Ketukan di pintu bilik kerjanya membuatkan Arisha yang sedang menyemak katalog gaunnya tersentak. Matanya dibawa untuk memandang ke arah Nora yang berdiri di hadapan pintunya. "Yes Nora?" soalnya. Keluhan kecil keluar dari bibirnya kerana waktu dia menumpukan sepenuhnya perhatian pada kerja diganggu.
"I'm sorry for disturbing ma'am but someone is here to see you," beritahu Nora, mengundang kerutan di dahi Arisha.
"Who?"
"It's.."
"It's okay Nora. I can introduce myself."
Tidak sempat pun Nora hendak memberitahu, Nevan yang lengkap dengan seluar slack dan turtle neck sweater berwarna coklat muncul dari belakang Nora. Tangannya diangkat pada Arisha, tanda menyapa. "Hello sister."
"Nevan." Semakin berkerut dahi Arisha bila melihat kelibat adik iparnya di situ. "What are you doing here?" soalnya kemudian. Dia kemudiannya mengangguk pada Nora, tanda dia membenarkan gadis itu untuk meninggalkannya dan Nevan. "Come in Nevan."
"Thanks." Nevan melangkah masuk ke dalam pejabat Arisha itu dan terus melabuhkan punggungnya di hadapan Arisha tanpa dipelawa. "I hope I'm not disturbing you," ujarnya bila melihat meja kerja Arisha penuh dengan kertas dan buku-buku katalog. Bahkan di atas sofa tidak jauh dengan meja itu terletak beberapa helai gaun.
"You are kinda disturbing but I know you won't come to meet me unless you have something to tell or ask. So, to save both of our time, what is it Nevan?" Arisha bertanya sambil menjongketkan keningnya. Salah satu perkara yang dia pelajari sejak dia sibuk dengan persiapan butiknya itu ialah ini - be honest and confident.
Nevan menyungging senyuman kecil. "Well, I do have something to tell and ask."
"Go on, Nevan."
"First of all," Nevan memposisikan badannya agar dia menghadap Arisha sepenuhnya. Badannya yang disandarkan pada kerusi tadi kini dikehadapankan sedikit. "Do you know about dad's art gallery?" soalnya mula. Wajahnya mulai serius, tiada riak main-main di air mukanya itu.
Arisha terdiam sejenak. Liurnya ditelan dan anggukan diberikan sebagai jawapan. "Of course."
"Good." Nevan mencapai pen di atas meja dan dipusingkannya di antara jari-jemarinya yang membuatkan Arisha senyum kecil kerana Nevan mempunyai tabiat yang sama dengan Ivan tika berfikir. "So my brother which is your husband," Nevan menghalakan pen di tangannya kepada Arisha saat menyebut itu. "told me that the gallery is inherited to me by our late grandfather which means I have full power on that gallery now."
"Oh." Arisha menjongketkan keningnya sebelah. "Congrats then."
"Huh." Nevan menggulingkan bebola matanya. "You really don't need to congratulate me with that."
Arisha tersenyum. "Kenapa pula? You baru je dapat a new whole place to earn more money."
"Well sister, I can only earn the money from that gallery if it is open to the public. But since my dad bersara dari dunia seni, his words not mine."
Terlepas tawa kecil daripada Arisha bila mendengar suara Nevan yang jelas jengkel itu.
Nevan tidak endah pada kakak iparnya itu. "The gallery had been closed for years now. And your beloved husband which is unfortunately my older brother thought it's a good idea for me to reopen the gallery to the public again which brings me to my next point."
Arisha hanya menahan senyuman lucunya kerana Nevan yang tampak bersungguh dan jengkel dengan ceritanya. "What is it?"
"I definitely can't reopen the gallery if I have no arts to display and sell. And your husband.."
YOU ARE READING
My Sweetest Desire
RomancePuteri Arisha - seorang gadis yang pendiam dan introvert walaupun merupakan seorang painting artist dan seorang model. Seorang gadis yang memendam perasaan, masalah dan rahsia untuk dirinya dan membina tembok yang tinggi dan tebal untuk mengasingkan...