70. Hadiah Terindah

1.3K 120 16
                                    

"Apa kamu sudah menghubungi keluargamu?" Maryam yang sedang duduk di sofa di ruang rawat Ishana bertanya pada Juna yang baru saja mendudukkan diri di sebelahnya.

Di sana juga ada Wafa dan Lala.

"Sudah. Mereka ingin datang. Tapi aku suruh datang ketika anak-anak bisa di bawa ke kamar ini saja" ucap Juna menjelaskan. Sesekali dia terus melirik ke arah ranjang di mana Ishana masih terbaring begitu terlihat damai.

"Makan dulu mas. Belum makan dari tadi" Wafa memberikan sekotak nasi beserta lauk pauknya.

"Tadi aku sama Wafa beli di kantin. Gak tau mas Juna bakal suka apa nggak" ujar Lala.

Juna menggeser sekotak nasi yang ada di meja itu mendekat padanya.

"Makan yang banyak, biar ada tenaga buat jagain Ishana sama anak-anakmu" Maryam berucap dengan senyumannya.

Dengan pelan Juna mulai melahap makanannya.

*

Hari sudah mulai gelap. Setelah mengantar Maryam, Wafa dan Lala ke pintu depan, Juna kembali mengecek keadaan Ishana. Dia mengusap pelan puncak Ishana lalu mencium keningnya sebentar.

Rasa lelah membuat tubuh Juna terasa sangat berat. Dia berjalan menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana. Juna tidur terlentang, satu lengannya terangkat untuk menutup wajah.

Saat Juna sudah memejamkan mata, nafasnya pun sudah teratur dan akan segera menuju alam mimpinya, namun seketika telinganya mendengar sayup-sayup suara lembut yang memanggil namanya.

"Mas Juna..."

Juna masih merasa dia sedang bermimpi.

"Mas Juna..."

Juna masih terdiam beberapa saat, sampai suara seseorang terbatuk kecil membuatnya terperanjat. Dia langsung mendudukkan diri dan melihat ke arah ranjang.

"Ishana" gumam Juna pelan saat menyadari Ishana telah sadar.

Juna pun bergegas menghampiri Ishana dan langsung menekan tombol di atas ranjang untuk memanggil perawat.

Juna tersenyum menyentuh wajah Ishana.

"Mau minum?" Tanyanya.

Ishana hanya mengangguk pelan.

*

"Istriku makannya banyak sekali hari ini" Juna menyimpan piring yang sudah kosong itu ke meja. Kemudian dia memberikan segelas air putih untuk Ishana.

Ishana menerima dan langsung meneguknya hingga habis.

"Mau ngemil? Atau mau makan apa lagi? Biar aku belikan" tanya Juna dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

"Aku masih kenyang" jawab Ishana.

"Baiklah" Juna menyimpan gelas yang sudah kosong di nakas.

Ishana merebahkan kembali dirinya, dengan posisi ranjang bagian kepala yang naik.
"Kapan aku bisa bertemu mereka?" Tanya Ishana.

"Mungkin besok suster bawa mereka kesini" Juna duduk di kursi sebelah ranjang, dia meraih tangan Ishana dan menciumi punggung tangannya dengan lembut.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang