99. Taekwondo 2 (Jungwon)

170 14 0
                                    

Taekwondo 2 (Jungwon)

Happy Reading

Hari pernikahanku akhirnya tiba. Sebuah pernikahan yang bukan karena cinta, melainkan karena perjodohan yang diatur oleh keluargaku. Sunghoon, pria yang dijodohkan denganku, adalah sosok yang sempurna di mata Kakakku. Tampan, mapan, dan berasal dari keluarga terpandang. Tapi di balik semua itu, hatiku terasa hampa.

Aku berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putih yang indah, dengan riasan sempurna dan senyum yang dipaksakan. Namun, ada sesuatu yang terasa salah. Jantungku tidak berdetak kencang seperti yang seharusnya terjadi di hari bahagia ini. Di kepalaku, hanya ada satu nama yang terus berputar—Jungwon.

Aku tidak pernah memberi tahu dia tentang perjodohan ini. Dan meskipun aku sudah berusaha melupakan semua kenangan bersama Jungwon, setiap malam bayangannya selalu hadir, membuatku merindukan kehadirannya.

Ketika musik mulai dimainkan dan aku berjalan menuju altar, langkahku terasa berat. Setiap langkah menuju Sunghoon terasa seperti menarikku lebih jauh dari sesuatu yang seharusnya kumiliki, sesuatu yang kurindukan. Dan ketika aku sampai di altar, di tengah pandangan semua orang, aku menatap lurus ke depan. Sunghoon berdiri di sana, tersenyum lembut. Namun, senyum itu tidak bisa menyentuh hatiku. Aku berusaha fokus, tapi tiba-tiba, mataku menangkap sosok yang tak asing di antara para tamu. Jungwon.

Dia duduk di bangku paling belakang, mengenakan jas hitam yang membuatnya terlihat begitu tampan, namun dengan ekspresi datar. Tatapannya lurus ke arahku, penuh dengan sesuatu yang tak bisa kuterjemahkan. Kekecewaan? Kesedihan? Atau mungkin… rindu yang sama seperti yang kurasakan?

Jantungku berdetak lebih kencang, bukan karena kegembiraan hari pernikahan ini, melainkan karena rasa sakit yang perlahan menyusup ke hatiku. Aku ingin menatapnya lebih lama, ingin berlari ke arahnya dan mengabaikan semua yang sedang terjadi. Namun, aku terjebak di antara kewajiban dan perasaanku yang sebenarnya.

Sunghoon mengulurkan tangannya, mengisyaratkan agar aku meraih tangannya di depan altar. Tapi, tatapan Jungwon yang tak henti-hentinya menatapku membuat segalanya terasa lebih sulit. Seolah-olah dia menungguku untuk melakukan sesuatu, untuk menghentikan pernikahan ini sebelum terlambat.

Aku bisa merasakan tenggorokanku tercekat. Kata-kata yang seharusnya terucap, tiba-tiba terasa begitu sulit keluar. "Aku....aku...," suaraku hampir hilang, sementara pikiranku terpecah antara kewajiban yang ada di hadapanku dan perasaan yang selama ini kupendam.

Aku rindu Jungwon. Aku rindu kebersamaan kami, meskipun kami tak pernah benar-benar mengungkapkan perasaan itu. Dan sekarang, melihatnya di sini, pada hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupku, hanya membuatku semakin yakin bahwa perasaan ini belum berakhir.

Sunghoon menatapku, kebingungan. "Dahee, apa kau baik-baik saja?," tanyanya dengan nada khawatir.

Aku menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang. Tapi aku tahu, jika aku melanjutkan ini, aku mungkin akan kehilangan Jungwon selamanya.

Tatapan matanya, kehadirannya di sini... itu adalah bukti bahwa dia masih peduli. Aku harus membuat keputusan, dan waktunya hampir habis.

Tatapan Jungwon terus menghantuiku saat aku berdiri di altar. Di antara keramaian, di antara senyum-senyum bahagia yang seolah menyambut pernikahanku, hanya tatapannya yang terasa nyata—tatapan yang menyimpan begitu banyak emosi yang tak terucapkan.

Aku bisa merasakan jantungku berdebar kencang, seolah-olah tubuhku ingin lari ke arahnya, meninggalkan segalanya. Namun, ketika mataku beralih dan bertemu dengan sosok Kakakku yang duduk di barisan depan, aku kembali ke kenyataan.

Kakakku, yang selama ini selalu menjadi orang terpenting dalam hidupku, menatapku dengan senyum yang penuh harapan. Dia telah banyak berkorban untukku, memastikan aku memiliki masa depan yang terjamin. Dalam pandangannya, perjodohan ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang masa depan yang aman dan stabil. Melihatnya duduk di sana, dengan ekspresi penuh kebanggaan, membuatku merasa seolah-olah aku tidak boleh mengecewakannya. Kak Hanni adalah satu-satunya keluargaku.

Hatiku terasa sakit. Aku tahu apa yang kurasakan untuk Jungwon, tapi aku juga tahu bahwa tanggung jawabku kepada keluarga terlalu besar untuk diabaikan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Di sisi altar, Sunghoon menatapku dengan penuh perhatian. Senyumnya lembut dan penuh kasih sayang, meskipun aku tahu bahwa cinta ini bukan cinta sejati yang kurasakan. Namun, dia adalah pria yang baik, dan pernikahan ini sudah diputuskan sejak lama.

"Aku baik-baik saja," akhirnya aku menjawab Sunghoon dengan suara yang sedikit bergetar.

Meski ada keraguan yang tersisa di dalam hatiku, aku tahu aku harus melanjutkan ini. Bukan hanya demi keluargaku, tetapi juga karena aku tak punya keberanian untuk menentang jalan yang sudah ditentukan.

Prosesi pernikahan pun berlanjut. Aku mengucapkan janji setia dengan suara yang lebih stabil, meski di dalam hati ada rasa sakit yang mendalam. Jungwon masih duduk di sana, diam, dan aku tidak bisa lagi menatapnya. Setiap kata yang kuucapkan terasa seperti jarak yang semakin jauh antara aku dan dia, seperti harapan yang perlahan-lahan memudar.

Setelah pernikahan selesai, resepsi diadakan di sebuah aula besar. Orang-orang bersorak, memberi selamat, dan suasana perayaan terasa begitu meriah. Namun, di dalam diriku, ada kehampaan yang tak bisa kulenyapkan. Aku tersenyum, berbicara, dan menerima ucapan selamat dari banyak tamu, termasuk Sunghoon yang sesekali merangkulku dengan lembut.

Kemudian, saat suasana resepsi semakin tenang, Sunghoon membawaku ke salah satu meja di bagian belakang ruangan, tempat beberapa tamu yang lebih dekat dengan keluarganya duduk. “Ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu,” katanya sambil tersenyum misterius.

Ketika kami mendekat, aku merasakan tubuhku kaku. Di sana, duduklah Jungwon. Dia tampak sedikit lebih santai dibandingkan sebelumnya, tetapi matanya masih menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan. Dia tersenyum tipis saat melihat kami mendekat.

“Dahee, ini Jungwon, sepupu jauhku,” kata Sunghoon sambil menepuk bahu Jungwon dengan ramah. “Dia baru kembali dari luar kota, jadi mungkin kita belum banyak bicara tentang dia,".

Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya

***











BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang