Tap!
Tap!
Terasa luas, tangan itu bergerak menjamah sesuatu yang dicarinya. Sementara mata sang pemberi petunjuk masih memejam. Lelaki beranak satu itu membuka netranya dengan malas. Sedikit terpaksa.
"Ca..." panggil suara yang semakin serak itu, lirih.
Rony berdecak, merubah posisi tidurnya jadi terlentang. Semalam perempuannya terlelap dalam rengkuhannya. Lantas? Sekarang? Kemana dia? begitu batin lelaki itu.
"Ca."
Rony beranjak duduk, bersandar didipan. Matanya terasa sepat sekali berikut rambutnya yang sedikit acak kadut.
Salma rupanya tak mendengar panggilan itu, ia terlalu fokus.
Rony berdecak, lagi. "Ca, masih jam satu malem loh. Ngapain sih disitu?" dengan nada betenya.
Salma masih tak mendengar, ia berada di ujung kamar mereka. Ada meja kecil, space kecil yang biasa Salma gunakan untuk menulis ataupun Rony yang membawa pekerjaan kantornya kesana. Tempat yang cukup berguna. Disampingnya ada pintu menuju taman belakang. Iya, space sedang tempat menjemur pakaian.
Salma masih tak mendengar, terlalu fokus pada apa yang dikerjakannya. Atau budek? Sedikit terbesit pemikiran tersebut dari benak Rony.
Kurang ajar! Mungkin itu jawaban Salma jika mendengar kata dibenak lelakinya.
Lelaki itu beringsut turun, "Ca." panggilnya lagi sambil berjalan mendekat. Masih diabaikan.
Rony menghembuskan napasnya, lelaki itu menepuk pelan pundak perempuannya. Salma seketika terperanjat. Benar, ia terlalu fokus. Entah apa yang membuatnya se-fokus itu.
"Mas, ih! Ngagetin tau gak." keluhnya, merasa kesal. Lalu mendengus sambil mengusap dada.
Salma kembali pada tab nya. Tangan lentik itu bergerak meng-scroll layar benda canggih dengan layar lebar itu. Kegiatannya seperti mengoreksi sesuatu.
"Ck, ya kamu dipanggil-panggil gak nyaut." dumelnya. Rony menatap perempuannya sedikit tajam, kesal juga.
Salma tak merespon membuat Rony berdecak lagi, "Mis, pirit simi pingging iki sikit. Semalam aja ngeluh gitu, sekarang apa? Lagi ngapain sih?" lelaki itu mengomel.
Salma menoleh, sedikit kesal karena diganggu. "Kamu diem deh! Mending tidur lagi aja sana. Aku lagi ngerjain materi buat seminar besok. Ada beberapa materi yang mau aku tambahin soalnya."
"Ck, ya kan bisa nanti pagi, Ca." Rony masih mendumel, Salma menghela napasnya mencoba sabar.
"Gak bisa, Mas. Waktunya mepet. Lagi pula aku kepikiranya sekarang. Nanti kalo ditulis nanti-nanti takut lupa." jelas Salma.
"Ck." Rony kembali berdecak, lalu mendengus.
"Gak usah cak cek cak cek." Salma kembali mengarahkan pandangannya pada benda canggih itu. Tangannya menari di papan tulis. Mengetik kembali beberapa kata yang terlintas dipikirannya. Salma juga membuka ponsel, mencari validasi dari sosial media. Iya, sedikit riset.
"Ca."
"Udah, Mas. Tidur lagi aja sana. Nanti aku nyusul." ucapnya, tanpa menatap Rony yang sudah nampak bete.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...