Handsome Teacher (Jay)
Happy Reading
Aku Rarumi Senjaya, seorang siswi kelas XII IPS 3 yang ceria dan cantik sedang asyik mengobrol bersama teman-temanku di dalam kelas menunggu bel jam pertama berbunyi.
"Katanya guru bahasa Inggris baru kita ganteng dan masih muda loh," kata Sinta memulai percakapan pagi hari ini.
"Wih umur berapa tuh?," tanyaku penasaran.
"24 tahun, Rum. Katanya lulusan Harvard," tambah Santi kembaran Sinta.
"Uhh gak sabar deh liat muka aslinya," ucap Santi sambil terkekeh seperti orang gila.
"Eh kita juga mau ya kalau ganteng. Malah rela deh jam pelajaran Inggris ditambah juga," ucapku membuat Sinta langsung menganggukan kepala setuju.
"Yap, setuju. Tiap hari bisa cuci mata lumayan gak tuh," balas Sinta.
Tringg
Tiba-tiba bel tanda masuk kelas sudah berbunyi nyaring. Aku pun kembali ke tempat dudukku meninggalkan Santi dan Sinta sambil melihat ke arah pintu masuk.
Guru muda yang baru dipindahkan itu masuk dengan senyumannya yang manis hampir membuat siswi di dalam kelas melongo semuanya, termasuk aku yang menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.
"Hello, my name is Jay," ucap Jay memperkenalkan diri setelah menaruh barangnya di meja guru.
"Hello~~," semua murid pun menjawab serentak dengan senang hati.
"Perkenalan lengkapnya diakhir saja jika ada waktu ya. Sekarang buka buku halaman 30 materi tentang kalimat pasif dalam bahasa Inggris....," ucap Jay sambil membuka lembaran buku paket tersebut.
Lalu, Jay pun terus menjelaskan materi tersebut. Namun, aku selalu tak fokus karena wajah tampannya. Dengan kemeja putih yang digulung setengah semakin menambah kadar ketampanannya ini. Selain itu, memiliki bahu lebar, bibir merah alami, rahang tajam, dan rambut hitamnya yang tersisir rapi membuat jantungku berdetak secara terus-menerus. Mungkin aku menyukainya sejak pada pandangan pertama makanya hatiku jadi seperti ini.
"Itu dibaris keempat dekat jendela kenapa tak mencatat?,"
"Eh iya, Pak. Maafkan saya," ucapku dengan terkejut dan wajah memerah karena tiba-tiba saja Jay menunjuk diriku yang sedang melamun memikirkannya.
"Nama kamu siapa?," tanya Jay mendekati bangku diriku.
"R..rumi, Pak..," ucapku menunduk karena takut Jay akan mendengar suara detak jantungku.
"Baiklah, jangan diulangi lagi ya. Kalau ada yang tidak dimengerti kamu bisa tanya saya," balas Jay sambil mengelus kepalaku membuat banyak sorakan dari murid lain di dalam kelas. Wajahku pun semakin memerah.
Semerbak wangi dari tubuh Jay pun dapat tercium oleh indraku. Wanginya manly dan dominan sekali, aku sangat menyukainya.
***
"Gimana cakep kan Pak Jay?," tanya Sinta padaku.
"Hm...banget. Aku sampai deg-degan tadi karena Pak Jay usap kepalaku," jawabku berjalan keluar kelas bersama si kembar karena sekolah telah usai.
"Iri deh. Beruntung banget," kata Sinta sambil menggandeng tanganku.
"Hooh kalau aku udah pingsan ya tadi," tambah Santi mendramatisir keadaan.
"Udah deh. Kalian ini lebay banget nanti juga masuk lagi kelas Pak Jay," ucapku tertawa namun sekilas kulihat Jay akan pulang tapi masuk lagi ke ruang guru, sepertinya ada sesuatu yang tertinggal.
"Pengen tiap hari, minggu depan kelamaan," ucap Santi menghela napas.
"Iya keburu kangen Pak Jay," tambah Sinta.
"Eh guys, aku duluan ya mau ke toilet. Kalian juga duluan aja, bye," ucapku melepaskan genggaman tangan mereka dan segera lari terbirit-birit.
"Rumi kok....?," ucap Santi dan Sinta yang bingung dengan sahabatnya itu.
Sebenarnya aku menuju ruang guru dan sengaja berbelok jauh untuk mengejar Jay.
"Eh, Rumi ya? Ngapain di sini?," tanya Jay heran saat keluar menemukan diriku.
"Oh itu Pak....emmm....bolehkah saya bertanya sesuatu?," tanyaku terlalu gugup.
"Tentu saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?," tanya Jay menatapku serius.
"Bolehkah saya tahu nomor telepon Pak Jay?," ucapku dengan gugup karena merasa malu.
"Nomor telepon? Buat apa?,"
"A-anu saya tadi tidak mengerti dan ingin lebih banyak belajar bahasa Inggris, Pak," ucapku menunduk.
"Oh, begitu. Baiklah, ini nomor telepon saya," ucap Jay dengan tersenyum dan menyerahkan secarik kertas tersebut. Aku pun menerimanya dengan hati yang riang dan gembira.
"Terima kasih, Pak Jay!," ucapku menunduk sambil berbalik untuk pulang meninggalkan Jay.
"Gigih juga ya tapi lumayan," ucap Jay bersmirk melihat punggungku.
***
Beberapa hari kemudian....
Aku dan Jay sering saling bertukar pesan terutama saat ada materi yang tak dimengerti. Jay pun cukup ramah karena responnya cepat dan selalu baik padaku. Aku yang diperlakukan seperti itu pun merasa nyaman.
Lalu, hari ini libur karena Sabtu, aku pun diajak keluar oleh Jay pada malam hari. Katanya, cuma makan dan nonton bioskop aja. Aku yang senang pun langsung menuruti keinginannya. Aku dijemput oleh mobil mewah Jay dan menonton bioskop setelah itu lanjut makan di restoran Eropa. Semua itu Jay yang traktir dan aku sulit menolaknya.
"Pak biar saya aja yang bayar makan ya," ucapku saat kami duduk di restoran.
"Gak usah, Rum. Saya aja. Ini traktiran buat kamu biar makin semangat belajar," keukeuh Jay tersenyum manis padaku.
"Tapi tetap aja, Pak. Saya jadi gak enak," ucapku membuat Jay terkekeh.
"Gakpapa, oke? Saya senang aja kok. Kamu juga anaknya cantik dan lucu," ucap Jay membuat pipiku merona.
"Permisi, Mas Mbak. Ini makanannya. Selamat menikmati," ucap pelayan menatan makanan yang menggunggah selera di atas meja.
"Silakan makan sepuanya ya Rumi," ucap Jay membuatku mengangguk dan melahap segera memotong steak tersebut.
Selama beberapa menit hanya kecanggungan karena kami berdua fokus pada makanan saja. Tetapi, aku bernisiatif untuk jujur tentang perasaanku ini pada Jay.
"Emm..Pak Jay saya boleh jujur kan?," tanyaku sempat ragu namun aku memantapkan hati lagi. Tak apa ditolak itu hal biasa dan bukan kejahatan.
"Iya kenapa?,"
"Saya cinta sama Pak Jay. Saya suka sebagai seorang wanita," ucapku dengan satu tarikan napas sambil memejamkan mata.
"Woah saya sudah tahu sih," balas Jay membuatku membuka mata dan tercengang.
"Hah? Dari mana Pak?,"
"Kamu yang tiap hari nempel mulu sama saya. Tapi saya suka kok," ucap Jay dengan senyuman lagi.
"Terus gimana cinta saya ditolak ya, Pak?," ucapku dengan sedih.
"Bukan nolak tapi saya ada syarat lain. Kamu sanggup menuhinnya?," ucap Jay membuatku sedikit kebingungan.
Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPEN
KurzgeschichtenHYUNGLINE [21+] 🔞🔞 MAKNAELINE [18+] Request cerita? Dm atau komen aja Harap bijak dalam memilih bacaan! Tidak diperuntukkan untuk di bawah umur!!!! Semua cerita mature, kecuali one shoot maknae line rate 18+ Menerima open request maknae line!!