Taekwondo 3 (Jungwon)
Happy Reading
Waktu berlalu, dan setiap pertemuan rahasia dengan Jungwon hanya membuatku semakin tenggelam dalam perasaan yang terlarang ini. Kami bertemu di tempat-tempat yang tidak akan terjangkau oleh Sunghoon—kafe kecil di sudut kota, taman sepi saat senja, atau bahkan terkadang di ruang latihan taekwondo ketika semua orang sudah pulang.
Setiap detik bersamanya penuh hasrat dan kehangatan, rasa yang tak pernah kurasakan dalam pernikahanku dengan Sunghoon. Namun, semakin dalam aku terikat dengan Jungwon, semakin besar pula rasa bersalahku terhadap Sunghoon. Ia begitu baik dan perhatian, selalu menyambutku dengan senyum tulus dan kata-kata lembut. Tetapi, setiap kali aku menatapnya, bayangan Jungwon muncul, membuatku merasa ada jurang besar yang memisahkan kami.
Aku pun merasa Sunghoon mulai curiga. Terkadang, ia menatapku dengan pandangan yang penuh tanda tanya, seakan dia merasa ada sesuatu yang kusimpan darinya.
Suatu hari, ketika aku sedang duduk di balkon rumah kami, merenungi keputusan-keputusan yang kuambil, ponselku bergetar. Pesan dari Jungwon.
_"Aku ingin bertemu malam ini. Ada yang harus kubicarakan. Penting"_
Pesan singkat itu membuat jantungku berdegup kencang. Di satu sisi, aku merasakan antisipasi yang membara, namun di sisi lain, aku mulai khawatir. Apakah ini saatnya Jungwon ingin mengakhiri semuanya? Atau mungkin ia merasa hubungan ini sudah tidak sehat dan ingin berhenti?
Malam itu, aku mencari alasan untuk keluar rumah. Dengan hati-hati, aku pamit pada Sunghoon, mengatakan bahwa aku ingin bertemu teman lama. Sunghoon hanya tersenyum lembut dan membiarkanku pergi tanpa menanyakan lebih jauh.
Aku tiba di tempat yang kami sepakati, sebuah taman yang sepi di bawah cahaya bulan. Jungwon sudah menungguku, berdiri di bawah lampu taman yang redup. Saat aku mendekat, dia menatapku dengan sorot mata yang serius, namun penuh kerinduan. Tanpa sepatah kata, kami langsung saling mendekap, seolah ingin menghapus segala keraguan dan rasa bersalah yang membebani kami.
"Noona Dahee," Jungwon berbisik sambil menyentuh wajahku dengan lembut, "Aku lelah bersembunyi seperti ini. Aku ingin kau, sepenuhnya. Tidak hanya dalam bayang-bayang,".
Hati kecilku terasa tersayat mendengar pengakuannya. Aku tahu ini tidak adil baginya, tapi keterikatanku pada Sunghoon—dan segala konsekuensi yang datang dengan pernikahan
ini—terlalu berat untuk diabaikan."Jungwon... aku juga menginginkanmu, tapi...," Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
Jungwon mengangguk pelan, seolah sudah tahu jawaban yang akan kuberikan.
"Aku hanya butuh tahu," katanya pelan, menatapku penuh harapan. "Apakah kau benar-benar mencintaiku, Noona? Atau aku hanya menjadi pelarian untukmu?,".
Pertanyaannya menghantamku seperti petir. Aku terdiam lama, mencoba mengendalikan perasaanku yang bergejolak. Namun pada akhirnya, aku mengangguk pelan, menatap Jungwon dengan penuh kejujuran. "Aku mencintaimu, Jungwon. Lebih dari apa yang bisa kujelaskan,".
Mendengar itu, wajah Jungwon melembut. Senyuman kecil terukir di wajahnya, dan sebelum aku sempat berkata lebih jauh, dia merengkuhku dalam pelukan yang hangat dan penuh cinta. Kami berbagi momen itu, menikmati keintiman di bawah cahaya bulan, seolah tidak ada dunia di luar sana yang bisa mengganggu kebahagiaan kami.
***
Setelah beberapa saat, Jungwon menatapku dengan ekspresi penuh keyakinan, lalu berkata, "Noona, kita bisa meninggalkan semuanya. Aku bisa membawamu pergi dari sini, mulai hidup baru... hanya kita berdua. Kau nggak perlu harus kembali pada pernikahan itu,".
Aku terkejut, hatiku bergemuruh mendengar kata-katanya. Bayangan kehidupan baru bersama Jungwon begitu menggoda, tapi aku tahu ada konsekuensi besar yang harus kuhadapi jika mengambil langkah itu.
Aku menunduk, mencoba menenangkan diri. "Tapi Sunghoon....dan Kakakku. Aku nggak bisa begitu saja mengabaikan mereka. Pernikahan ini bukan cuma tentang aku,".
Jungwon menghela napas, tapi kali ini ia tampak lebih tenang. "Aku mengerti," katanya lembut, menggenggam tanganku erat. "Tapi aku akan menunggumu, Noona. Aku akan tetap di sini sampai kau siap. Aku tidak akan memaksamu memilih antara aku atau pernikahanmu. Hanya saja, aku butuh kepastian bahwa kau juga punya harapan yang sama,".
Aku menatapnya, terharu dengan ketulusan yang terlihat di matanya. "Aku punya, Jungwon. Harapan itu ada," kataku, tak mampu menahan senyum tipis. "Aku hanya butuh waktu. Mungkin nanti, entah kapan, aku akan siap mengambil risiko ini. Maafkan aku Jungwon,".
Dia mengangguk, tersenyum tipis, meski ada sedikit keraguan di matanya. Namun, ia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya memelukku lebih erat. Malam itu, kami menghabiskan waktu bersama, berbicara dalam bisikan dan janji yang hanya kami yang tahu. Kami kembali menyatu dalam kehangatan yang membuatku merasa lebih hidup.
Hari-hari selanjutnya, aku kembali menjalani peranku sebagai istri Sunghoon, tapi dengan semangat baru. Setiap pertemuan dengan Jungwon terasa seperti cahaya yang menerangi kehidupanku yang penuh kepura-puraan. Aku hidup dalam dua dunia—satu dunia nyata yang penuh batasan dan satu dunia rahasia yang dipenuhi cinta tulus yang hanya aku dan Jungwon yang tahu. Kami menjadi semakin dekat, semakin memahami satu sama lain.
Namun, aku tahu bahwa tidak selamanya kami bisa seperti ini. Satu hari, aku harus memilih. Tapi untuk saat ini, aku memilih untuk merasakan kebahagiaan yang selama ini tak pernah kumiliki bersama Jungwon
Full hotnya ada di karyakarsa ya, kunjungi profilku untuk aksesnya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BITE ME 🔞⚠️[One Shoot Hyung 21++ & Maknae 18+] ENHYPEN
Short StoryHYUNGLINE [21+] 🔞🔞 MAKNAELINE [18+] Request cerita? Dm atau komen aja Harap bijak dalam memilih bacaan! Tidak diperuntukkan untuk di bawah umur!!!! Semua cerita mature, kecuali one shoot maknae line rate 18+ Menerima open request maknae line!!