47. Aku Hanya Ingin Rumahku

1.4K 127 46
                                    

"Ishana, apa yang kamu lakukan di meja kerjaku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ishana, apa yang kamu lakukan di meja kerjaku?"

Suara Juna yang berada di belakangnya membuat Ishana mematung sesaat.

Di tengah keheningan, suara langkah sepatu yang semakin mendekat padanya membuat nafas Ishana tercekat.

Perlahan Ishana membalikkan badannya. Tangannya masih memegang erat dokumen yang dari tadi dia baca.

Mata mereka saling bertemu.

Baik Ishana maupun Juna berdiri dengan begitu tegap dan memasang raut wajah yang begitu dingin.

Mata Juna melirik pada apa yang Ishana genggam.

"Apa mas sengaja membayarkan hutang keluargaku, karna mas juga menginginkan lahannya?" Tanya Ishana.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu kemarin? Kalau aku akan mengambil alih lahan itu" jawab Juna begitu datar.

Ishana menarik nafasnya dengan tenang dan memejamkan matanya sejenak.
"Mas sudah merencanakannya sejak lama. Aku tidak bodoh untuk membaca semua yang tertulis disini..." ujarnya.

Juna semakin mendekat pada Ishana.
"Biar aku jelaskan padamu..."

Ishana memukul tubuh bagian dada Juna begitu keras menggunakan dokumen ditangannya.
Alis matanya tertaut, nafasnya mulai memburu.
"Apa yang harus di jelaskan? Semuanya sudah jelas disini!" Ucapnya dengan nada bicara yang mulai meninggi.

Juna hanya menatap wajah Ishana begitu dingin dan tajam.

"Mas mendekatiku seolah menjadi pahlawan membayarkan semua hutang keluargaku... tapi ternyata mas juga yang menginginkan lahan itu!" Ishana kembali memukul tubuh Juna yang masih berdiri tegap itu dengan dokumen di tangannya berkali-kali.

Juna langsung menahan pergelangan tangan Ishana. Rahangnya kini mengeras.
"Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya. Aku akan mengelola ulang lahan itu"

Mereka saling menatap begitu tajam.

"Aku tidak pernah mengijinkannya" ucap Ishana penuh penekanan. Dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Juna.

"Lahan itu milikku Ishana..." ucap Juna dengan penekanan di setiap katanya.

Dengan sekali tarikan Ishana lepas dari genggaman Juna. Dia mulai merobek-robek dokumen tersebut dan melemparkan semuanya tepat di wajah Juna, sampai semua dokumen itu berserakan jatuh ke lantai.

Juna masih diam mematung memperhatikan Ishana begitu dingin.

Mata Ishana memanas dan memerah. Dia menahan amarahnya begitu dalam.
"Sampai kapanpun... aku tidak akan menyerahkan lahan itu pada siapapun" ucapannya begitu tegas dengan nafas yang menggebu.

Juna menarik nafasnya mencoba tenang. Namun tatapannya semakin tajam.
"Aku tidak perlu persetujuanmu. Semuanya... sudah berjalan sesuai rencanaku..."

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang