PROLOG

245 8 4
                                    

Selamat datang di cerita ANASTASYA.

Have fun and here we go!

"Anas mohon sama Kakek." Pemuda itu berlutut di depan paruh baya. Mengabaikan ego yang selama ini ia junjung tinggi. Ini memang salahnya, tapi tidakkah ada sedikit belas kasihan kepadanya, bagaimanapun juga ia masihlah remaja labil yang perlu waktu untuk menerima semua yang menimpa hidupnya.

"Kamu sadar kesalahan kamu?"

Anas masih menunduk. Tak berani untuk sekedar menatap wajah Kakeknya. "Anas minta maaf," ucapnya lirih.

Sementara pria paruh baya yang menjulang tinggi dihadapan Anas hanya melipat tangan di depan dada dengan wajah angkuhnya.

"Tasya udah coba bilang sama kamu tapi kamu kemana?"

Anas semakin menunduk dalam, tertohok oleh kalimat Kakek.

"Tunjukin usaha kamu Anas. Karena itu buah dari pohon yang kamu tanam." Tanpa memberikan jawaban yang puas untuk cucunya, pria paruh baya itu pergi dari hadapan Anas.

Yang diucapkan Kakek memang benar, ini semua karenanya. Tasya pergi meninggalkannya sendirian juga akibat ulahnya, tapi apa benar gadis itu pergi bersama dengan perasaannya. Apakah memang tidak ada waktu bagi Anas untuk menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gadis itu?

•••

"Manusia hina! Rendahan! Penghianat! pengecut!"

Brak!

Suara gebrakan meja membuat seluruh warga kantin tersentak, mereka menikmati tontonan ini, namun jangan sampai ada adegan action juga apalagi didasari oleh kemarahan Anas. Mereka sedikit, sedikit gemetar.

Anas berdiri, sembari menatap tajam pada meja Adit. Hendra, Awan dan Dian memilih membuang muka.

Cukup sudah. Anas sudah cukup sabar menghadapi sindiran dari mereka, namun semakin dibiarkan semakin menjadi pula.

Suara berisik rombongan dari arah pintu masuk kantin membuat perhatian mereka kembali teralih, termasuk Anas.

"Woah! Keren parah!" Suara tawa khas anak kecil membuat mereka tertegun. Apalagi melihat presensi rombongan cowok dan cewek yang membuat mereka menganga.

Mereka sangat mencolok, meskipun menggunakan seragam berbeda warna dengan mereka, ini tampak lebih gelap. Namun perbedaan itu yang membuat mereka menjadikan ini tontonan yang menarik.

Rombongan itu mampu menarik atensi seluruh orang untuk menyadari kehadiran mereka.

"Ella jangan norak!"

Sementara gadis yang masih terkagum-kagum dengan kantin sekolah ini mengabaikan teguran sahabatnya, hingga tatapannya tertuju pada seorang pemuda yang berdiri mematung dengan tatapan tak percaya.

"LONG TIME NO SEE PAKETU!"

Anas menghela napas lelah, apalagi ini, Tuhan?

"HAH?"

•••

"Kamu memang tidak bisa selalu menjadi prioritasnya, tapi kamu bisa menjadikannya sebagai prioritasmu. Jangan harap feedback yang sama darinya, karena itu diluar kendalimu."

~ Amaratasya ~

"Maaf belum bisa jadi yang terbaik. Tapi lo udah melakukan yang terbaik."

~ Alanas ~

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang