BAB 43

897 89 4
                                    

"Bagaimana kondisi adik saya dok?" Tanya shani saat dokter telah selesai memeriksa adel.

"Mbak bisa ikut ke ruangan saya sebentar?" Ucap sang dokter.

Shani mengangguk dan mengikuti sang dokter ke ruangannya.

Setelah sampai di ruangan sang dokter mempersilahkan shani untuk duduk.

"Jadi bagaimana keadaan adik saya dok?" Tanya shani mengulang pertanyaannya yang tadi

"Sebelumnya saya ingin bertanya,bagaimana kondisi adik anda sebelum pingsan. Atau sebelumnya ada riwayat penyakit?" Tanya sang dokter pada shani.

Shanipun menceritakan pada dokter apa yang di alami adel sebelumnya. Dan apa yang di katakan dokter yang memeriksa adel sebelumnya.

"Dari penjelasan yang mbak sampaikan ada kemungkinan yang di katakan dokter sebelumnya ada benarnya. Dan untuk memastikannya kita harus melakukan beberapa tes." Jelas dokter

"Baiklah dok,tolong lakukan yang terbaik untuk adik saya dok." Ucap shani.

"Baik mbak. Mbak tidak usah khawatir,kami akan lakukan yang terbaik untuk adik mbak." Jawab dokter.

"Terimakasih dok,kalo begitu saya permisi"

"Silahkan..."

Shani pun meninggalkan ruangan dokter tersebut dan kembali ke tempat adel. Saat sampai disana ternyata adel sudah sadar.

"Adell... kamu udah sadar?" Ucap shani menghampiri adel

Adel mengangguk.

"Cici darimana?"

"Tadi cici nemuin dokter dulu. Kamu bagaimana?. Masih pusing?"

"Sedikit ci..."

"Kamu istirahat dulu ya. Cici ke depan sebentar buat urus administrasi."

Adel mengangguk,dan shanipun segera mengurus administrasi.
Setelah semua selesai adel seger di pindahkan ke ruang rawat inap

Sekarang adel telah di pindahkan ke ruang rawat inap. Shani duduk di samping ranjang adel. Dia terus menatap adiknya itu. Nampak raut khawatir di wajahnya. Bagaimana tidak,dalam kurun waktu yang berdekatan,adel mengalami hal ini. Bahkan sekarang adel harus di rawat. Apa sebenarnya yang di alami adel? Itulah yang di pikirkan shani.

Shani seakan larut dalam pikirannya. Hingga dia tak sadar jika adel dari tadi memanggilnya.

"Ci... cici.." ucap adel

Karena tidak ada respon akhirnya adel meraih tangan shani dan hal itu sontak membuat shani kembali ke kesadarannya.

"Ci... cici kenapa? Kok melamun gitu?" Tanya adel sedikit khawatir.

"Nggak papa kok,cici nggak papa." Jawab shani sambil tersenyum.

"Beneran cici nggak papa?. Daritadi cici melamun. Cici lagi mikiran apa?"

"Nggak... cici cuman lagi mikirin kamu. Sebenarnya kamu kenapa sih dell? Kenapa bisa seperti ini? Padahal sebelumnya kamu baik² saja."

"Adel juga nggak tau ci. Semenjak ketemu papanya kak gita. Adel merasa ada sesuatu yang terus menerus mengganggu pikiran adel. Banyak hal yang terus bertebaran di kepala adel. Bahkan adel tidak tau itu apa? Siapa? Dan kapan." Jelas adel.

"Terus tadi di kamar tara? "

"Adel juga bingung ci. Saat adel lihat tulisan di meja itu,adel seperti melihat dua orang yang saling tertawa sambil melihat tulisan itu. Mereka begitu bahagia. Itu cici dan tara. Adel bahkan merasa hal itu tak asing di otak adel. Adel benar² bingung ci. Bahkan sebelumnya pun adel belum pernah bertemu tara ataupun cici." Jelas adel.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang