BAB XV

1.3K 102 0
                                    

Hari ini langit mendung, seperti ikut merasakan kesedihan yang adel rasakan. Para pelayat telah meninggalkan pemakaman,tapi disana masih tinggal beberapa orang yaitu adel,shani, gracio,zean,gita, feni dan juga teman² adel.

Adel masih terduduk lemas di samping makam ibunya. Disana tertulis nama ibunya."SISKA SARAS". Mata Adel sembab,air matanya terus mengalir. Shani yang terus berada di samping adel pun mencoba menenangkan dan menguatkannya.

"Dell,kita pulang ya?" Ucap shani lembut
"Nggak ci,adel masih mau disini."
"Tapi sayang,sepertinya akan hujan. Lebih baik kita pulang. Bunda pasti juga nggak mau liat adel seperti ini" shani masih berusaha membujuk adel.
Adel masih saja kekeuh ingin disana.
Akhirnya shani menyuruh yang lain untuk kembali duluan sedangkan ia sendiri akan menemani adel terlebih dahulu dan nanti akan menyusul.

Yang lainpun akhirnya pamit,sebelum pamit mereka masih sempat mengucapkan ucapan bela sungkawa,serta ucapan yang menguatkan adel.
Disaat yang lain sudah beranjak pergi,gracio dan zee masih berdiam di tempat.

"Kalian duluan aja,nggak papa" ucap shani kepada gracio dan juga zee.
"Nggak sayang kita nggak akan tinggalin kalian berdua." Ucap gracio.
"Iya ci,kita bakal temenin kalian disini" zee menimpali
Shani akhirnya hanya menggangguk.
Sedangkan adel dia hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Bund,kenapa bunda ninggalin adel,adel udah nggak punya siapa² lagi sekarang. Adel sendirian bund. Kenapa bunda ninggalin adel. Kalau bunda mau pergi kenapa nggak ajak adel. Adel mau ikut bunda aja. Adel nggak bisa kalau nggak ada bunda." Tangis adel kembali pecah.
Shani,gracio dan zee pun ikut meneteskan airmata.
"Del,kamu nggak sendirian. Masih ada kita. Aku,koko sama cici akan selalu ada buat kamu" ucap zee yang sekarang sudah ikut berjongkok di samping adel.
"Iya del,sekarang kita akan jadi bagian dari hidup kamu. Kami nggak bakal ninggalin kamu" gracio ikut menenangkan adel yang diangguki shani dan juga zee.

Adel masih saja larut dalam kesedihannya,hingga akhirnya ia pingsan. Mungkin karena lelah dengan tangisnnya dan dari pagi dia belum makan apapun sama sekali. Shani dan zee kaget melihat adel yang terkulai lemas. Zee dengan sigap menangkap tubuh adel dan membopongnya keluar pemakaman. Gracio dan shanipun segera bangkit dan mengikuti zee yang sudah terlebih dahulu berjalan keluar. Graciopun juga memapah shani di belakang. Karena shani juga kelihatan sangat lelah.

Sesampai di mobil.
"Ci,cici yang pangku adel ya di belakang? Nggak papa ya?." Ucap zee meminta persetujuan shani.
Shanipun mengangguk dan masuk terlebih dahulu ke mobil. Stelah itu baru zee memasukkan adel ke mobil di bantu gracio dan membaringkannya,dengan kepala adel di pangkuan shani.
Dan tak lama setelah itu,mereka meninggalkan area pemakaman,dengan gracio yang menyetir mobil.

Di perjalanan,shani terus mengelus lembut kepala adel. Dia sangat sedih melihat kondisi adel saat ini.
"Dell,kamu yang kuat ya sayang. Cici akan selalu ada disini buat kamu. Cici nggak bakal tinggalin kamu. Kamu harus kuat dan bangkit lagi. Cici sayang adel." Batin shani. Shani sesekali mengecup lembut kening adel.
Kondisi shani hampir sama buruknya dengan adel sebenarnya. Mata yang sembab dan bibir yang sedikit pucat. Mungkin hanya kesedihan yang mereka rasakan saja bedanya.

Gracio yang melihat shani dari spion berusaha menguatkannya.
"Sayang kamu juga harus kuat,kalo kamu lemah siapa yang akan menguatkan adel. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalo kalian udah anggap diri kalin bersaudara. Kamu harus kuat." Gracio berucap sambil sesekali melirik ke belakang lewat spion dalam.
"Iya ci,kita akan selalu ada buat cici dan adel." Zee juga buka suara.
Shani hanya mengangguk dan tersenyum. Dan setelah itu ia larut dalam pikirannya sendiri.

Sesampai di rumah,zee kembali membopong adel masuk ke rumah dan lansung di bawa ke kamar.
Zee lansung membaringkan adel dan menyelimutinya. Shani dan cio lansung menyusulnya setelah beberapa saat menyapa pelayat yang datang.
"Zee,gimana adel?" Tanya shani.
"Masih belum sadar ci." Raut sedih nampak di wajah zee.
Shani mencoba memberi minyak angin di dekat hidung adel,dan adelpun bereaksi,ia mulai sadar.
Adel mengerjap²kan matanya memandang sekelilingnya. Ia melihat zee,shani,dan gracio di sampingnya.
"Ci..." ucap adel lirih.
"Iya sayang, cici disini. Kamu butuh apa?" Tanya shani
Adel hanya menatap shani.
Gracio mengambil segelas air dan memberikannya pada shani.
"Kasih adel minum yang." Ucap gracio sambil menyodorkan gelas berisi air.
"Adel,minum dulu ya, biar tenggorokannya nggak kering." Ucap shani.
Adel bangun untuk duduk dan menerima uluran gelas dari tangan shani.
Tak lama setelah itu adel kembali berbaring. Ia rasanya sangat lelah,dan kepalanya pusing.

"Sayang, aku keluar dulu ya. Aku mau cari makan buat kita." Ucap gracio pada shani. Shani mengangguk.
"Iya yang,kamu hati² ya."
"Iya,kamu mau pesan apa?" Lanjut cio
"Terserah kamu aja,aku ikut."
"Ya udah kalo gitu aku jalan ya."
"Iya hati² ya."
Cio mengangguk.
"Zee,kamu ikut temanin koko ya?" Ucap cio.
"Iya ko. Ci,dell kami jalan dulu" ucap zee
"Iya zee,hati²" saut shani
Adel hanya mengangguk.
Dan setelah itu cio dan zee pun keluar untuk membeli makanan untuk mereka.

Diluar para pelayat juga sudah tak ada lagi. Tadi tamu pelayat di terima oleh pak RT. Dan sekitar 5 menit yang lalu pak RT juga sudah pamit pulang,karena sudah tak ada lagi pelayat yang datang. Adel dan ibunya memang tak lagi memiliki keluarga dekat. Mereka hanya berdua. Keluarga dari pihak ayah sudah tak mau mengakui mereka keluarga lagi,semenjak tau ayah adel mempunyai hutang dimana mana. Bahkan saat ayah adel meninggalpun tak ada satupun yang datang. Sedangkan keluarga dari pihak ibu,memang tidak ada sama sekali. Dan setelah kepergian ibunya,adel benar² sebatang kara.

Di kamar adel sekarang hanya ada adel dan shani. Shani ikut berbaring di samping adel. Dia berbaring menghadap adel. Adel tidur sambil telentang. Shani memperhatikan wajah sendu adel yang tertidur. Mungkin karena kelelahan dan terlalu lama menangis. Shani terus mengelus lembut kepala adel. Hingga akhirnya adel sedikit terusik dan terbangun.
"Adel,kok bangun. Tidur aja,koko sama zee belum kembali. Nanti kalo mereka udah balik cici bangunin"
Adel hanya diam dan memandang shani dengan tatapan sendunya. Shani hanya memandang heran.
Tapi tiba² adel memutar badannya jadi menghadap shani,dan lansung memeluknya.

Shani melihat punggung adel bergetar dan merasakan airmata adel membasahi bajunya. Kali ini adel menangis tanpa suara.
Shani segera membalas pelukan adel. Shani tak bicara apapun. Shani hanya mengelus lembut punggung adel. Shani dapat mengerti apa yang di rasakan adel,karena ia pun pernah di posisi itu. Yang di butuhkan adel sekarang bukanlah nasehat atau kata motivasi,tapi hanya pelukan dan orang selalu ada di sampingnya untuk berbagi kekuatan,dan saat ini orang itu adalah dirinya.

Adel sudah terlihat mulai tenang. Shani mengendorkan  pelukannya.
"Udah,?" Tanya shani
Adel hanya diam.
"Mau apa? Mau minum dulu?"
Adel hanya menggeleng
"Minum dulu ya sedikit,biar enakan." Shani mengambilkan air yang berada dia atas nakas di samping kasur. Dan memberikannya pada adel.

Setelah akhirnya adel minum beberapa teguk,dia kembali bebaring. Shani juga ikut berbaring kembali.
Mereka sekarang berhadap hadapan.
"Dell,jangan sedih² terus ya. Mulai hari ini cici akan jadi pengganti bunda buat kamu. Adel boleh kasih tau cici apa aja. Cerita atau apapun itu. Cici akan usahakan buat selalu ada buat adell. Ya sayang"
Mendengar ucapan shani. Adel kembali meneteskan airmatanya. Shani yang melihatnya menghapus airmata adel yang jatuh itu dengan lembut.
"Jangan nangis terus,sekarang bunda udah tenang,pasti bunda juga nggak mau liat adel begini terus. Adel harus kuat. Cici juga nggak mau adel gini terus,kalo adel gini terus ntar sakit. Cici nggak mau itu. Ya sayang ya. Sedih boleh,tapi jangan larut. Oke?"
Adel mengangguk
"Iya ci,makasih ya. Adel seneng banget bisa ketemu dan dekat dengan orang sebaik cici. Kalo seandainya adel tak bertemu cici,adel nggak tau bakal seperti apa adel sekarang. Maaf ya ci,sampai sekarang adel sering menyusahkan cici"
"Cici nggak merasa di repotin sama kamu,cici bener² udah anggap kamu adek cici. Jadi jangan terus merasa bersalah dan nggak enak hati,ya?"
"Iya ci..."
"Ya udah,sekarang istirahat ya,sambil nunggu koko sama zee. Cici temenin"
"Iya, tapi mau peluk"
Shani tersenyum dan lansung memeluk adel.
"Sekarang bobok ya." Ucap shani sambil menepuk pelan punggung adel. Tak lama kemudian adel tertidur.
Shani yang merasa lelah pun akhirnya juga ikut tertidur.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang