BAB XIX

1.2K 100 4
                                    

Shani dan adel saat ini berada di kamar adel. Shani membantu adel membereskan barang²nya.
Setelah semua selesai,mereka duduk di tepi ranjang.
"Dell, ke depannya kalau kamu ada apa²,kamu cerita ke cici ya,apapun itu. Mau hal kecil ataupun hal besar. Cici akan dengar cerita kamu. Mulai sekarang kamu keluarga cici dan cici keluarga kamu" ucap shani.
Adel mengangguk.

"Ci, adel boleh nanya?"
"Iya... apa?"
"Kenapa cici bisa sebaik ini sama adel?"

Shani yang mendengar pertanyaan adel pun tersenyum.
"Mau tau aja apa mau tau bangeeet?" Goda shani.
"Aaaa...cici mah gitu. Serius ci,adel pengen tau. Bahkan cici bisa sampe segininya sama adel ,yang bahkan hanya orang asing yang tiba² hadir di kehidupan cici."
Shani kembali tersenyum. Dia menarik nafas pelan dan menatap manik mata adel. Shani meraih sebelah tangan adel dan menggenggamnya.

"Kamu mau tau?" Tanya shani.
Adel mengangguk
"Dell,kamu tau kan kalau cici telah kehilangan adik dan bahkan kedua orang tua cici?. Cici bahkan telah mengikhlaskan kepergian kedua orang tua cici. Tapi untuk adik cici,terkadang cici merasa belum bisa mengikhlaskannya. Bukan berarti cici tidak mengikhlaskannya. Mungkin cici merasa begitu,karena saat kepergian tara,cici tidak bisa bertemu dengannya untuk yang terakhir kali karena saat itu cici berada di jepang untuk olimpiade. Bahkan orangtua cici tak memberitahu akan kepergian tara,sampai cici kembali ke indonesia dengan alasan mereka tak ingin mengganggu konsentrasi cici saat itu. Saat sampai di indonesia kembali yang bisa cici temui hanya makamnya" shani menahan tangisnya mengingat hal itu. Airmatanya telah menganak sungai.

Adel yang melihat itu memeluk shani untuk memberikan sedikit energi ketenangan.

Kemudian shani melanjutkan kembali ceritanya
"Saat itu cici hancur banget rasanya. Bahkan hampir sebulan cici mengurung diri di kamar. Cici benar² hancur saat itu. Kenapa,kenapa orangtua cici begitu tega tak memberitahu cici saat itu. Untungnya orang tua cici sabar,dan terus menerus memberikan pengertian. Mungkin disana mereka juga merasa bersalah. Teman² cici juga terus menyemangati termasuk feni. Dia tak pernah meninggalkan cici. Makanya cici sayang banget sama dia. Sampai akhirnya cici bisa bangkit lagi sampai sekarang."

Sekarang shani sudah sedikit tenang. Adel saat ini hanya diam mendengarkan semua cerita shani. Dia tak ingin memotong atau berkomentar.

"Tapi entah kenapa semenjak bertemu kamu, cici merasa kalau tara kembali ke cici. Mungkin karena usia kalian yang sama dan sedikit kesamaan yang kalian miliki. Cici merasa ada kedamaian di hati cici saat bersama atau mengingat kamu. Ruang rindu di hati cici ke adik cici merasa dapat cahaya dan kehangatan. Mungkin saking kesepiannya cici kali ya..." shani tersenyum kearah adel.

"Itulah alasan kenapa cici bisa sesayang itu sama kamu,kamu² benar udah seperti bagian hidup cici belakangan ini. Jadi cici harap kamu tidak menganggap   kita orang asing satu sama lain. Kamu mau kan jadi adiknya cici?. Cici akan jadi wali dan bertanggung jawab penuh terhadap kamu mulai sekarang"

Mendengar perkataan shani, adel bnar² terharu sampai ia benar² bingung harus bilang apa. Jujur sebenarnya sejak mengenal shani,adelpun merasakan hal yang hampir sama dengan apa yang di rasakan shani. Mungkin ia juga merindukan sosok kakaknya yang entah apa kabarnya. Entah masih ada atau telah tiada.

"Ci... adel seneng banget bisa jadi bagian hidup cici,dan bisa menjadi pengobat rindu cici kepada tara. Adel juga seperti merasakan bagaimana rasanya punya seorang kakak semenjak kenal cici. Makasih ya ci udah mau jadi kakak buat adel. Terimakasih untuk semuanya."
Adel memeluk shani erat.

"Iya,sama² mulai sekarang kita keluarga. Oiya satu lagi,cici mau kamu berhenti bekerja ya di kafe,bukan apa²,tapi sekarang kamu udah di masa² akhir SMA, cici mau kamu fokus. Kamu jangan berfikir cici mau menyetir sepenuhnya kehidupan kamu karena sekarang kamu sama cici. Tapi cici cuma ingin kamu dapat yang terbaik. Kamu ngertikan maksud cici."

Adel tersenyum mendengar ucapan shani. Ada nada khawatir disana. Mungkin shani takut adel salah paham akan ucapannya. Tapi adel mengerti kok kekhawatiran shani.

"Iya ci,adel ngerti kok. Tapi jika adel tidak bekerja. Adel² benar² hanya akan jadi beban buat cici."
"Nggak del,cici tidak akan merasa terbebani. Bahkan kehadiran kamu di hidup cici sekarang malah meringankan beban cici"
"Loh,kok bisa..?" Heran adel
"Iya... mengurangi beban kesepian cici di rumah ini" shani terkekeh kecil.
"Aaaaa.... cici mah gitu..."
"Kamu baru boleh kerja setelah menyelesaikan pendidikan kamu, tapi jika sebelum itu,cici nggak ijinin. Oke. No debat lagi." Shani menatap serius kearah adel dan memberikan kelingkingnya untuk membuat janji dengan adel. Adel yang melihat itu tersenyum simpul,dan mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking shani.

"Ci... jangan sering² ya keluarin tampang kek gitu. Serem ci,adel takut." Adel menggidikkan bahunya seolah olah seram. Shani hanya terkekeh melihat kelakuan adel.

"Ya udah,kamu bersih²,sholat isya terus istirahat ya,udah malam,besok sekolahkan? Cici juga mau balik ke kamar" shani berdiri dan mulai berjalan.
"Ci..." panggilan adel menghentikan langkah shani. Shani menoleh kembali
"Kenapa?"
"Cici bobok sini aja. Temani adel malam ini. Ya ya. Please"
"Iiiiii....manjanya. iya udah nanti cici balik kesini lagi,buat temani kamu bobok. Cici balik ke kamar dulu buat bersih² dan sholat isya."
Shani segera keluar dari kamar adel dan menuju kamarnya.

Adel telah selesai dengan kegiatan bersih²nya dan juga ibadahnya. Sambil menunggu shani,adel duduk bersender di krpala ranjang sambil membaca buku pelajaran untuk besok. Mungkin karena efek lelah adel malah ketiduran sambil duduk.

Tak lama kemudian shani masuk ke kamar adel. Ia melihat adel telah tertidur sambil duduk dan masih memegang buku di tangannya. Shani tersenyum dan menghampiri. Shani mengambil buku adel dan menaruhnya di atas nakas. Shani membangunkan adel untuk memperbaiki posisi tidurnya.
"Del,boboknya yang benar yok."
Adel yang masih setengah sadar menatap shani dan segera memperbaiki tidurnya.
"Maaf,cici lama ya. Sampe kamu ketiduran. Ya udah lanjut aja boboknya" shani membenarkan selimut adel dan memberikan kecupan di kening adel.
"Cici juga bobok sini." Adel menepuk ruang kosong di sampingnya.
"Iya iya..." shani segera naik ke ranjang dan berbaring di samping adel.
Adel lansung saja memeluk cicinya
"Night cici,have a nice dream."
"Night to dedel. Have a nice dream."
Akhirnya mereka tidur untuk melepaskan penat hari ini.




Jangan bosan ya nunggu kelanjutannya.
😊

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang