26. Public Room (Jay)

655 12 0
                                    

Public Room (Jay)

Happy Reading

"Kenapa sih lo masih bertahan sama Jay?," tanya Heeseung menyedot es amerikanonya dengan tenang.

Heeseung adalah temanku semenjak SMP dan kini kami berkuliah semester 3 di universitas yang sama dan jurusan seni.

"Entah...mungkin cuma Jay yang nerima aku apa adanya," jawabku sambil memakam cheesecake yang sangat lembut di mulut.

"Udah dua tahun sikap Jay gak berubah. Emang lo tahan sama temperamentalnya?," kesal Heeseung karena temannya sangat bulol dalam mencintai Jay si lelaki brengsek yang selalu membuatku menangis, menurut Heeseung.

"Gakpapa, Hee. Asal Jay cinta aku gak masalah. Lagian aku nyaman kok. Mungkin sikap dia yang gitu nunjukin bahwa Jay sangat mencintaiku," ucapku dengan tersenyum tak merasa goyah dengan ucapan Heeseung.

"Liat sekitar lo deh, La. Masih banyak kok cowok baik yang nerima lo. Mending lo sadar deh dan putusin Jay," ucap Heeseung membuatku menggebrak meja kafe karena terlampau emosi.

"Gak bisa! Aku gak mau lepasin Jay apapun yang terjadi dan gak ada cowok lain yang seganteng Jay," ucapku dengan cengengesan menunjukan deretan gigi putihku membuat Heeseung muak karena kurang pekanya diriku.

"Nadila, lo emang gak cape? Jay itu terlalu posesif dan ngekang lo. Pasti abis ini Jay hajar gue kalau tau lo ketemu gue," ujar Heeseung membuatku tersentak.

Sebenarnya aku pun takut Jay akan mempergokiku karena sebelumnya ia telah melarangku bertemu Heeseung katanya cowok itu cemburu.

"Gak aku baik-baik aja. Lagian nanti juga aku bakal kasih tau Jay soal pertemuan kita,"

"Iya, Nadila. Terserah lo deh. Gue cuma khawatir aja. Kalau Jay mukul, lo harus lapor ke gue. Biar gue hajar tuh muka songongnya," ucap Heeseung dengan tangan terkepal.

"Iy-," ucapku terhenti karena tiba-tiba Jay datang ke kafe dan menarik lenganku.

"Baru juga gue tinggal sebentar lo udah berduan aja sama si Heeseung!," ucap Jay dengan tangan mencengkramku.

"Awss, gak Jay. Aku cuma pengen-,"

"Lepasin Nadila. Dia kesakitan!," ucap Heeseung berdiri dan menarik lengan satunya hingga terjadi tarik menarik.

Jay yang memang dasarnya emosian pun tak terima dan mendorong dada Heeseung dengan telapaknya.

"Diem deh. Lo itu cuma sahabatnya! Status kita beda jauh. Nadila pacar gue " ucap Jay dengan emosi terlihat dari matanya.

"Anjing! Nadila bukan barang, Jay. Lo jangan ngekang dia ketemu siapapun!!," kesal Heeseung lalu meninju rahang Jay.

Bugh

"Bangsat!," umpat Jay tak mau kalah membalas kembali pukulan Heeseung.

Bugh
Bugh

Terjadilah perkelahian dalam kafe hingga membuat pengunjung lain heboh. Aku yang tak ingin mereka terluka pun segera melerai dan memeluk tubuh Jay yang ingin menghajar Heeseung kembali.

"Udah, Jay. Maafin aku. Heeseung gak salah jangan dipukul lagi," ucapku sambil terus memeluk Jay mencoba menenangkannya.

"Ingat ya! Cuma sekali ini aja lo urusin hidup Nadila, kalau lo berani ngajak ketemuan lagi Nadila, gue pastiin nyawa lo melayang!!," tukas Jay sebelum ia menginjak perut Heeseung hingga Heeseung berteriak kesakitan.

"Maaf ya, Heeseung," bisikku merasa bersalah karena gara-gara diriku Heeseung jadi dipukuli Jay. Padahal aku hanya rindu dengan sahabatku namun Jay selalu menganggapnya berlebihan.

"Udah ayo pergi!," tarik Jay sambil menyugar rambutnya ke belakang.

***

"Jay, kamu marah?," tanyaku setelah beberapa menit saling mendiamkan diri dalam mobil tanpa percakapan.

Tadi setelah keluar dari kafe, Jay ingin membawaku ke suatu tempat dengan mobilnya meski dengan muka marah-marahnya.

"Gue kesel! Gue marah! Gak usah ditanya lagi!," jawab Jay dengan ketus sambil fokus menyetir membuatku merasa bersalah takut Jay akan memutuskan hubungan ini.

"M-maaf, Jay. Tadi aku gak sempat mau chat kamu karena Heeseung datang duluan," ucapku dengan tertunduk merasa sedih sambil mengigit bibir bawahku.

"Ck, makanya izin dulu! Udahlah gak usah dibahas mending lo ikut gue senang-senang," ucap Jay tersenyum miring.

"Senang-senang? Kita mau kemana, Jay?," heranku karena arah jalan ini bukan menuju pusat kota.

"Klub. Udah lo diem aja," jawab Jay merogoh telepon untuk menghubungi seseorang.

"H-hah? Kenapa kita ke sana? Aku gak mau, Jay. Aku takut," ucapku merengek dengan menarik lengan Jay yang sedang menyetir.

"Diem, Nadila! Ini hukuman buat lo karena udah bikin kesel. Udahlah nikmatin aja ntar juga lo seneng pas dah sampe klub," jawab Jay mengangkat teleponnya

Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya

***














BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang