BAB 36

1K 95 2
                                    

Saat ini shani sedang di perjalanan ke kantor. Entah kenapa tiba² pikirannya kembali mengingat gelang yang ada di laci adel.

"Kok gelangnya mirip banget ya sama yang gue beliin buat feni untuk hadiah ulang tahunnya. Bahkan inisialnyapun sama." Pikir shani.

"Apa kebetulan mirip,tapi nggak mungkin gelang itukan gue pesan khusus. Jadi nggak mungkin bisa sama persis. Ah sudah. Nanti gue coba tanya feni aja."

Shani kembali fokus menyetir agar segera sampai di kantornya.

Saat sampai di kantor,shani lansung menghampiri feni.

"Fen... gue boleh nanya?" Saat shani sudah mengambil posisi duduk di samping feni.

"Apa?" Jawab feniasih fokus dengan kegiatannya.

"Gelang hadiah ulang tahun yang gue kasih ke lo tahun lalu masih ada kan?" Tanya shani tiba².

Pertanyaan shani yang tiba² membuat feni menghentikan kegiatannya. Dia kaget dengan pertanyaan tiba² shani.

"Lo kok tiba² nanyain itu?" Tanya feni.

"Nggak... soalnya gue nggak pernah liat lo pake lagi belakangan. Kan dulu katanya lo suka banget dan bakal pake terus." Elak shani.

Shani sedikit heran denga wajah kaget feni. Seperti ada yang tersimpan disana.

"Ooh...gelangnya ya. Maaf ya shan, sebenarnya gelangnya hilang beberapa waktu yang lalu. Gue nggak tau dimana. Ntah lupa narok apa jatoh,apa gimana. Maaf banget..." sesal feni.

"Ooh gitu. Sejak kapan?" Tanya shani

"Mmm... lupa shan. Gue juga baru sadar baru² ini."

"Ooh... ya udah deh." Ucap shani sambil berdiri hendak pergi.

"Maaf ya shan... lo nggak marahkan sama gue?" Tanya feni lagi.

"Nggak lah fen,kalo udah hilang mau di apakan lagi." Ucap shani sambil tersenyum

"Gue ke ruangan ya,bye fen" shani berjalan meninggalkan shani.

Feni sedikit penasaran kenapa shani tiba² menanyakan soal gelang. Tapi dia coba untuk mengabaikannya.

Di ruangannya shani masih memikirkan soal gelang itu.

"Apa mungkin cuman mirip ya. Tapi nggak mungkin. Atau jatuh pas feni datang ngelayat waktu ibu adel meninggal?" Shani masih berkutat dengan pikirannya.

Saat shani masih sibuk dengan pikirannya. Cio masuk dan memanggil shani. Shani tak menyadari kehadiran cio,hingga cio harus melambaikan tangan berkali kali di depan wajah shani agar shani kembali ke alam nyata.

"Eh... sayang kok kamu disini. Kapan masuknya?" Kaget shani.

"Dari seabad yang lalu sayang..." canda cio

"Iihhh kamu mah..." rengek shani

"Lagian kamu pagi² ngelamun... mikirin apa sih? Mikirin aku ya.?" Cio memainkan alisnya.

"Idiihhhh... PD an kamu."

Cio hanya terkekeh kecil mendengarnya.

"Sayang ada hal penting yang mau aku sampein ke kamu." Ucap cio serius.

"Apa?" Tanya shani penasaran.

"Sepertinya ada beberapa data penting perusahaan yang hilang" ucap cio hati².

"Apa? Maksud kamu gimana?" Shani mulai panik.

"Iya... sepertinya ada yang mencoba jadi pengkhianat disini. Tapi aku belum tau siapa orangnya. Tim IT perusahaan pun sedang berusaha mengembalikan data yang hilang,tapi masih belum ada hasil. Dan kalau berita ini menyebar,saham perusahaan kita bisa merosot dan hal terburuk mungkin bisa terjadi. Kamu pasti pahamkan?" Jelas cio

"Bagaimana bisa? Kenapa bisa begini. Usahakan tidak ada siapapun yang tau kecuali tim IT dan orang² terpercaya." Ucap shani berusaha mengendalikan emosinya.

"Baik,yang tau saat ini cuman aku dan tim IT,karena tim IT lansung menghubungi aku. Bahkan fenipun belum tau."

"Ya udah. Untuk saat ini cukup kita yang tau. Jangan biarkan yang lain tau soal ini. Dan usahakan supaya semuanya kembali." Pinta shani.

"Baik lah... aku dan tim akan usahakan" cio meyakinkan shani.

Tanpa mereka sadari sedari tadi feni tengah mendengarkan pembicaraan mereka di depan pintu. Awalnya feni akan menyerahkan berkas kepada shani,tapi tanpa sengaja dia mendengar ucapan cio. Feni mengurungkan niatnya dan mendengarkan percakapan mereka.

"Permainan baru di mulai shan... selamat menikamati..." ucap feni sambil tersenyum jahat dan menjauh dari pintu tersebut.

S
K
I
P

Sudah 2 hari semenjak cio memberitahu shani tentang hal yang dialami perusahaannya. Desas desuspun mulai menyebar. Shani juga sangat sibuk dengan hal yang terjadi hingga diapun kurang istirahat dan pola makan yang tak teratur.

Hari ini shani pulang lebih cepat di memilih mengerjakan pekerjaanya di rumah dan tetap memantau kantir yang di wakili cio. Entah kenapa ada perasaan enggan dia bercerita kepada feni soal ini.

Saat menjelang makan malam, shani masih berada di rauang kerjanya. Adel sudah berada di meja makan saat ini.

"Bi,cishani udah di rumahkan?" Tanya adel pada bik sumini

"Iya non,non shani udah pulang dari jam 3 sore tadi. " jawab bik sumini.

"Tapi kok belum turun ya...? Ini udah jam makan malam"

"Mungkin sebentar lagi non."

"Kalo gitu adel susul aja deh bik." Adel berdiri dan berjalan menuju ruang kerja shani.

Shani di ruang kerja masih sibuk dengan berkas²nya. Hingga ia merasakan kepalanya sedikit pusing dan tiba² saja dia mimisan. Shani sedikit kaget dan segera mencari tisu. Tapi dia ternyata stok tisunya habis. Shani berniat hendak kembali ke kamarnya dengan mencoba menahan darah yang menetes dengan tangannya.

Saat adel sampai di ruang kerja shani,adel hendak mengetuk pintu,tapi² tiba² saja pintu terbuka dan terlihat shani tengah menahan mimisannya.

"Ci...cici kenapa?" Tanya adel panik.

"Cici nggak papa kok. " jawab shani.

"Kok bisa mimisan gini?" Adel bingung harus apa.

"Nggak papa dell. Kamu bisa bantu cici ke kamar?" Pinta shani.

Adel membantu shani ke kamarnya. Sesampai di kamar,mereka duduk di sofa. Adel segera mengambil kotak tisu dan kotak P3K,dan membantu membersihkan darah di hidung shani.

"Ci... kok bisa gini sih." Ucap adel yang matanya sudah berkaca kaca.

Bagaimana tidak sekarang muka shani sangat pucat,membuat adel sangat khawatir.

"Cici nggak papa del.. beneran deh." Ucap shani yang melihat ke khawatiran di wajah adel.

"Apanya yang nggak papa? Udah begini masih bisa bilang nggak papa?" Kesal adel.

Adel berdiri dan berjalan meninggalkan shani yang masih duduk di sofa kamarnya.

"Mau kemana?" Tanya shani.

"Panggil bik sumini untuk siapin makanan buat cici" ucap adel tanpa menoleh.

Adel telah keluar dari kamar shani dan menuju dapur menemui bik sumini.

"Bik tolong siapin makanan buat ci shani ya,terus tolong anterin ke kamarnya. Soalnya cishani lagi nggak enak badan sepertinya." Pinta adel

"Baik non,nanti bibik anter,sekalian punya non." Jawab bik sumini

"Makasih ya bik." Ucap adel yang kemudian kembali berjalan menuju kamar shani.

Di kamar,shani berniat hendak berbaring saja di kasur. Dan dia mencoba berdiri hendak berjalan. Tapi tiba² saja dia merasa pusing yang amat sangat hingga ia merasa tidak punya tenaga. Shani hilang keseimbangan dan pandangannyapun menjadi gelap. Akhirnya dia pun jatuh dan pingsan.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang