44. Step Father 2 (Heeseung)

605 13 0
                                    

Step Father 2 (Heeseung)

Happy Reading

"Bu, ini jam berapa?," tanyaku dengan buru-buru memakai kaos kaki karena panik di hari Senin.

"Jam 8 ayo kamu telat," jawab Ibuku membuat diriku melongo.

"Aishh, aku terlambat bisa gawat nih," gumamku dengan ekspresi sedih dan malu jika harus bertemu Heeseung di kantor. Semoga dia tidak membahas kejadian itu, lagi pula saat itu dingin dan kami hanya mencoba saling menghangatkan.

"Eh sarapan dulu, Yerim. Gakpapa telat juga kamu izin setengah hari aja," saran Ibuku sambil mempersiapkan nasi goreng di atas meja.

"Iya, Bu. Lebih baik begitu," ucapku dengan lesu dan duduk di meja makan. Daripada aku pingsan kelaparan di kantor lebih baik aku sarapan dulu. Urusan Heeseung belakangan deh, terserah mau dia ngamuk aku gak akan peduli.

"Nih, abisin nasgornya," ujar Ibuku memberikan sepiring nasi goreng ayam dan segelas susu coklat. Aku pun langsung menyendokan nasi itu dan mulai makan bersama Ibu.

"Yerim, sepertinya Ibu putus dengan Heeseung," celetuk Ibuku tiba-tiba di sela sarapan pagi.

"Yahhh, kenapa Bu?," tanyaku berpura-pura dengan memasang mimik yang biasa saja sambil mendengarkan curhatan Ibuku.

"Entah, Heeseung merasa tak cocok dan memutuskan begitu saja. Ibu sangat sedih, Yerim," ucap Ibuku dengan tertunduk lesu.

"Biarin aja, Bu. Mungkin bukan jodoh lagian dia terlalu muda buat Ibu. Mending Ibu cari om-om kaya aja," ucapku dengan terkekeh sambil memegang tangan dinginnya. Sebenarnya aku kasian pada Ibu, namun akhirnya Heeseung menepati janjinya. Pasti ini karena permintaanku. Maaf Bu, aku telah merusak hubungan Ibu karena memang Heeseung tak pantas untuk Ibuku. Heeseung adalah lelaki brengsek yang tak akan pernah mengenal cinta.

"Haha, kamu bisa aja. Iya sih kamu bener Ibu juga gak terlalu cinta. Mungkin Ibu hanya kagum pada anak muda seperti Heeseung. Giliran kamu nih, kapan bawa pacar?," balas Ibuku dengan terkekeh juga.

"Bu....jangan bahas itu deh, nanti aja," ucapku dengan malu karena memang tak pernah berpikiran untuk mempunyai pacar. Namun, jika ada aku tal menolak kok. Malah aku senang jika ada pria menyukaiku.

"Kamu juga udah dewasa, Yerim. Pikirkan masa depanmu," ucap Ibu memberikan nasihatnya sambil mengelus tanganku penuh kasih sayang. Meski, Ibuku termasuk ke dalam jajaran sosialita, ia selalu berusaha menyayangiku dengan penuh kasih. Ya, aku bersyukur karena meskipun Ayah tak ada tapi Ibuku yang selalu ada di setiap harinya.

"Iya, Bu. Aku ngerti, kok. Tenang aja deh," balasku dengan senyuman.

Aku tau bahwa diriku sudah dewasa dan butuh pacar. Namun, sampai kini aku belum tertarik pada siapapun sejak SMA dulu, kecuali pada rivalku. Ya, aku sempat menaruh hati pada Heeseung di awal masuk sekolah. Namun, rasa itu hilang ketika dia terus menggangguku di sekolah. Akan tetapi, rasa itu kembali muncul setelah kejadian itu. Apakah aku kembali mencintai Lee Heeseung?

Beberapa kali aku menyangkal namun perasaan ini tak berubah. Sepertinya, aku kembali jatuh cinta pada lelaki yang brengsek itu. Rasa gengsiku lebih tinggi hingga aku sering melampiaskannya dengan keributan. Tapi hari ini, aku harus bertemu dengannya lagi di kantor. Aku malu karena terus mendesah keenakan saat itu.

"Tenang, Yerim. Pura-pura gak ingat," ucapku sebelum memasuki kantor yang memiliki 29 lantai tersebut.

***

"Tumben telat?," tanya Soji saat aku tiba di kantor dan langsung duduk dengan menghela napas.

"Ketiduran. Tapi aku izin kok setengah hari," jelasku membuat Soji mengerti.

"Oalah gitu. Syukur deh. Lagian Heeseung juga gak ada," balas Soji membuatku segera mendekati bangkunya.

"Beneran? Kemana emangnya?," ucapku dengan sumringah karena hari ini tak harus bertemu dengan Heeseung. Sungguh, aku merasa malu.

"Gak tau sih. Tadi bareng Sunghoon perginya," ucap Soji membuatku lega.

"Yess, aku senang banget kalau Heeseung pergi," ucapku membuat Soji tertawa.

"Jangan seneng dulu. Nanti balik lagi nangis karena dibentak," sindir Soji membuatku cemberut dan merasa sebal.

"Jangan gitu ya! Doa yang baik aja. Aku belum siap ketemu Heeseung lagi," ucapku sambil bersidekap dada.

"Lah, emangnya kenapa? Kau tak sengaja mencium Heeseung? Atau kau mabuk di depannya?," tanya Soji membuatku kaget dan segera menutup mulutnya takut akan ada orang lain yang menguping meski hanya ada kami berdua saja sih.

"Sttt....aku malu," ucapku mengingat malam itu aku begitu tak berdaya di bawah Heeseung.

"Eh beneran? Cerita dong," ucap Soji sambil menoel pipiku dengan tertawa.

"Rahasia," jawabku sambil tertawa juga.

Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya

***
















BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang