45. Sangat Sakit

1.5K 131 35
                                    

Halte semakin terasa sepi, hujan pun masih belum menunjukkan akan reda. Suasana malam semakin mencekam membuat Ishana merasa sedikit takut.

Ishana berbalik menatap ke arah mini market.
'Apa aku pinjam charger saja ya kesana?'

Tapi hujan yang turun semakin deras mengurungkan kembali niatnya.

Ishana hanya bisa menghela nafasnya.

Mata Ishana seketika berbinar saat melihat taksi yang melaju pelan. Dia pun berdiri dan memberhentikan taksi tersebut. Perasaan Ishana lega saat akhirnya taksi itu berhenti tepat di depan halte.

"Ishana!" Suara panggilan yang terdengar familiar di telinga Ishana membuatnya mengurungkan niat untuk membuka pintu taksi.

Ishana menoleh pada sumber suara tersebut, raut wajahnya menampakkan keterkejutan.

Juna berlari kecil menerobos hujan menghampiri Ishana.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanyanya terdengar marah dengan alis mata tertaut.

Ishana menatap sorotan mata Juna. Meskipun seperti ini, sesaat dia merasa aman setelah melihat Juna didepannya.

"Aku terjebak hujan" ucap Ishana.

Juna menghampiri supir taksi.
"Maaf pak, tidak jadi"

Taksi pun berlalu pergi.

Juna menarik lengan Ishana dan mereka berlari kecil untuk masuk ke dalam mobil.

Saat sudah di dalam mobil, Juna memperhatikan Ishana dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Raut wajahnya belum berubah, masih mengerutkan kening dengan tatapan yang tajam.
"Kenapa bisa sampai kesini? Siapa yang kamu temui?"

Ishana sedikit menundukkan pandangannya, kedua tangannya saling menggosok kecil agar sedikit hangat.
"Aku cuma jalan-jalan sebentar"

"Bibi bilang kamu sudah pulang dari sore. Apa yang kamu lakukan sampai larut malam begini?" Nada bicara Juna pun masih terdengar marah.

"Aku cuma pergi ke pasar malam sebentar. Aku gak tau kalau hujannya akan lama" jawab Ishana.

Juna menghela nafasnya, memperhatikan pergerakan Ishana.
"Ponselmu kenapa mati? Setidaknya jangan matikan ponsel" ucapnya mulai merendahkan suara.

"Batrenya habis" jawab Ishana.

Tangan Juna tergerak untuk memasangkan sabuk pengaman di tubuh Ishana.
"Apa kamu bodoh? Pergi ke tempat yang jauh seperti ini tanpa bilang padaku. Apa kamu sudah merasa bisa pergi sendiri kemanapun kamu mau?" Suara Juna terdengar pelan, namun itu begitu menusuk telinga Ishana dan membuat hatinya berdenyut.

Ishana hanya diam menghela nafasnya.

Juna meraih jas yang tersimpan di kursi belakang. Kemudian dia menyelimuti tubuh Ishana dengan jasnya.

Ishana seketika mengangkat kepalanya dan menatap Juna dengan sendu.

Juna kemudian meraih kedua tangan Ishana yang terasa begitu dingin seolah akan membeku.

Juna menggosokkan telapak tangannya dengan telapak tangan Ishana, sesekali dia menghangatkan dengan meniupnya.

Mata Ishana memanas, dia terus menatap Juna dengan perasaan tenang. Rasa hangat yang menjalar di sekujur tubuhnya, membuat air mata tiba-tiba saja berkumpul di bola matanya.

Ishana melihat air menetes di ujung rambut Juna yang melewati wajahnya, Juna sedikit basah kuyup karna air hujan.

Wajah tegas Juna yang fokus menghangatkan tangan Ishana, tentu saja membuat hati Ishana terenyuh.

"Jangan seperti ini lagi. Kemanapun kamu pergi, bilang padaku" Setelah mengucapkan itu, Juna menghentikkan usapan tangannya, kemudian dia menatap Ishana sebentar dan mulai mempersiapkan diri untuk melajukan kembali mobilnya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang