66. Nama Anak Kita

1.2K 115 15
                                    

Langkah pelan Daniel menghampiri rumah kaca, dengan pandangannya yang mengedar ke setiap arah. Memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran begitu indah, bahkan jauh lebih indah dari pada saat selama ini dia berkunjung ke sana.

Angin kecil yang menerpa kulit Daniel, seolah memberi tahu bahwa keindahan rumah kaca sekarang di karnakan pemiliknya yang sedang merasa teramat bahagia.

Sampai muncul wanita dengan perutnya yang sudah membesar, keluar dari rumah kaca. Mengenakan dress putih dengan corak bunga merah kecil, dengan rambut hitamnya yang di cepol dan diikat menggunakan tali pita merah yang panjang mengayun hingga pundaknya.

Ishana... wanita itu tersenyum lebar saat di hadapkan dengan Daniel yang sedang melangkah menghampirinya.

*

Ishana menyuguhkan secangkir teh pada Daniel yang sudah duduk menunggunya di teras rumah. Setelahnya dia duduk di kursi sebelah Daniel, dimana mereka hanya terhalang oleh meja.

"Terima kasih" ucap Daniel langsung meraih secangkir teh tersebut dan meminumnya sedikit, kemudian meletakkan kembali di atas meja di sampingnya.

"Kamu berencana melahirkan di mana?" Tanya Daniel.

"Aku ingin melahirkan di sini" jawab Ishana tersenyum saat menatap Daniel.

Daniel bisa melihat mata berbinar dari wanita di hadapannya sekarang, yang membuat dia ikut tersenyum.

Daniel merasakan hatinya masih menggebu. Menggebu dengan penuh rasa sayangnya pada Ishana. Tapi kali ini dia merasakan hal yang sangat berbeda. Rasa sayangnya terbatas, tidak lagi sama seperti saat terakhir kali dia begitu menggebu ingin menikahi Ishana.

"Kak?"

Seruan Ishana membuat Daniel mengerjapkan mata.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Gak biasanya kak Daniel lebih banyak diam?"

Daniel terkekeh, dia kembali meraih secangkir teh di meja dan menyeruputnya dengan pelan.
"Aku hanya terpesona denganmu yang semakin cantik" ucapnya dengan pandangan yang hanya tertuju pada secangkir teh di tangannya.

"Aku tau, pasti terjadi sesuatu..." Ishana menebak.

Hening... Daniel hanya terdiam mengusap cangkir yang masih terasa hangat.

"Bagaimana Zella? Apa dia masih mengganggu kakak?" Tanya Ishana masih menatap Daniel.

Daniel menghela nafasnya.
"Dia sudah tidak menghubungiku lagi"

"Tampaknya kak Daniel tidak senang?"

Daniel kini beralih menatap Ishana.
"Kamu melihatnya seperti itu?"

"Kak Daniel mulai menyukai dia?" Tanya Ishana dengan hati-hati.

Daniel kembali terkekeh.
"Bagaimana bisa aku menyukai wanita seperti itu?"

"Zella cantik. Semua orang mengakuinya. Mustahil kalau kak Daniel tidak suka" ucap Ishana yang membuat raut wajah Daniel berubah menjadi muram.

"Kelakuannya yang tidak cantik. Kalau kelakuan dia baik, suamimu juga pasti menikahinya" ucap Daniel.

"Kak Daniel akan terkejut kalau tau, mas Juna tidak menikahinya bukan karna kelakuannya. Tapi karna mas Juna yang sudah menaruh hatinya untukku sejak awal" ucap Ishana dengan kedua sudut bibirnya yang mengembang.

Daniel kembali terkekeh.
"Percaya dirimu meningkat ya? Sekarang aku percaya, jika seseorang menikah, sifat pasangannya akan menular"

"Tapi aku serius... kalau Zella tidak baik, mas Juna juga tidak akan banyak membantunya..."

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang