63. Nerd 2 (Sunghoon)

390 13 7
                                    

Nerd 2 (Sunghoon)

Happy Reading

Sudah delapan tahun berlalu sejak ancaman terakhir Sunghoon untuk menggugurkan kandunganku. Kini hidupku bersama Reysa telah berubah. Aku berhasil keluar dari bayang-bayang ketakutannya, berkat bantuan teman-teman dan keluarga yang selalu mendukungku. Reysa tumbuh menjadi anak yang ceria dan cerdas, jauh dari masa lalu yang kelam. Kami sering menghabiskan waktu di taman dekat rumah, tempat di mana Reysa bisa bermain bebas tanpa khawatir.

Hari itu adalah Sabtu yang cerah, dan aku membawa Reysa ke taman seperti biasa. Dia sangat menyukai ayunan, dan aku duduk di bangku sambil memperhatikannya bermain. Tawa Reysa yang riang membuat hatiku hangat, namun tak pernah kuduga bahwa hari itu aku akan bertemu kembali dengan seseorang yang begitu ingin kulupakan.

Saat Reysa berlari menuju ayunan, aku melihat seorang pria tinggi dengan wajah yang familiar mendekati anakku. Itu Sunghoon. Jantungku berdebar kencang, dan aku segera berdiri, bersiap untuk melindungi Reysa dari ancaman yang mungkin datang.

"Reysa!," panggilku, mencoba tetap tenang. "Ayo ke sini, Nak,".

Namun, sebelum Reysa sempat mendekatiku, Sunghoon sudah berada di dekatnya. Dia berjongkok agar sejajar dengan tinggi Reysa dan tersenyum lembut, sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya dari dirinya.

"Hai, kamu pasti Reysa," katanya dengan suara lembut yang tak pernah kudengar darinya. "Namaku Sunghoon. Aku Ayahmu,".

Reysa yang polos pun menatap Sunghoon dengan bingung, lalu menoleh padaku. Aku berjalan cepat ke arahnya, berdiri di antara mereka dengan tegas. "Sunghoon, apa yang kamu lakukan di sini?," tanyaku dengan nada tajam, meski aku berusaha menahan ketakutan.

"Gue gak berniat menyakiti siapa pun," jawab Sunghoon tenang. "Gue hanya ingin bertemu dengan Reysa. Dia anak gue, kan? Jangan bohong karena selama delapan tahun ini gue terus cari lo, Risa," ucap Sunghoon memelas namun aku tak akan tertipu olehnya.

Reysa memandangku dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu. "Mama, siapa dia?," ucapnya.

Aku mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Reysa, ini... Sunghoon, orang yang dulu pernah Mama kenal."

Sunghoon menatap Reysa dengan penuh kerinduan yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Risa, gue tahu dulu gue udah banyak membuat kesalahan," katanya pelan. "Gue hanya ingin kesempatan untuk mengenal Reysa, untuk menjadi bagian dari hidupnya, meski sesaat saja,".

Hatiku berperang. Di satu sisi, aku masih dihantui oleh masa lalu dan ancamannya. Di sisi lain, aku melihat ketulusan dalam matanya. Aku tahu Reysa berhak tahu tentang ayah kandungnya, tapi apakah aku bisa mempercayai Sunghoon?

Aku berlutut di samping Reysa, memegang tangannya erat. "Reysa, ini adalah sesuatu yang penting. Sunghoon... adalah ayah kandungmu. Dia adalah orang itu," ucapku menunjuk Sunghoon.

Reysa memandang Sunghoon dengan mata terbelalak. "Ayah?" tanyanya lirih.

Reysa diam sejenak, lalu berlari memelukku erat. "Mama, aku takut," bisiknya.

Aku memeluk Reysa, mengusap punggungnya lembut. "Tidak apa-apa, Sayang. Mama di sini," ucapku menenangkan.

Sunghoon berdiri, tampak terpukul melihat reaksi Reysa. "Gue mengerti kalau ini sulit," katanya. "Gue akan memberi kalian waktu. Gue hanya ingin lo tahu bahwa gue udah berubah, Ris," ucap Sunghoon dengan wajah manipulatifnya terus merayuku.

Aku mengangguk pelan, mencoba menerima situasi yang ada. "Kami butuh waktu, Sunghoon. Banyak yang harus dipertimbangkan,".

Dia mengangguk setuju. "Gue akan menunggu lo, Risa. Terima kasih sudah memberikan kesempatan ini,".

Sunghoon pergi, meninggalkan aku dan Reysa di taman. Hatiku penuh dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk. Aku tahu ini bukan akhir dari perjalanan kami, tapi mungkin awal dari babak baru yang penuh harapan dan pengampunan. Yang terpenting adalah melindungi Reysa dan memastikan dia tahu bahwa dia dicintai, tak peduli apa pun yang terjadi di masa lalu. Namun, aku tak akan percaya lelaki yang pernah membully-ku itu karena aku tahu dari kata-katanya dia tak tulus.

***

Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan kejutan dengan kehadiran Sunghoon di pintu rumahku setelah pulang mengantar Reysa sekolah TK. Aku cukup tercengang karena Sunghoon sudah tahu alamatku.  

Pria yang dulu membully-ku di sekolah kini berdiri di depan pintu rumahku dengan tatapan yang dingin dan penuh ancaman.

"Risa, kita perlu bicara," katanya tanpa basa-basi.

Aku merasakan dingin menjalar di punggungku. "Apa yang kamu lakukan di sini, Sunghoon?" tanyaku dengan suara tegas, berusaha menutupi rasa takut yang mulai menguasai jika mengingat kejadian tragis delapan tahun lalu.

"Gue hanya ingin lo tutup mulut tentang apa yang terjadi di masa lalu," katanya, matanya berkilat dengan bahaya. "Kalau gak, gue gak akan segan-segan melukai Reysa. Lo tau kan kalau gue cuma pura-pura waktu ketemu di taman waktu itu?,".

Hatiku berhenti berdetak sejenak dan sudah menduganya bahwa dia tetap lelaki brengsek seperti dulu.

Ancaman itu begitu mengerikan dan nyata. Aku merasakan amarah membara dalam diriku, tetapi ketakutan akan keselamatan Reysa lebih mendominasi. "Kamu tidak akan bisa menyentuh Reysa," desisku dengan suara rendah penuh kemarahan. "Kalau kamu berani, aku akan memastikan kamu membayar untuk itu. Aku juga gak berharap kamu bakal baik. Buktinya setelah delapan tahun berlalu kamu gak menyerahkan diri atas pembunuhan Heeseung," ucapku dengan menggebu dan merasa bersalah jika mengingat Heeseung. Oleh karena itu, aku selalu berusaha melaporkan kematian Heeseung ke polisi akibat pembunuhan namun semuanya tak ada yang percaya dan dianggap bahwa itu hanya kecelakaan mobil. Semua sudah Sunghoon rekayasa sebaik mungkin.

Sunghoon tertawa sinis, mendekatkan wajahnya ke arahku. "Lo pikir gue bercanda, Risa? Gue udah mengikuti lo selama beberapa waktu. Gue tahu segalanya tentang lo dan Reysa. Lo tahu kan apa yang bisa gue lakuin kalau nekat kayak dulu nembak kepala Heeseung," kata Sunghoon tersenyum miring.

"Gue ingin memastikan lo gak berbicara tentang masa lalu kita," katanya dengan nada yang lebih tenang, tetapi masih penuh dengan ancaman. "Kalau lo tutup mulut,  gue gak akan mengganggu kalian. Itu perjanjian kita," ucapnya.

Aku  tahu aku tidak bisa mempercayai Sunghoon. Pria ini pernah membuat hidupku menjadi mimpi buruk, dan sekarang dia berani mengancam anakku. "Aku tidak akan membiarkanmu mengancam keluargaku," kataku tegas. "Jika kamu berani menyentuh Reysa, aku akan memastikan kamu masuk penjara, apa pun yang terjadi!,".

Wajah Sunghoon berubah dingin. "Jangan terlalu percaya diri, Risa. Gue selalu punya cara untuk membuat orang-orang menurut," kata Sunghoon mencemooh.

Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan pergi, meninggalkan aku dengan perasaan takut dan marah yang bercampur aduk.

Malam itu, aku tidak bisa tidur. Ancaman Sunghoon terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tahu aku harus melindungi Reysa, bagaimanapun caranya. Besok, aku akan pergi ke polisi. Aku tidak bisa membiarkan pria seperti Sunghoon mengendalikan hidupku lagi. Aku harus kuat untuk Reysa.

***

Hari berikutnya, dengan tekad yang bulat, aku pergi ke kantor polisi. Aku tahu risikonya, tapi keselamatan Reysa adalah yang paling utama. Dengan segala bukti dan keberanian yang kupunya, aku melaporkan Sunghoon. Polisi menerima laporan itu dengan serius dan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kami.

Aku tahu ini baru awal dari perjuangan panjang, tapi aku tidak akan pernah menyerah. Sunghoon mungkin pernah membuat hidupku sengsara, tapi kali ini aku akan melawan. Demi Reysa, demi masa depan kami yang bebas dari ancaman, aku akan terus berjuang.

Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya

***







































BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang