85. ISTERI TIDAK SEMPURNA

483 49 24
                                    

"Cinta yang lalu biarlah berlalu, biarkan bunga kasih mekar dalam hati dari hati yang baru."
__________________________________________
__________________________________________

Rumah ZuuRei - jam 08.30 pagi

"KEI mau main apa kalau nggak mau susu, ung?"

Sudah 30 menit lamanya Rei merayu Keiran untuk menyusu, tapi si kecil selalu menolak dan memilih berbaring telungkup.

"Keiiii~"

Rei memanggil, tapi anaknya tetap diam. Ekspresi si Nakamura junior tampak sendu dengan mata sedikit berembun. Lama kelamaan, wajah bayi cantik tersebut perlahan-lahan memerah.

 Lama kelamaan, wajah bayi cantik tersebut perlahan-lahan memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ucaaan...umummm, ung."

Hanya gumaman seperti biasa, tapi nadanya sangat pelan dan tidak bertenaga. Rei mengambilkan mainan-mainan kesayangan anaknya, tapi bayi tersebut tetap enggan merespon.

"Ucaaan...hukss...Mooom, Ucaaan..."

"Tou-san masih di Jingshi. Sama Mommy dulu, ung. Kei mau main apa, ung?"

Keiran mulai menangis dengan suara pelan, tangisannya tidak berhenti sampai Rei harus berulang-ulang mengusap air mata sang anak. Si ibu muda membawa dia ke luar rumah, menonton langit seperti yang senang dirinya sendiri lakukan.

"Huhuu...Ucaaan...hukss...Mooom!"

Hanya 2 kata yang mampu Keiran ucapkan semasa usia ini. Rei yang tidak tahu kenapa putranya begitu rewel, berusaha semaksimal mungkin menenangkan dengan menggendong lebih jauh, terus lebih jauh sampai dia sampai di depan laboratorium Rain-Bow. Rei terdiam cukup lama, mengingat-ingat kembali momen saat dulu disandera oleh Si Kembar di dalam laboratorium yang lama. Kini, 2 orang tersebut sudah memiliki bangunan yang baru dan lebih besar, tentu dengan pengamanan yang semakin mumpuni. Kebetulan seperti dalam suatu cerita romansa monoton, penghuni tempat tinggal yang dibahas pun keluar. Seraya memegangi perutnya yang sudah besar, pemuda pirang platina itu berjalan mendekati Rei yang menggendong Keiran.

"Senior Rei, mau apa lo ke sini?"

Terdengar ketus di telinga siapa saja, tapi bagi Rei yang senantiasa ceria, itu bukan masalah sama sekali. Rain melihat ke arah Keiran yang sesenggukan dengan hidung memerah.

"Anak lo kenapa?!"

"Nangis, ung. Rei kasih susu tapi ditolak, dikasih mainan ditolak juga, ung."

"Boleh gue periksa?"

"Boleh, ung."

Rain menyentuh dahi dan leher Keiran, lalu terbelalak merasakan suhu yang sangat panas.

"Senior udah gila?! Ini si Keiran sakit demam namanya!"

Rain merebut tubuh mungil Keiran, lalu menggendongnya pergi ke dalam laboratorium. Rei mengikuti dengan raut cemas yang tidak pernah terlihat.

MAMA KELINCI🐇(Yizhan) S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang