kata-kata suaminya itu. "You wouldn't dare."
Ivan menyungging senyuman sinis. "Oh I would princess." Tidak menunggu lama, Ivan terus melangkah ke arah isterinya dan badan Arisha diangkat dan diletakkannya di atas bahunya. Tangannya mengunci kaki Arisha.
"Ivan!!" Arisha sudah menjerit. Tangannya mulai memukul belakang badan suaminya. "Ivan let me down!"
Ivan meletakkan badan Arisha di atas sinki di dalam bilik air. Tangannya diletakkan di atas cermin di belakang Arisha, mengepung isterinya itu. Matanya tajam menikam wajah Arisha yang mulai merah. "Now I give you one minute to take off your clothes."
Arisha ketap bibirnya. "I thought you want to keep me warm."
"Not in this wet outfits Arisha. You take off your clothes, get into that warm bath and step into the new clothes. Do you understand me? Now take off your clothes or I'll do it for you. Trust me, kalau aku yang buat, neither one of us will has that warm bath because I have every ideas to keep you warm in other ways."
Arisha menelan liurnya saat ugutan Ivan menyapa pendengarannya. Wajah serius Ivan membuatkannya merasakan bahawa Ivan tidak bergurau. Bibirnya diketap sambil dia tangannya mulai membuka jaket Ivan yang dipakai olehnya tadi. Diletakkan di tepi badannya. Matanya masih pada Ivan yang tetap merenungnya tika dia membuka sweater yang dipakainya.
Ivan mengetap rahang apabila sweater Arisha jatuh di kakinya. Matanya menatap tajam pada badan Arisha yang sekarang hanya ada bra and how that bra lifting her boobs. Fuck, what the heck you got yourself into Ivan.
"Your jeans next," arah Ivan kemudian sambil dia melangkah beberapa tapak ke belakang untuk memberi ruang pada Arisha untuk turun dari countertop sinki itu.
Nada tegang Ivan jelas pada telinga Arisha saat dia mulai berdiri. Wajahnya jelas merah bila mengingatkan bagaimana keadaan dirinya sekarang di hadapan Arisha. Jarinya mulai membuka butang dan menurunkan zip jeans yang dipakai olehnya. Dan ditolaknya jeans itu dari kakinya. Dibiarkan jeans tersebut jatuh di bawah kakinya sambil dia kembali mengangkat kepala pada wajah Ivan yang tegang.
"Now what?" soalnya perlahan.
"Your underwear obviously. I don't remember you getting into a shower with those."
Wajah Arisha semakin merah. Tanpa membantah, tangannya terus mencapai ke cangkuk bra di belakangnya dan dilepaskan. Seperti pakaiannya yang lain, dibiarkan lace bra yang dipakainya jatuh di lantai. Tangannya kemudian beralih untuk membuka lace panty yang dipakainya. Ibu jarinya masuk ke dalam waistband lace panty nya itu sambil bibirnya diketap.
"Don't bite your lip, princess."
Mata Arisha kembali pada wajah Ivan. Tikaman mata Ivan padanya membuatkan terus menanggalkan seluar dalam yang dipakai olehnya, membiarkan dirinya yang tanpa seutas benang berdiri di hadapan suaminya tika ini.
"Oh fuck." Ivan mengetap rahangnya. Nafasnya yang kasar cuba untuk ditenangkan. "Now get into the bathtub." It takes everything in him to not touch his wife at this moment.
Dada Arisha turun naik dengan nafasnya yang ditarik dan dihembuskan. Tangan di sisi badannya digenggam sambil dia mula membuka langkah ke arah bathtub yang terletak di belakang Ivan tika itu. Dan tika dia melepasi Ivan, tangannya dipegang kuat oleh Ivan.
"I need to make this clear with you," ujar Ivan.
Arisha menjongketkan keningnya. "What?"
"If you're not freezing just now, I would fuck you at right that fucking sink Arisha. It takes everything in me to calm the fuck down. So if you thought I don't turned on by you ripping every pieces of your clothes looking as sexy as hell just now, I want to know that you are wrong. Cause damn," Ivan mengetap rahangnya. "You are so perfect."
Kata-kata Ivan itu jelas membuatkan nafas Arisha menjadi laju dan badannya serta-merta menjadi hangat. He is yet touching me but this is him making me want to melt into him.
"Now get into the bathtub." Usai menuturkan itu, Ivan terus melangkah keluar dari bilik air, meninggalkan Arisha.
Arisha tidak tahu bagaimana Ivan boleh menjadi seorang yang dingin dan menuturkan those dirty talks that causes every sort of thing inside her to explode. Kepalanya digelengkan, cuba untuk melupakan kata-kata Ivan tadi. Dia kemudiannya melangkah ke dalam bathtub yang sudah diisi dengan air.
Arisha memasukkan seluruh badannya dalam kehangatan air itu. "Oh.." Keluhan lega terlepas dari bibirnya bila dia menyandarkan badannya pada badan bathtub tersebut. Berjalan di bawah salji yang menyejukkan untuk masa yang lama sangat memenatkan badannya. Dia tidak tahu bagaimana dia boleh bertahan selama ini.
Arisha memejamkan matanya.
"If you're not freezing just now, I would fuck you at right that fucking sink Arisha."
Kata-kata Ivan kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Bibirnya diketap bila tangannya mulai mengusap perlahan badannya. Tangannya hampir menyentuh buah dadanya apabila suara Ivan membuatkan spontan membuka matanya.
"Does it feel good?"
Arisha segera menoleh pada Ivan yang selamba sahaja melangkah masuk. Bulat matanya pada Ivan. "Ivan!!"
"What?"
"Kenapa awak masuk suka hati je?!"
Ivan mencangkung di sebelah bathtub tanpa menjawab soalan isterinya itu. Tangannya membuka penutup botol essential oil kegemaran Arisha dan dituangkannya sedikit cecair dalam botol itu dalam air bathtub.
Arisha terkedu seketika. "M..mana awak dapat.."
"Aku beli dekat bawah tadi," jawab Ivan biasa sambil kembali menutup botol tersebut. Dia kemudiannya mengangkat kepalanya untuk memandang Arisha. Rasa lega mulai memenuhinya apabila melihat kepucatan pada wajah gadis itu mulai menghilang. Bahkan bibir gadis itu sudah kembali ke warna asalnya. "Now you look better."
Kening Arisha berkerut. "Maksudnya?"
"Tadi kau nampak macam nak pengsan bila-bila Arisha. I was worried sick about you that I couldn't think of anything else other than getting you to a safe and warm place," ujar Ivan. Which is why I hold myself down to touch you at this right fucking moment. Tangannya mengusap perlahan bahu Arisha yang terdedah.
"Take your time to have a bath. We'll talk later. Baju kau atas tu, nanti keluar dari sini, terus pakai baju. I don't care if the size is two times bigger than your usual size. Just wear it."
••••••
Ivan is that one man who is cold but can be very sweet and romantic to his loved one plus can talk dirty so damn good :)
So the conclusion is I want my own Ivan Firash for a happier life 😤
YOU ARE READING
My Sweetest Desire
RomancePuteri Arisha - seorang gadis yang pendiam dan introvert walaupun merupakan seorang painting artist dan seorang model. Seorang gadis yang memendam perasaan, masalah dan rahsia untuk dirinya dan membina tembok yang tinggi dan tebal untuk mengasingkan...