20. PUKULAN DARI JIANG

609 60 37
                                    

"Mendengar tangisan bayi di pangkuan Ibunya terdengar menyejukkan hati. Namun, bagaimana dengan tangisan bayi yang tergeletak begitu saja? Memilukan."

___________________________________________
___________________________________________

Rumah Sakit Putih
jam 09.35 pagi

PADA akhirnya yang dilihat oleh Zhan bukan Lin Yi yang duduk tegak, tapi sosok yang terbaring lemah memejamkan mata bertopang alat-alat medis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PADA akhirnya yang dilihat oleh Zhan bukan Lin Yi yang duduk tegak, tapi sosok yang terbaring lemah memejamkan mata bertopang alat-alat medis. Hati ibu mana yang tidak hancur menyaksikan anak sulung yang dicintai, tampak seperti mayat yang bernapas. Hidup tapi mati, matinya justru bernapas.

"Nyonya Muda, Prof. Yuan udah bolehin kita masuk."

Kabar dari Max membuat Zhan lemas, padahal sangat ingin menerobos secepatnya ke ruangan.

"Anda butuh pegangan?"

Zhan menoleh pada Max, lalu menggeleng. "Jika aku bertopang, maka bagaimana dengan yang lain?"

"Anda... Maaf, Nyonya Muda."

"Nggak apa-apa, Max. Aku akan masuk tanpa dipegang, aku kuat."

Zhan menyuruh Max menunggunya di luar dinding kaca, lalu masuk seorang diri tapi tidak langsung berbicara walau sekedar sapaan. Lama Zhan menatap lekat ke arah Lin Yi, air matanya mengalir perlahan-lahan. Berjalan seperti melayang, tapi setiap langkah teramat berat diambil. 1 sentuhan di dagu Lin Yi, Zhan hanya menggunakan telunjuknya. Takut sekali dia memberikan tekanan berlebih.

"Selamat pagi, Sayang."

Zhan menunduk, menggigit bibir lantas mendekap Lin Yi di bagian bahu. Teramat pelan, mungkin tidak akan terasa. Pipi merona indah pria Jiang itu kini bersimbah air mata.

"Selamat...hikss...s-selamat tidur, Mama Yi...hikss...selamat tidur."

Cukup, Zhan tidak kuat berlama-lama. Sepatah saja kata yang terlontar, rasanya akan menjadi jeritan saja. Oleh sebab itu, dia memutuskan berbalik lalu keluar dari ruangan Lin Yi. Max dengan cepat meraih bahu Zhan kala majikannya tersebut oleng. Moy dan Cho di sana, mereka ber-2 melihat luka batin yang besar sekarang.

"Nyonya Muda, anda kuat?"

Pertanyaan Moy terdengar konyol di telinga Zhan. "Cita-citaku sejak awal adalah jadi Mama paling kuat untuk anak-anakku. Ini kesempatan, Moy. Aku akan jadi Mama paling kuat untuk mereka."

Berbicara seperti itu tapi air mata berlinang tanpa henti, Zhan berjalan lebih dulu lalu menolak bantuan dari para pengawalnya.

"Lalu, kita...kita...kita akan ke mana sekarang?"

Langkah Zhan berhenti, dia berbalik menatap Cho dengan tajam. "Apa pesanku malam itu, hah?"

Cho bungkam, dia menunduk. Hingga 1 pukulan mampir di dada kirinya dari si majikan cantik.

MAMA KELINCI🐇(Yizhan) S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang