BAB IX

1.5K 114 2
                                    

Shani dan adel telah sampai di depan kontrakan adel.

"Mampir dulu ci...!" Ajak adel

"Emang boleh?"

"Ya boleh lah ci... kenapa juga nggak boleh. Ya tapi rumahnya begini,nggak sebesar rumah cici lah."

"Kata siapa rumah cici besar,kayak kamu pernah ke rumah cici aja."

"Ya nebak aja ci,nggak mungkin juga kayaknya rumah cici bakal seperti ini"

"Udah ah... jadi mau dia ajak mampir nggak nih cicinya. Kalo nggak jadi di bolehin,cici pulang aja deh." Ucap shani dengan wajah cemberutnya.
Padahal cuman pura² aja sih.

"Eh iya ci... boleh lah,masak nggak boleh kan adel yang nawarin. Ayok ci"

Adel dan shani pun turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu.

Adel mengetuk pintu beberapa kali.

"Assalamualaikum..." ucap adel

"Waalaikumsalam.." sahut ibu adel dari dalam.

Terdengar suara langkah dari dalam rumah,dan tak lama pintupun terbuka. Menampilkan sesosok wanita anggun yang masih terlihat cantik walaupun sudah tak muda lagi.

"Masuk²..." ajak ibu adel

"Ayok ci masuk..." ajak adel kepada shani dan dijawab anggukan oleh shani.

"Ini siapa nak?" Tanya ibu adel setelah mempersilahkan tamunya duduk.

"Oh,,,ini ci shani bund,temannya kak gita. Yang kemaren sempat ngantar adel pulang waktu hujan" ujar adel.

"Tante,kenalkan saya shani" ucap shani salim dengan ibu adel.

"Oalah... terimakasih ya nak shani udah mau anter adel malam itu,soalnya ibu juga khawatir,hujan malam itu juga lumayan deras." Ucap ibu adel.

"Iya tante sama²..." ucap shani sambil tersenyum.

"Tante tinggal ke belakang dulu ya. Masih ada yang mau di selesaikan. Mari nak shani" ibu adel berdiri dan meninggalkan shani dan adel.

"Tunggu bentar ya ci,adel ke belakang sebentar."
Shani mengangguk dan adelpun pergi kearah dapur.

Shani melihat² sekitaran ruang tamu tersebut. Matanyapun tertuju pada foto keluarganya adel. Shani memperhatikan foto tersebut. Di foto itu ada orangtua adel dan juga 2 anak perempuan. Yang salah satunya pasti adel menurut shani.Tapi yang satu lagi siapa?. Shani memperhatikan foto anak perempuan yang lebih besar,yang kemungkinan adalah kakak adel. Shani seperti mengenal orang tersebut. Tapi siapa dan dimana ia mengenalnya. Shani mencoba mengingat ngingat.
Saat shani tengah bergulat dengan pikirannya,adel datang dari arah dapur membawa 2 gelas esteh manis dan sedikit cemilan. Adel meletakkan bawaannya di atas meja tamu dan mendekati shani. Shani tak menyadari kehadiran adel. Adel memanggil manggil shani tapi shani seperti tak mendengar. Adelpun menepuk pelan bahu shani,dan itu sedikit mengagetkan shani.

"Ci... cici kenapa,kok bengong?"

"Oh...eh... iya... nggak kok dell,nggak papa" jawab shani agak sedikit kikuk karena di kagetkan adel.

"Duduk ci,minum dulu. Adel udah bikinin es teh manis,sama ini ada sedikit cemilan. Silahkan ci" adel mempersilahkan shani untuk mencicipi hidangan alakadarnya itu.

"Aduh dell,kamu nggak perlu repot². Cici jadi nggak enak."

"Nggak papa ci,nggak repot kok" ucap adel sambil tersenyum

"Silahkan ci di minum sama di cicipin cemilannya."

"Iya...makasih ya"

Shani pun menyeruput esteh nya dan mencicipi cemilan yang ada. Begitupun dengan adel.

"Dell, cici boleh nanya nggak?"

"Boleh ci, tanya apa?"

"Itu di foto keluarga kamu kok kalian berempat,kamu punya kakak atau adik?" Tanya shani hati²

Adel yang di tanyapun tersenyum
"Iya ci,sebenarnya adel punya kakak perempuan. Tapi kata bunda kakak udah pergi. Adel juga nggak ingat apapun tentang kakak. Bahkan adelpun nggak ingat siapa namanya. Dulu tiap kali adel tanya ayah bunda soal kakak mereka selalu bilang kakak udah pergi. Adel juga nggak tau,pergi yang mereka maksud apa. Bahkan tak ada satupun hal yang bisa mengingatkan adel soal kakak. Barang atau apapun itu. Satu²nya hanya foto itu." Ucap adel sambil menunjuk foto keluarganya.

Raut wajah adel berubah sedikit sendu.

"Maaf ya del,cici jadi buat kamu sedih." Ucap shani tak enak hati.

"Nggak papa kok ci, santai aja" ucap adel sambil menampilkan senyum diwajahnya.

"Kok jadi mellow gini sih kita." Ucap adel sambil sedikit terkekeh.

"Ternyata nasib kita hampir sama ya dell,tapi beruntungnya kamu masih punya bunda" ucap shani sambil sedikit menunduk dan tersenyum getir.

Adel mendekati shani dan menggenggam sebelah tngannya.

"Kan sekarang cici punya adel... jadi jangan sedih² lagi. Sekarang cici punya adek,dan adel punya kakak." Ucap adel menampilkan senyum gemasnya.
Tingkah adel seperti itu membuat shani sedikit terkekeh dan menoel  gemes hidung adel.

"Kok bisa sih kamu selucu ini. Biasanya juga kalem"
Adel hanya cengengesan.

Ya ini adalah sisi lain adel,terkadang ia bisa manja dan clingy sama orang² tertentu. Biasanya sih cuman sama ibunya. Tapi ntah kenapa sekarang ia bisa bersikap seperti itu pada shani. Padahal mereka baru kenal. Baru banget malah.

Setelah beberapa saat mereka mangobrol. Shani berniat pamit pulang.

"Dell, ini udah siang banget. Cici pamit ya."

Adel melirik jam dinding dan benar saja sekarang udah jam 11.15.

"Oh iya. Nggak berasa ya ci. Keasikkan ngobrol ya gini."
Merekapun tertawa.

"Kalo gitu cici pamit ya" shani pun pamit dan juga menghampiri ibu adel di halaman belakang untuk pamit.

Adelpun mengantar shani sampe beranda.
Saat shani akan pergi,tiba² adel mengulurkan tangannya. Shani bingung dan mengernyitkan keningnya. Adel yang melihat itu lansung tersenyum dan meraih tangan kanan shani dan ya... adel hanya mau salim kok.
Shani yang kagetpun hanya bisa tersenyum. Jarang² ada anak muda yang punya attitude seperti ini. Bahkan  termasuk dirinya. Ia merasa malu pada diri sendiri.
Shani pun segera masuk mobil dan pergi meninggalkan kediaman adel.

Tak berselang lama setelah kepergian shani. Ada orang yang datang kerumah adel dan marah marah.
Adel dan ibunya hanya bisa menangis terduduk di lantai. Adel memeluk ibunya yang sudah pasrah.




Segini dulu ya guys... nantikan terus kelanjutannya.
Jangan lupa vote,kritik dan sarannya
Love kalian banyak-banyak 🥰😘

Maaf ya kalo banyak typo dll...

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang