Stalker Girl (Sunoo)
Happy Reading
Di sekolah, aku adalah definisi sempurna. Blasteran dengan wajah rupawan, nilai akademik yang selalu di atas rata-rata, disiplin, dan tak pernah terlibat masalah. Guru-guru selalu memujiku, teman-teman mengagumiku. Mereka pikir hidupku tanpa cela, seolah aku hanya peduli pada buku-buku pelajaran dan kegiatan akademik.
Tapi mereka salah. Ada sisi diriku yang tak seorang pun tahu—sisi yang sepenuhnya terobsesi pada Sunoo, ketua OSIS dan teman sekelasku yang karismatik.
Sunoo bukan sekadar ketua OSIS; dia adalah magnet. Senyum imutnya mampu membuat siapa pun terpesona, caranya berbicara memikat, dan kepribadiannya….terlalu sempurna untuk diabaikan. Aku tak tahu kapan obsesi ini dimulai. Mungkin sejak pertama kali dia berdiri di podium, memberikan pidato saat pelantikan OSIS.
Awalnya, aku hanya sering memperhatikannya dari jauh. Tapi lama-kelamaan, rasa ingin tahuku semakin tak terkendali. Aku mulai men-stalking akun media sosialnya, memperhatikan setiap detail dalam unggahannya—lokasi, pakaian, bahkan teman-temannya. Aku mencatat semuanya, seperti detektif yang sedang menyelidiki kasus penting.
Ketika stalking online tak lagi cukup, aku mulai mengikutinya diam-diam di dunia nyata. Aku tahu jam berapa dia biasanya pulang sekolah, jalan mana yang sering dia lalui, bahkan kafe favoritnya. Aku selalu membawa kamera kecil untuk menangkap momen candid-nya—saat dia tertawa bersama teman-temannya, saat dia fokus membaca di perpustakaan, atau bahkan saat dia sekadar berjalan sendirian.
Aku tahu ini salah. Aku tahu ini aneh. Tapi setiap kali aku mencoba berhenti, ada dorongan kuat yang membuatku melakukannya lagi. Kadang-kadang, aku membayangkan bagaimana reaksinya jika dia tahu. Apa dia akan marah? Jijik? Atau….mungkin tersenyum dan berkata bahwa dia memahami perasaanku? Pikiran itu membuatku terus bertahan dalam kegilaan ini.
Di sekolah, aku tetap Vanes Park yang sempurna. Tapi di rumah, aku adalah seseorang yang sepenuhnya terobsesi pada Sunoo. Dan meskipun aku tahu aku berjalan di atas garis tipis antara kekaguman dan obsesi, aku tak bisa berhenti. Sunoo adalah pusat duniaku, dan aku rela melakukan apa saja untuk tetap berada di orbitnya.
***
Hari itu, aku memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih berani. Aku tidak lagi puas hanya mengamatinya dari jauh atau mengabadikan setiap momen candid-nya. Aku ingin mendekatinya. Aku ingin dia tahu bahwa aku ada karena Sunoo di kelas pun jarang menyapaku. Kami tidak dekat.
Di kantin, saat dia duduk bersama teman-temannya, aku menggenggam nampanku erat-erat. Jantungku berdetak kencang. Aku mengambil napas panjang, mencoba menenangkan diri.
Hari ini aku akan menyapanya, gumamku dalam hati.
Sunoo duduk di meja biasa di sudut kantin. Dia sedang berbicara dengan salah satu teman OSIS-nya, sesekali tersenyum. Senyumnya yang semakin membuatku gila. Aku berjalan mendekat, mencoba terlihat biasa saja meskipun telapak tanganku mulai berkeringat.
“Sunoo,” panggilku pelan.
Dia menoleh, matanya langsung bertemu dengan mataku. Wajahnya terlihat sedikit terkejut, tapi kemudian dia tersenyum ramah.
“Oh, Vanes. Ada apa?," tanyanya membuatku senang karena Sunoo hapal namaku.
"Cie, Sunoo disamperin cecan," goda Sunghoon membuat pipiku merah.
"Diamlah! Kenapa, Vanes?," tanya Sunoo lagi.
Aku hampir kehilangan kata-kata. Ini pertama kalinya aku berdiri begitu dekat dengannya, berbicara langsung dengannya. “Aku cuma mau bilang… pidato kamu tadi di aula bagus banget. Kamu memang selalu hebat kalau berbicara di depan orang banyak, Sunoo,".
Sunoo mengangguk kecil, sepertinya sedikit tersipu. “Terima kasih. Aku nggak nyangka kamu memperhatikanku,".
Tentu saja aku memperhatikan. Aku memperhatikan segala hal tentangmu, pikirku dalam hati.
Tapi aku hanya tersenyum. “Aku suka caramu memimpin. Kamu inspiratif sekali," tambahku.
Dia tertawa kecil, seolah tak terbiasa menerima pujian. “Makasih, Vanes. Kamu juga hebat. Semua guru selalu memujimu pintar," ucap Sunoo yang memang sering memperhatikanku dari jauh, namun aku tidak sadar.
Aku hampir lupa bernapas. Dia baru saja memujiku. “Oh, nggak juga. Aku cuma berusaha melakukan yang terbaik,” jawabku, mencoba merendah.
Percakapan singkat itu seperti mimpi. Setelahnya, aku kembali ke mejaku, tetapi aku terus mencuri pandang ke arahnya. Aku merasa lebih dekat dengannya sekarang.
Akan tetapi, keberanianku tak berhenti di situ. Sejak hari itu, aku mulai mencari alasan untuk berbicara dengannya. Menanyakan tugas, memberi Sunoo cemilan, atau bahkan sekadar menyapa saat bertemu di lorong. Setiap kali dia tersenyum padaku, aku merasa dunia berhenti sejenak dan hatiku semakin kencang berdetak.
Tapi obsesi lamaku belum hilang. Aku masih men-stalking media sosialnya, masih mengikutinya dari jauh. Bahkan, aku semakin terobsesi untuk tahu lebih banyak tentangnya. Namun, aku tak menyadari satu hal: Sunoo mulai menyadari kehadiranku. Dia sering
menatapku dengan tatapan penasaran, seolah mencoba membaca pikiranku. Dan aku tak tahu apakah itu pertanda baik….atau justru awal dari sebuah bencana.Hari-hariku mendekati Sunoo terasa seperti mimpi yang menjadi nyata. Kami mulai sering berbicara, meski hanya hal-hal kecil. Setiap kali dia memanggil namaku, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia.
Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPEN
Historia CortaHYUNGLINE [21+] 🔞🔞 MAKNAELINE [18+] Request cerita? Dm atau komen aja Harap bijak dalam memilih bacaan! Tidak diperuntukkan untuk di bawah umur!!!! Semua cerita mature, kecuali one shoot maknae line rate 18+ Menerima open request maknae line!!