72. Cousin (Jay) POV Y/n

370 18 0
                                    

Cousin (Jay) POV Y/n

Happy Reading

Aku menghirup udara pagi yang segar sambil menatap ke luar jendela. Pagi ini tampak tenang, hingga suara ibuku membuyarkan lamunanku.

"Y/n, bisa ke sini sebentar?!," teriaknya dari dapur.

Aku bergegas turun dan menemukan ibuku sedang mempersiapkan sarapan. Wajahnya tampak ceria, berbeda dari biasanya.

“Ada apa, Ma?,” tanyaku dengan rasa ingin tahu.

"Sepupumu, Jay, akan tinggal dengan kita mulai hari ini," jawabnya sambil tersenyum lebar.

Dunia rasanya runtuh. Jay, sepupuku yang paling kubenci, akan tinggal di rumahku? Dia yang selalu menyebalkan dan membuatku kesal di setiap kesempatan?

"Tapi, Ma, kenapa Jay harus tinggal di sini?," protesku kesal karena dulu Jay sering menggodaku dengan panggilan gendut. Dulu saat kecil, tubuhku memang besar tapi kini aku kurus kok. Tapi tetap saja aku kesal setiap kali mengingat Jay kecil dulu.

"Dia mulai kuliah di kota ini, jurusan politik. Jay satu kampus sama kamu.  Keluarganya mempercayakan dia kepada kita agar lebih fokus belajar tanpa harus memikirkan tempat tinggal," jelas ibu dengan tenang.

"Hah...baiklah," ucapku lesu.

Aku hanya mendesah panjang, merasa tak berdaya. Sepertinya aku harus menerima kenyataan ini dengan lapang dada, meski sangat sulit.

Siang harinya, Jay tiba di rumah kami dengan koper besar dan senyum di wajahnya. Aku berdiri di ambang pintu, berusaha menyembunyikan rasa kesalku.

"Hei, Y/n. Lama tidak bertemu," sapanya dengan nada santai.

"Hei," jawabku singkat, berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum.

"Bagaimana kabarmu?," tanya Jay ramah.

"Baik," jawabku jutek dan tak peduli. Namun, aku sedikit kagum dengan wajah tampan dan postur tubuh Jay yang tinggi serta besar. Padahal, saat kecil Jay sangat pendek.

"Masuk aja, Jay. Anggap rumah sendiri ya," ucap Ibu mempersilahkan Jay masuk dan menunjukkan kamar yang akan ia tempati. Selama beberapa saat, rumah dipenuhi dengan obrolan riang antara ibu dan Jay, sementara aku hanya diam menyaksikan dari kejauhan.

***

Hari-hari pertama Jay tinggal di rumah kami terasa sangat canggung. Setiap kali bertemu di ruang makan atau ruang tamu, aku berusaha untuk sebisa mungkin menghindari percakapan. Namun, Jay selalu mencoba untuk berbicara dan bersikap ramah.

"Apa kuliahmu baik-baik saja?," tanyanya suatu pagi saat kami sarapan bersama.

"Baik," jawabku singkat.

"Kalau butuh bantuan dengan tugas, aku bisa bantu," tawarnya dengan tulus.

Aku hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Di dalam hati, aku masih merasa kesal dengan kehadirannya.

***

Jay selalu menjadi kebanggaan keluarga. Dia dikenal baik, pintar, dan selalu membantu orang lain. Semua orang di rumah memujinya, termasuk orang tuaku. Namun, ada sesuatu yang menggangguku. Sesekali, aku merasa ada sisi lain dari Jay yang belum aku ketahui.

Suatu malam, aku sedang berjalan pulang dari perpustakaan kampus. Jalanan sepi dan gelap, namun di kejauhan aku melihat siluet seseorang yang tampak familiar. Itu Jay. Dia berjalan dengan langkah cepat menuju sebuah klub malam yang terkenal di kota ini.

Aku merasa curiga dan memutuskan untuk mengikutinya. Ketika Jay masuk ke dalam klub, aku berdiri di luar sebentar, ragu. Namun, rasa penasaran mengalahkan keraguanku, dan aku pun pada akhirnya masuk ke dalam.

Di dalam klub, suasana sangat ramai dan bising. Lampu-lampu berwarna-warni berkelap-kelip, dan musik berdentum keras. Aku berjalan di antara kerumunan, mencari Jay.

Akhirnya, aku menemukannya di sudut ruangan, sedang duduk di sofa dengan botol minuman di tangannya. Aku terkejut melihat Jay yang biasanya begitu baik dan teratur kini tampak
mabuk berat. Lebih mengejutkan lagi, dia sedang merokok, sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan darinya. Di sampingnya, ada seorang wanita yang tampak lebih tua, dan mereka berdua saling mencumbu tanpa rasa malu.

Hati kecilku merasa hancur. Bagaimana bisa Jay yang selalu jadi kebanggaan keluarga ternyata memiliki sisi gelap seperti ini? Aku merasa marah, kecewa, dan bingung.

Aku berdiri mematung beberapa saat, memikirkan apa yang harus aku lakukan. Akhirnya, dengan tekad bulat, aku mendekati Jay.

"Jay, apa yang kamu lakukan di sini?," tanyaku dengan suara keras agar terdengar di atas musik yang bising.

Jay tampak terkejut melihatku. Dia berusaha mengatur keseimbangannya dan menyembunyikan rokoknya, tapi sudah terlambat.

"Y/n... Ini bukan seperti yang kamu pikirkan," ucapnya gagap.

"Bukan seperti yang kupikirkan? Jay, kamu mabuk, merokok, dan mencumbu wanita yang bahkan tidak kukenal!," seruku marah.

Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya

***













BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang