92. Atlet Renang (Jake)

342 14 0
                                    

Atlet Renang (Jake)

Happy Reading

Air kolam terasa dingin, tapi aku sudah terbiasa dengan sensasi ini. Aku sedang berdiri di tepi kolam renang sekolah, menatap permukaannya yang tenang. Langit biru di atasku sempurna,
memberikan suasana ideal untuk latihan. Aku menyesuaikan kacamata renang dan mengencangkan ikat rambutku. Hari ini adalah hari yang penting—latihan intensif untuk persiapan kompetisi.

Aku melirik ke samping, dan di sana ada Jake yang sudah di posisinya. Perut telanjangnya yang berotot basah oleh keringat setelah pemanasan. Dia menatap lurus ke depan, fokus seperti biasa.

Jake adalah kapten tim renang kami, dan meskipun kami sering bersama di kolam, ada jarak yang selalu kurasakan. Dia selalu serius, disiplin, dan jarang berbicara kecuali tentang teknik atau taktik. Namun, di balik sikap dinginnya, aku tahu dia peduli dengan semua anggota tim.

Peluit pelatih berbunyi, tanda kami harus memulai latihan. Aku melompat ke dalam kolam, air yang dingin menyapu tubuhku. Gerakanku otomatis, otot-ototku mengikuti pola yang sudah kulatih berbulan-bulan. Setiap tarikan napas, setiap kayuhan tanganku di air terasa sinkron, tapi aku tidak bisa mengabaikan kehadiran Jake di jalur sebelahku. Dia selalu lebih cepat, lebih kuat.

Latihan berlalu dengan cepat, dan ketika peluit terakhir berbunyi, aku menarik diriku keluar dari kolam, napasku tersengal. Jake sudah di pinggir, mengusap rambut basahnya yang hitam.

Dia melirik padaku sejenak, lalu berkata dengan nada datar, "Bagus, Mona. Kecepatan lo udah meningkat,".

Aku terkejut dia bicara lebih dari satu kalimat. Biasanya, dia hanya mengangguk atau memberi isyarat dengan tangannya.

"Terima kasih," jawabku sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. Jantungku berdegup kencang, bukan karena lelah, tapi karena dia jarang memberi pujian.

Jake melipat kedua lengannya, masih mengawasi kolam. "Tapi lo tetap harus memperbaiki teknik belok di tikungan. Itu yang bikin waktu tempuh lo tadi tertinggal,".

Tentu saja, Jake tidak pernah melewatkan detail. "Gue akan bekerja lebih keras," jawabku dengan nada penuh tekad.

Dia menoleh padaku, matanya dalam dan serius. "Kompetisi nanti bukan hal main-main, Mona. Lo bisa jadi andalan tim, tapi lo harus fokus sepenuhnya. Gue harap lo nggak mengecewakan,".

Aku mengangguk, mencoba menyerap setiap kata yang dia katakan. Meskipun kata-katanya tegas, aku merasakan perhatian di baliknya. Jake bukan hanya kapten yang dingin; dia benar-benar peduli dengan tim, termasuk aku.

Saat aku berjalan ke ruang ganti, pikiranku terus mengingat setiap kata dari Jake. Ada sesuatu yang aneh saat dia berbicara kepadaku hari ini—seperti dia ingin aku tahu betapa pentingnya peranku di tim. Tapi, ada sesuatu yang lain juga. Sebuah perasaan yang sulit kujelaskan setiap kali aku berada di dekatnya.

***

Aku melangkah masuk ke ruang ganti, masih memikirkan kata-kata Jake. Air menetes dari rambutku dan seragam renangku masih basah, tapi yang kurasakan justru adalah detak jantungku yang tak terkendali. Aku tahu Jake selalu serius soal latihan, tapi ada sesuatu yang berbeda dari caranya memandangku hari ini. Mungkinkah dia mulai memperhatikan? Atau mungkin.... aku terlalu berharap? Entahlah aku terlalu terbawa perasaan hari ini.

Aku menarik napas panjang, mencoba mengalihkan pikiranku. Fokus, Mona. Kompetisi nanti adalah segalanya. Aku tak boleh membiarkan perasaanku pada Jake mengganggu persiapanku. Tapi rasanya tak semudah itu. Setiap kali dia berada di dekatku, dunia seolah mengecil hanya menjadi aku dan dia.

BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang