8. Bantuan Sukarela Atau Dengan Masalah

1.2K 90 7
                                    

Matahari pagi sudah bersinar dengan cerah.

Ishana pun sudah berada di rumah kaca di temani oleh Lala.

Masih pagi seperti ini, sebuah mobil hitam yang sangat Ishana kenali berhenti di halamannya.

Ishana menarik nafasnya panjang, lalu membuangnya dengan penuh kesabaran.

"Selamat pagi!" Juna menyapa saat masuk dengan sedikit senyumnya. Dia menjinjing sebuah paper bag.

Ishana hanya menatapnya dengan datar dari mejanya.

Sedangkan Lala langsung menghampiri Ishana setelah melihat keberadaan Juna disana. Menatap Ishana penuh tanya.

Juna menghampiri meja Ishana dan menyimpan paper bag di sana.
"Sudah sarapan? Saya bawakan sandwich" ucapnya.

"Terima kasih. Tapi Saya sudah sarapan" ucap Ishana.

"Ishana sarapan buah-buahan bukan sandwich" ujar Lala pada Juna.

"Sayang sekali Saya baru tau itu hari ini. Kalau begitu, untukmu saja" Juna menggeser paperbagnya ke arah Lala.

Lala mengangkat alis matanya.
"Aku?"

"Ya" jawab Juna.

Lala menatap Ishana seolah meminta persetujuan. Kebetulan sekali dirinya sedang lapar.

"Makan aja. Daripada terbuang" ucap Ishana.

Lala mengambilnya dengan perlahan.
"Terima kasih. Sering-sering ya" ucap Lala dengan senyumnya.

"Lala" Ishana menegur dan menyenggol lengannya pelan.

"Kan harus menyambut tamu dengan baik" ujar Lala.

"Kamu benar, sambutlah tamu dengan penuh senyum. Jangan jutek kaya sebelah" ucap Juna.

Ishana tidak menggubrisnya.
"Silahkan kalau ada yang perlu di bantu, ada Lala" ucapnya lalu memilih untuk keluar dari rumah kaca.

"Loh" Lala tersenyum kikuk.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanyanya pada Juna.

Juna malah tersenyum melihat langkah Ishana yang menjauhinya.
"Apa ada yang salah dengan Saya?" Tanyanya pada Lala.

"Mungkin? Biasanya Ishana ramah kok" ucap Lala.

Ishana terlihat sedang menyiram tanaman yang berada di luar rumah kaca. Rambutnya yang di gelung ke atas, membuat lehernya tampak begitu jenjang.
Tak lupa rambutnya diikat menggunakan tali pita berwarna putih, melilit dengan indah pada bundelan rapih rambutnya yang sangat hitam dan juga anak rambut yang sedikit berantakan karna terpaan angin.

Juna seperti melihat satu bunga yang mekar sendirian di antara puluhan bunga di sekelilingnya. Benar-benar cantik.

"Jadi mau beli bunga apa?" Tanya Lala.

Dengan tubuh yang tegap, Juna berdiri menatap gerak-gerik Ishana dengan kedua tangan bertaut di belakang pinggangnya.
"Saya cuma mau bermain. Bukan membeli" jawabnya.

Lala menatap kebingungan ke arah Juna dan Ishana secara bergantian. Dirinya merasa aneh pada pria di depannya ini. Tidak mungkin terlalu sering datang hanya untuk membeli bunga saja.

"Maaf, apa kamu menyukai Ishana?" Lala bertanya.

Tanpa mengalihkan tatapannya, Juna menjawab.
"Memang ada yang tidak menyukai dia?"

"Bukan itu maksudku..." ucap Lala.

Kini Juna menatap Lala.
"Namamu Lala?"

Lala hanya mengangguk.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang