BAB XXIV

955 91 0
                                    

Di perjalanan adel dan zee hanya diam tanpa ada yang bicara. Sesekali zee melirik ke arah adel. Hingga akhirnya zee mencoba untuk memecah keheningan.

"Dell,gimana kalo kita mampir makan dulu,aku lapar soalnya,belum sempat makan tadi." Zee membuka percakapan

"Kamu beneran belum makan siang?" Adel memastikan

"Iya... pas jam istirahat kedua tadi,aku di panggil ke ruang guru,wali kelas aku minta bantuan seseuatu." Jelas zee

"Ooh,ya udah kalo gitu. Kita mampir cari makan dulu juga nggak papa." Lanjut adel

"Oke kalau gitu..."
Zee kembali fokus menyetir sambil tetap sesekali menatap adel.

Adel kini kembali fokus menatap ke jalanan. Dia tidak sadar jika daritadi zee sering mencuri pandang kepadanya. Di fikiran adel saat ini,sebenarnya dia bahagia bisa berdua bersama zee,tapi terkadang egonya masih terlalu tinggi untuk menerima zee. Banyak alasan yang di jadikan batasnya.

Tak berselang lama akhirnya mereka sampai di sebuah resto. Mereka segera turun dan masuk. Mereka duduk di sebuah meja dekat jendela,hingga mereka bebas melihat keadaan di luaran.

"Dell...kok kamu diam aja? Kamu keberatan ya sebenarnya nemenin aku?" Tanya zee yang memperhatikan adel dari tadi lebih banyak diam

"Nggak kok. Aku nggak papa. Aku juga nggak keberatan sama sekali nemenin kamu" jawab adwl yang tak enak hati mendengar ucapan zee.

"Beneran?" Zee mencari kepastian di wajah adel

Adel hanya mengangguk sambil memberikan seulas senyum manis. Hal itu berhasil membuat hati zee semakin berbunga.

"Dell..." ucap zee sedikit ragu².

"Iya... ada apa?" Jawab adel sambil memandang lurus kearah zee. Adel menangkap sedikit keraguan di wajah zee.

"Dell... aku sayang kamu. Aku tau,mungkin perasaan ini belum bisa menerima balasan yang di inginkan dari kamu. Tapi jujur dell,aku nggak bisa berpaling dari rasa ini. Aku juga tau kamu belum mau pacaran, tapi bolehkan aku berharap?" Ucap zee mengungkap persaannya.
Hal itu berhasil membuat adel terdiam. Dia tak menyangka jika zee akan mengungkap lagi persaannya.

"Zee..." adel bingung harus bicara apa. Dia takut jika ia akan salah bicara.

"Nggak papa kok dell... jika memang rasa itu belum ada untukku. Tapi kasih aku kesempatan untuk membuktikan jika aku benar² sesayang itu sama kamu" zee menatap lembut mata adel.

Adel menarik nafas pelan dan menjawab pernyataan zee.
"Zee... aku nggak tau harus ngomong apa saat ini sama kamu. Tapi kalo boleh jujur dari hatiku yang terdalam,akupun sebenarnya suka kamu." Adel mencoba mengungkapkan persaannya dengan sedikit keraguan.

"Benarkah?" Zee tampak gembira mendengar apa yang di katakan adel.

"Iya... tapi..." adel menggantung kata²nya.

"Tapi apa dell...." tanya zee penasaran. Senyum yang awalny begitu sumringah sedikit redup sekarang.

"Tapi aku masih belum bisa untuk pacaran. Aku mau fokus sekolah dulu zee. Masih banyak hal yang harus aku fikirkan. Kamu mengerti kan.? Kalo kamu memang mau menunggu ya itu hak kamu. Tapi jika kamu mau cari yang lain,yang bisa kamu ajak pacaran ya aku nggak papa." Jelas adel.

Adel bukan ingin menolak zee sepenuhnya. Dia juga takut sebenarnya jika zee benar² lebih memilih yang lain. Adel masih merasa belum pantas bersama zee. Tapi itu ia pendam sendiri.

"Tapi ini bukan karena kamu menyukai yang lain kan?" Zee memastikan

"Nggak kok zee, satu²nya laki² yang dekat dengan aku cuman kamu." Jawab adel jujur. Hal itu membuat zee kembali tersenyum.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang