00 Welcome Switzerland

21.8K 559 55
                                    

"Mas."

Salma membeo, rahangnya terasa mau jatuh. Menganga.

"Hi Switzerland... " Salma berucap haru.

Mereka tiba di Bandara Internasional Zurich, Swiss. Pada pagi hari karena sebelumnya mereka mengambil jadwal penerbangan sore menjelang malam dari Indonesia.

Salma meninggalkan kopernya, berjalan kedepan sekitar sepuluh langkah. Rasa bahagianya membuncah, Rony mengambil alih koper milik Salma. Ia memandang Istrinya dari belakang dengan senyum, bahagia juga.

Salma tak mau melewatkan momen,pemandangan di Bandara Zurich sangat menyegarkan mata dimana puncak Pegunungan Alpen menjadi latar belakangnya. Indah. MasyaAllah.... Beberapa kali Salma bergumam demikian.

Ia lupa pada Suaminya, Salma sibuk memotret seraya berdecak kagum.

(sumber google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(sumber google)

Salma menoleh kebelakang, Rony tersenyum menghampiri sambil menggeret koper di kedua tangannya. Salma nampak tak sadar Suaminya sedang kesusahan, tapi Rony pun tak mempermasalahkannya.

Salma tersenyum lebar, manis.

"Mas."

Rony tersenyum, "Dingin ya." ujarnya. Mereka datang ke Swiss di musim semi.

Musim semi menandai berakhirnya musim dingin yang keras dengan suhu yang semakin meningkat. Daerah dataran rendah mulai berbunga, menjadikannya waktu yang menyenangkan untuk berjalan-jalan dan menjelajah alam.

Meski udara semakin hangat katanya, tapi Rony mengecek peraba cuaca diponselnya menunjukan 20 derajat celcius, suhu yang lumayan dingin. Mengingat di Indonesia apalagi Jakarta yang panasnya bisa mencapai 38 derajat celcius. Perubahan cuaca ini yang kadang perlu waktu penyesuaian bagi tubuh, apalagi lelaki itu memang gampang pilek. Rony jadi mewanti-wanti dirinya sendiri. Rony tak bisa membayangkan sedingin apa disini bila musim salju tiba sedangkan musim semi yang katanya hangat saja masih terasa dingin.

Sementara Salma sudah banyak tahu ilmunya, jadi ia tak kaget hanya butuh penyesuaian saja karena sebelumnya ia sudah banyak melakukan riset mengenai negara Swiss itu sendiri.

"Maaf, Mas. Aku lupa." Salma menarik koper miliknya.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan bandar udara terbesar di Swiss ini menuju pusat kota yang tak jauh. Zurich, kota terbesar di Swiss padahal ibukotanya adalah Bern.

Salma dan Rony menaiki angkutan umum, taxi. Untungnya disini selain bahasa Jerman dan Italia yang digunakan bahasa Inggris pun turut digunakan karena biasanya turis seperti mereka kebanyakan menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Mereka masih agak gagap, maklum hari pertama.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang