BAB VI

1.7K 113 0
                                    

Adel telah memberitahukan alamat rumah kepada shani. Dan mereka dalam perjalanan menuju rumah adel. Saat di perjalanan ada petir yang menggelegar kuat. Adel lansung berteriak dan menutup telinganya. Seketika shani panik melihat adel yang tengah gemetaran sambil menutup telinganya. Spontan shani menepikan mobilnya.

"Adell,kamu nggak papakan?" Shani meraih adel dalam dekapannya.

Shani tak mendapatkan sautan dari adel. Shani dapat merasakan tubuh adel gemetar saat ini.

"Kamu takut petir?" . Adel hanya mengangguk lemah.

"Udah² nggak papa,ada cici disini." Shani masih memeluk adel sambil menepuk² punggung adel untuk menenangkannya.

Setelah adel kembali tenang,shani melepaskan pelukannya.

"Udah nggak papa,kita jalan ya?"

Adel hanya mengangguk kecil. Saat ini adel masih sedikit takut,karena memang adel takut petir. Entah sejak kapan. Ia pun tak ingat.

Sebelum kembali menjalankan mobil,shani memasangkan earphone ke telinga adel,agar ia tidak akan kaget lagi jika nanti ada petir lagi. Paling tidak itu akan mengurangi kekencangan suara petir yang sampai ke telinga adel. Setelah itu,mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah kontrakkan kecil milik adel. Shani segera mengambil payung yang iya letakkan di bawah jok kursi belakang. Saat adel akan turun dia memberikan payung tersebut kepada adel.

"Makasih ya ci untuk semua kebaikannya." Ucap adel tulus.

"Makasih mulu mah kamu. Jangan sungkan." Ucap shani sambil menggenggam tangan adel.

"Cici mau mampir dulu?. Tapi maaf ci rumah adel begini keadaannya."

"Emang kenapa dengan rumahnya?. Kan yang penting nyaman buat di tinggalin". Ucap shani sambil tersenyum.

"Ya udah kamu masuk gih,udah malam juga. Kasian ibu kamu pasti khawatir. Maaf juga cici belum bisa mampir,soalnya udah malam. Kapan² cici mampir deh."

Adel mengangguk mengerti akan ucapan shani. Ia segera turun dan melangkah ke arah rumahnya. Saat sampai di beranda rumah,shani menurunkan sedikit kaca mobilnya dan melambai ke arah adel. Asel pun balas melambaikan tangan. Setelah itu shanipun melajukan kembali mobilnya untuk pulang ke kediamannya.

Adel mengetuk pintu rumahnya.

"Assalamualaikum. Bunda adell pulang" tapi tak ada sahutan dari dalam.

Adel kembali mengetuk pintu,dan tak berselang lama terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah.

"Waalaikumsalam" sahut orang itu dan lansung membukan pintu untuk adel.

Adelpun lansung salim sama ibunya dan segera masuk. Ibu adel kembali mengunci pintu dan mengikuti adel kekamarnya.

"Kamu kok nggak basah nak?, emang kamu nggak kehujanan? Padahalkan lagi hujan deras di luar." Tanya ibu adel saat anaknya pulang tidak basah,padahal ibunya tahu jika adel membawa sepeda. Sangat tidak mungkin jika adel tidak kehujanan di jalan.

"Tadi adell di anter temannya kak gita bund,dia pake mobil. Makanya adell nggak basah sampe rumah." Terang adel. Ibunya menggut² tanda paham.

"Yaudah kamu bersih² habis itu istirahat. Bunda juga mau istirahat dulu. Kamu udah makankan?"

Udah kok bund,adell tadi makan di kafe."

"Kalo gitu bunda ke kamar ya. Jangan begadang"

Saat sang ibu akan kembali ke kamar,tetiba adel kembali memanggilnya.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang