BAB 39

964 93 0
                                    

"Brengsek...bagaimana bisa rencana gue bisa gagal. Gue  nggak bakal diam aja. Tunggu aja shan. Gue bakal hancurin lo sehancur²nya." Feni mengamuk sesampainya di rumah setelah apa yang terjadi di kantor tadi sore.

Feni tidak menyangka jika apa yang di lakukannya akan gagal.

Feni segera mengambil ponselnya yang berdering dan mengangkat telponnya.

"Hallo ... ada apa?" Tanya feni.

"Bos... kita udah dapat beberapa info tentang adel." Ucap orang di seberang.

"Oke... lo temuin gue di tempat biasa."

Feni lansung memutuskan sambungan telponnya dan bergegas pergi.

----

Setelah memeriksa beberapa dokumen shani masih duduk di ruang kerjanya. Shani memikirkan apa yang telah di lakukan feni. Kenapa feni melakukan itu sedangkan dia dan feni adalah teman baik. Bahkan shani tak oernah berfikir ini akan terjadi.

Saat shani masih sibuk dengan pikirannya,terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok

"Masuk..." teriak shani.

Pintu terbuka dan memunculkan seseorang.

"Sayang...kamu udah datang,kok nggak ngabarin?" Ucap shani melihat kedatangan cio.

"Yakin nggak ngabarin? Dari tadi aku spam chat dan telpon nggak di respon." Ucap cio sambil pura² manyun.

"Oh ya..." ucap shani lansung mengecek hp nya.

"Maaf sayang,aku lupa kalo hp nya aku silent." Lanjut shani dengan rasa bersalah.

"Maafin nggak ya..."

"Maafin dong..." ucap shani mendekati cio dan lansung memeluknya.

"Iya deh iya di maafin... apa sih yang nggak buat cintanya aku..." ucap cio melepas pelukan dan menoel hidung shani.

"Makasih ya sayangnya aku..." shani tersenyum manis.

Cio pun gemes melihat tingkah shani.

"Kamu gimana? Udah mendingan? Apa masih ada yang sakit.?" Tanya cio.

"Nggak kok,aku udah baikan. Kata dokter juga cuman kecapek an." Jelas shani.

"Syukurlah. " ucap cio

Mereka berdua duduk di sofa ruang kerja shani.

"Jadi gimana soal file itu?" Tanya shani pada cio

"Alhamdulillaah kita udah menemukannya. Entah bagaimana,seperti ada yang membantu mengembalikan filenya. Tiba² saja saat kita lagi pusing,filenya muncul." Jelas cio dengan raut wajah bingung.

"Oh ya... kok bisa. Apa yang mencuri yang mengembalikan?" Tanya shani pura² tidak tau.
Shani sudah berjanji tidak akan memebritahu siapapun tentang ini,demi keamanan marsha.

"Entahlah,bahkan tim IT kita saja bingung. Mereka tidak bisa melacaknya." Ucap cio

"Maaf ya sayang,aku nggak bisa cerita soal ini sama kamu,aku udah janji sama marsha." Bathin shani.

"Oiya... soal ashel gimana?" Ucap cio tiba²

"Kata gracia orangtua ashel minta damai,dan mereka akan bertanggung jawab penuh atas pengobatan adel. Dan mereka juga akan mengirim ashel untuk sekolah keluar negeri." Jelas shani.

"Terus kamu dan adel gimana?"

"Awalnya aku juga nggak terima begitu aja,tapi adel legowo menerima semuanya. Katanya asal ada jaminan ashel tidak akan melakukan hal yang sama lagi baik sama dia ataupun yang lain. Adel memilih memaafkannya dan aku juga nggak bisa memaksa."

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang