BAB 70

666 95 2
                                    

Oniel dan olla akhirnya selesai mengurus izin untuk zee. Mereka semua akhirnya keluar dari rumah sakit untuk mencari keberadaan adel dengan oniel yang jadi sopir.

"Kita harus cari adel sama ci shani kemana?" Tanya freya.

Yang lain hanya diam.

"Zee... udah ada kabar belum dari ko cio?" Tanya oniel

"Belum ada..." sahut zee

Saat mereka tengah bingung. Tiba² ponsel marsha berdering dan marsha memgangkat telponnya. Setelah selesai ia segera membuka pesan yang masuk.

"Guys... gue udah dapat lokasi cishani sama adel." Ucap marsha.

"Hah... serius...?" Tanya yang lain serempak.

"Iya... lokasi ponsel mereka berada di tempat yang sama. Dan gue yakin mereka ada disana." Jelas marsha.

"Lo yakin sha?" Flora meyakinkan

"Gue yakin..."

"Kalo gitu gue bakal kasih tau ko cio dan ci ge untuk minta bantuan. Boleh gue minta alamatnya?" Tanya zee pada marsha.

"Tentu... "

Marsha memberikan alamatnya. Zee segera menghubingi cio dan juga gracia. Setelah itu mereka segera meluncur ke tkp.

"Lo dapat info darimana sha.?" Olla penasaran

"Nggak perlu tau. Yang jelas,ini pasti akurat."

Mereka hanya mengangguk dan tak bertanya lagi.

----

Di tempat lain, feni terus berjalan mendekati shani dan meremas dagunya.

"Gimana rasanya ngeliat adik kesayangan lo sekarang?" Tanya feni dengan seringainya.

"Bajingan lo fen... biadab..." umpat shani

"Ohohoho... gue biadab ya... gue bakal liatin sama lo apa itu biadab. " ucap feni sambil mendorong kepala shani

Feni kembali menghampiri adel. Ia menarik rambut adel hingga adel di posisi duduk. Feni melepas ikatan tangan dan kaki adel.

"Lo bilang gue biadabkan. Sekarang lo liat,gue udah lepasin ikatan adik lo. Kurang baik apa gue." Ucap feni lantang.

"Tapi sayangnya gue terlanjur sakit hati sama kata² lo gimana dong." Ucap feni sambil menendang adel.

"Feni... hentikan... plisss... jangan sakiti adel lagi." Tangis shani

Adel makin meringis kesakitan. Dia merasakan amat sangat sakit di seluruh tubuhnya.

"Ooh... oke... baiklah... gue nggak bakal nyakitin adel lagi dengan syarat..." feni tersenyum penuh kemenangan.

"Apa...? apa syaratnya. Apapun yang lo minta bakal gue kasih. Tapi tolong jangan sakiti adel lagi." Mohon shani sungguh²

"Gue mau lo merangkak dan bersujud di kaki gue?"

"Baik²... gue bakal lakuin..."

Shanipun mengikuti permintaan feni. Ia merangkak perlahan kearah feni dan saat dekat dia mulai menurunkan kepalanya.

Adel yang melihat kakaknya melakukan itu tidak kuasa menahan tangisnya. Dalam kesakitannya,airmata kesedihan dan kepedihan yang ia rasakan juga ikut mengalir.

Perlahan kepala shani hampir menyentuh kaki feni. Saat kepala shani menyentuh kakinya,feni lansung menendang kepala shani,hingga terpental.

Shani menahan sakit dan sedikit meringis. Dari hidungnya keluar darah segar.
Tidak hanya sampai disitu,feni melayangkan beberapa kali tendangan lanjutan di tubuh shani hingga shani benar² merasa kesakitan.

Adel yang melihat itu sekuat tenaga berusaha untuk bangun. Dengan sisa² tenaga yang ia miliki,ia berhasil menyeret dirinya mendekati feni dan menarik kaki feni,hingga feni memalingkan wajah kearahnya.

"Kurang ajar... masih berani kamu hah..."

Feni menghajar adel membabi buta. Hal itu membuat shani semakin marah. Shani berusaha bangun dan mendorong feni menjauh dari adel,dan melakukan perlawanan kepada feni. Karena lengah,feni tidak bisa menghindari serangan shani.

Saat terjatuh, dan terpojok feni memerintahkan anak buahnya untuk menghajar shani.

"Dasar goblok,kenapa kalian diam saja. Hajar dia." Perintah feni.

Kedua anak buahnyapun mulai menyerang shani. Tapi kali ini shani tidak mau kalah. Dan akhirnya shani bisa melumpuhkan kedua orang itu.

Merasa dirinya mulai terpojok,feni mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya pada adel yang terbaring tak berdaya.

"Hebat juga lo... bisa ngalahin 2 orang itu, tapi gue mau lihat apa yang bakal lo lakuin saat peluru dari pistol ini mengarah ke adik kesayangan lo."

Shani panik,karena feni mulai menarik pelatuk pistolnya,sedangkan saat ini posisinya adel ada antara dirinya dan feni.

Dan tanpa aba² dan menunggu....

"DORR...DORR..."

Suara tembakan terdengar di ruangan itu dan darahpun mulai mengalir.

"Angkat tangan... kalian semua telah di kepung." Teriak seorang polisi yang terlihat di ambang pintu.

Ternyata bukan hanya polisi yang ada disana. Gracia,cio ,ji,zee dan teman² adelpun ada disana.
Mereka amat syok dengan apa yang mereka lihat.

Disana terlihat feni yang tengah tersimpuh dan juga shani dan adel yang berlumur darah.

Zee dan cio yang melihat orang mereka sayang tergeletak tak bersaya lansung berlari menghampiri. Shani terkena luka tembak di bahunya karena melindungi adel dan tak sadarkan diri. Sedangkan adel  dengan kondisi yang tak lebih baik dari kakaknya. Mereka berdua tak sadarkan diri.

"Dell... bangun sayang... hey bangun..." panggil zee sambil menepuk pelan pipi adel.

Tapi adel tak merespon apapun. Hal yang samapun di lakukan cio pada shani

"Sayang bangun..." panggil cio sambil menahan darah yang terus mengalir akibat tembakan yang di dapat shani.

Sedangkan feni terkena luka  tembak di kaki dari polisi. Dan sekarang telah diamankan pihak kepolisian.

Shani dan adel segera di larikan ke rumah sakit menggunakan ambulance yang memang telah sedia.

----

2 jam telah berlalu. Shani telah selesai dengan operasinya. Disana semua orang terdekatnya telah berkumpul.

"Bagaimana dok? Bagaimana kondisi anak saya?" Tanya eli yang lansung menghampiri dokter saat keluar dari ruang operasi

"Alhamdulillaah operasinya lancar dan tak ada yang perlu di khawatirkan. Setelah ini hanya perlu menunggu pasien sadar dan menjalani perawatan pemulihan." Ujar sang dokter.

"Alhamdulillaah..." ucap mereka serempak.

"Terimakasih ya Allaah... kau telah menjaga anak² kami" gumam gito.

Tak lama setelah dokter meninggalkan mereka,para perawat mendorong brangkar shani untuk di pindahkan ke ruang rawat.

Sedangkan di ruang rawatnya,adel masih belum sadar. Disana zee masih setia menunggu adel sadar.
Tak ada kata² yang terucap dari mulutnya. Hanya saja wajahnya tak bisa berbohong jika saat ini dia begitu khawatir dan sedih melihat kondisi adel.

Ruangan shani dan adel ada dalam 1 ruangan atas permintaan keluarga. Mereka memakai ruangan kelas vvip di rumah sakit tersebut.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang