Sore hari, Ishana sedang berdiskusi dengan Bagas di kursi teras rumah mengenai cafe.
Setelah selesai dengan urusannya, Bagas pun pamit dan mereka berdiri dari duduknya.
"Untuk selanjutnya Saya kirim lewat data online aja ya bu" ucap Bagas.
"Oke. Terima kasih ya pak Bagas" jawab Ishana.
Pandangan mereka tertuju pada mobil hitam yang baru masuk ke area halaman.
'Mas Juna' ujar Ishana dalam batinnya saat melihat Juna sudah pulang. Jantungnya berdegup lebih cepat sekarang.
"Pak Bagas, Saya masuk ya. Hati-hati di jalan pulangnya" ucap Ishana menarik kedua sudut bibirnya memaksa untuk tersenyum.
"Oh iya bu" jawab Bagas.
Ishana melirik sebentar pada saat Juna turun dari mobil. Mata mereka sempat bertemu beberapa detik. Dia langsung bergegas masuk ke dalam rumah.
Juna mengernyit saat melihat gelagat Ishana yang aneh.
"Selamat sore pak Juna" sapa Bagas saat Juna mulai mendekat.
"Ya. Bagaimana cafe sekarang?" Tanya Juna.
"Aman pak"
Juna mengangguk paham.
"Sudah mau pulang?""Iya pak"
"Oke"
Bagas pun pamit dan Juna melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Saat Juna masuk, dia merasakan keheningan.
'Apa dia kembali ke kamar?' Batin Juna bertanya sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah.Juna kembali melanjutkan langkahnya menuju ke lantai atas. Dia melihat Seol yang sedang bermain di dekat pintu kamar Ishana.
Juna mendekati Seol dan berjongkok. Dia melihat pita hitam milik Ishana yang disimpannya selama ini, sekarang terikat dengan cantik di tubuh Seol.
Juna hanya menghela nafasnya kemudian kembali berdiri dan melangkah menuju ke depan kamar Ishana.
"Ishana" Juna mengetuk pintu kamar Ishana secara pelan.
Hening. Tidak ada jawaban.
Tangan Juna terangkat untuk membuka knop pintunya.
Juna mengernyit saat mengetahui jika pintunya terkunci. Selama ini dalam keadaan apapun, Ishana tidak pernah mengunci pintu kamar.
"Ishana" Juna masih berusaha mengetuk dan menarik knop pintunya.
"Ishana buka pintunya" Juna sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Gak mau!" Ishana menjawabnya dari balik pintu.
Juna semakin menautkan alis matanya.
"Anak kecil ini" geramnya pelan."Buka pintunya sekarang Ishana!" Seruan Juna berlanjut dengan nada tinggi.
"Gak mau, pergi aja"
"Buka atau aku dobrak"
"Dobrak aja!" Ishana sedang berdiri bersandar di balik pintunya. Tangannya menyilang di bawah dada dengan raut wajah kesal.
"Ishana. Jangan bercanda. Cepat buka pintunya" ucap Juna.
"Kenapa mas Juna mau aku buka pintu? Kenapa semarah itu? Emang ada apa di kamar ini?"
Juna terdiam. Benar. Untuk apa dirinya marah?
Juna kemudian berkacak pinggang dan mengatur nafasnya. Dia hanya tiba-tiba kesal karna Ishana mengunci pintu kamarnya."Ishana... buka pintunya... atau aku benar-benar akan dobrak" ancam Juna.
"Iya. Dobrak aja. Aku gak mau buka pintunya, jadi silahkan dobrak" Ishana semakin menantang Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
FanficJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...