BAB XXXII

964 95 1
                                    

Di perjalanan gracia berpapasan dengan mobil yang di kendarai zee. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

"Itu bukannya mobil shani? Tapi kenapa ngebut banget. Ada apa sebenarnya?" Gracia semakin bertanya tanya dan menambah kecepatan laju mobilnya menuju  bukit.

Sesampai disana,gracia melihat motor yang di kendarai adel. Gracia segera saja bergegas turun. Dan menyusuri jalan setapak. Sesampainya di atas. Dia kaget melihat cio dan jidan tengah mengawasi 3 orang.

"Cio,ji... ini ada apa? " gracia menghampiri mereka.

Gracia juga semakin kaget saat mendekat dia melihat banyak darah di sekitar.

"Panjang ceritanya ge. Kita lagi menunggu polisi kesini untuk membawa mereka." Jawab cio.

"Trus tadi aku papasan dengan mobil shani,mobilnya kencang banget. Sebenarnya ini ada apa? Mereka baik² aja kan?" Gracia khawatir sekarang apalagi dia melihat darah di sekitar.

"Adel terluka cukup serius. Dia harus segera di larikan ke rumah sakit. " kali ini jidan yang bersuara.

"Apa?" Gracia kaget.

Saat itu juga polisi datang dan segera menangkap ketiga orang tersebut.

"Ge,kamu susul shani ke rumah sakit ya. Biar aku sama jidan yang urus ini di kantor polisi. Setelah selesai kami akan segera ke rumah sakit" Ucap gracio.

"Oke,kalau ada apa² kabarin gue"

Gracia segera turun ke bawah dan segera menyusul shani ke rumah sakit.

Di mobil shani. Zee masih melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung jalanan tidak terlalu ramai. Hingga zee bisa leluasa berkendara.

"Ci ... sakit..." terdengar suara lemah adel.

"Tahan ya.. sebentar lagi kita sampai. Kamu tahan ya." Shani berusaha menguatkan adel walau sebenarnya dia sendiri lemah.

"Adel nggak kuat ci." Ucap adel. Airmatanya terus turun menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Dell. Kamu kuat dell. Bertahan ya. Sebentar lagi kita sampai." Zee ikut bersuara.

Adel menggenggam tangan shani erat karena rasa sakit yang amat sangat ia rasakan.

"Ci... sakittt...." genggaman adel perlahan melemah, Adelpun tak sadarkan diri.

"Dell... bangun dell...please..." shani menepuk pelan pipi adel. Tapi tak ada respon.

Shani menangis kencang. Zee mulai panik dan semakin memperdalam gas mobilnya.

"Please dell... bertahan. Kamu kuat dell. Please... aku mohon bertahan. " bathin zee. Tak terasa airmata zee telah turun dari matanya. Zee terus melajukan mobilnya dengan kencang.

Akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Zee segera turun dan memanggil suster yang berjaga.

"Sus, tolong sus,teman saya terluka parah. Cepat sus." Zee memanggil suster jaga dengan panik.

Suster dan dokter jaga pun segera mendorong brangkar menuju mobil zee. Mereka mengangkat adel yang sudah tak sadarkan diri. Adel segera di bawa ke ruang UGD.

"Mbak sama masnya tolong tunggu di luar dulu ya. Biar kami tim medis yang menangani pasien." Pinta salah seorang suster kepada shani dan zee.

Zee dan shani mengangguk. Susterpun segera masuk. Di luar zee dan shani masih bisa melihat dokter yang menangani adel lewat kaca.

"Dell... bertahan. Kamu kuat dell." Gumam shani dengan air mata yang masih mengalir.

Tangan shani yang masih kotor terkena darah adel  gemetaran. Shani sangat takut saat ini. Dia takut terjadi apa² dengan adel. Shani sudah amat sangat sayang dengan adel. Dia tidak mau hal buruk dengan adel.

Keaadan zee tak jauh beda dengan shani. Zee menangis tanpa suara. Kaos dalam yang ia pake telah kotor dengan darah begitupun dengan tangannya. Zee memandang tangannya.

"Dell,lo harus bertahan,lo harus kuat dell. Gue sayang sama lo" zee menempelkan dahinya ke tembok rumah sakit.

"Ini semua gara² lo shel. Gue nggak nyangka sejahat ini" zee mengepalkan tangannya dan meninju dinding.

Saat mereka menunggu dokter memberi pertolongan kepada adel,gracia sampai di rumah sakit. Dia segera menghampiri shani.

"Shan..." gracia segera memeluk shani yang terduduk lemas di lantai rumah sakit dengan keaadan yang tidak karuan.

"Ge... adell ge..." tangis shani di pelukan gracia.

"Tenang ya shan. Adel pasti baik² aja ,kita berdoa saja." Gracia menenangkan shani.

Gracia mengajak shani duduk di kursi tunggu. Saat datang gracia juga membawa 2 botol air mineral.

"Shan... ni minum dulu biar sedikit tenang." Gracia menyodorkan sebotol air kepada shani. Shani menerima dan segera minum.

Gracia kemudian menghampiri zee. Dan memberikan sebotol air mineral.

"Tenang ya zee,lo jangan lemah. Adel pasti baik² aja."

"Iya ci..." jawab zee sambil mengangguk

"Oya ci,gimana dengan ashel?" Tanya zee lagi

"Ashel telah di bawa polisi. Sekarang cio dan jidan sedang mengurus semua." Jawab gracia

Gracia kembali duduk di samping shani di kursi tunggu. Sedangkan zee masih berdiri. Hingga akhirnya dokter keluar.

"Dok... bagaimana adik saya dok..?" Shani segera berdiri menghampiri dokter yang di ikuti oleh gracia dan juga zee.

"Kondisi pasien saat ini sedikit mengkhawatirkan karena kehilangan banyak darah. Tapi untuk luka di perutnya untung tidak sampai mengenai organ fital hingga tak perlu khawatir. Hanya saja.." ucapan dokter terpotong karena di sela shani.

"Hanya apa dokter?" Tanya shani.

"Shan... tenang dulu,biar dokter menyelesaikan ucapannya." Ucap gracia menenangkan shani

"Sepertinya ada salah satu tulang rusuknya yang patah. Dan kita harus melakukan ct scan untuk memastikan dan segera melakukan operasi. Tapi untuk saat ini kondisi pasien belum memungkinkan untuk melakukan operasi karena kondisi yan belum stabil. Jadi kita harus menunggu terlebih dahulu sampai kondisi pasien siap" jelas dokter.

Shani sedikit syok mendengar penjelasan dokter. Tapi ia berusaha kuat. Begitupun dengan zee dan gracia.

"Lakukan yang terbaik untuk adik saya dok." Ucap shani.

"Baik mbak,kami akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan adik mbak. Kalo begitu saya permisi dulu." Ucap sang dokter dan berjalan meninggalkan mereka.

Dan tak lama kemudian salah satu suster keluar.

"Keluarga pasien?" Ucap suster tersebut.

"Iya sus... saya kakaknya" jawab shani.

"Oh iya... mbak silahkan urus administrasinya terlebih dahulu sebelum pasien kita pindahkan ke ruang rawat inap." Beritahu suster tersebut.

"Baik sus..." jawab shani yang segera perfi ke bagian administrasi di dampingi gracia.

Zee masih memperhatikan adel dari balik kaca. Dia melihat adel yang terbaring lemas dengan muka pucat serta masker oksigen yang terpasang di mulutnya. Dan juga selang infus dan selang transfusi darah yang terpasang.

"Pasti sakit banget ya dell. Kamu yang kuat ya. Kamu pasti bisa melewatinya dell." Gumam zee

Tak terasa airmata zee kembali mengalir melihat kondisi gadis yang ia sukai. Hati zee teriris sakit melihat kondisi adel saat ini.

Shani dan gracia telah selesai mengurus administrasi,dan segera kembali ke ruang UGD dan menemui suster yang tadi. Shani menyerahkan berkas²nya dan adel pun segera di pindahkan ke ruang rawat.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang