Langkah Ishana terburu-buru saat memasuki lobi IGD. Perasaannya begitu kalut, dia bahkan tidak bisa tenang barang sedikitpun selama diperjalanan menuju ke rumah sakit tadi.
"Mas Alva!" Ishana melihat Alva sedang berada di meja administrasi.
Alva langsung menoleh pada Ishana.
"Ishana"Nafas Ishana terengah, raut wajahnya penuh kecemasan.
"Di mana mas Juna?""Dia-" ucapan Alva terhenti karna kedatangan seorang perawat yang terburu-buru menghampiri rekan kerjanya, di mana rekan kerjanya itu sedang berhadapan dengan Alva.
Baik Alva maupun Ishana, pandangannya teralih pada perawat tersebut.
"Pasien kecelakaan beruntun di tol, mengalami pendarahan hebat. Buatkan surat pengambilan darah" ucap perawat tersebut.
Mendengar itu, sontak membuat perasaan Ishana semakin tidak tenang.
Alva menyadari perubahan raut wajah Ishana, kedua sudut bibir Ishana semakin turun begitupun dengan sorot matanya yang sendu.
Ishana tak membuang waktu, dia langsung melangkahkan kakinya mencari keberadaan Juna.
"Ishana!" panggil Alva.
Namun Ishana menghiraukannya, kedua matanya terasa mulai memanas, dia melangkah begitu tergesa melihat setiap ranjang pasien yang dia lewati dengan perasaan yang sangat kalut.
Saat Ishana sampai di ujung ruangan, langkahnya terhenti, bahunya terkulai lemas dan genangan air mulai keluar di bola matanya. Dia melihat suaminya sedang duduk di ranjang dengan kaki berselonjor.
"Ishana" Juna menatap Ishana dengan kebingungan.
Juna terlihat baik-baik saja, hanya tangan kirinya yang di perban sedikit.
Ishana mulai merengek.
"Mas Juna..." dia meneteskan air matanya dan melangkah perlahan menghampiri Juna."Kenapa kamu ke sini?" Juna membuka kedua tangannya, agar Ishana bisa memeluknya.
Bukan menjawab, Ishana malah semakin mengeluarkan tangisnya. Dia pun langsung duduk di tepi ranjang dan memeluk Juna dengan erat.
"Sssttt... jangan nangis, malu di lihat orang" Juna berucap lembut, satu tangannya mengusap punggung Ishana dan tangan lainnya mengusap kepala Ishana. Dia berusaha meredakan tangis istrinya.
"Aku takut..." Ishana semakin merengek di pelukan Juna, air matanya begitu deras membasahi wajahnya. Bahkan kini kemeja yang Juna pakai, di bagian dadanya sudah basah oleh air mata Ishana.
"Kenapa? Sssttt... sudah, berhenti menangis" Juna masih berusaha menenangkan Ishana.
"Aku takut mas Juna kenapa-napa" isak tangis Ishana semakin terdengar pilu.
"Aku baik-baik saja. Tadi cuma keserempet motor di parkiran restoran. Siapa yang memberitaumu aku di sini?"
"Saya" Alva datang dengan senyuman di wajahnya, kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana.
Juna mengarahkan tatapan tajam pada Alva.
"Apa kamu mengabari Ishana dengan melebih-lebihkan kata, hah?"Alva hanya tertawa kecil.
Ishana sontak menjauh dari tubuh Juna, lalu dia melayangkan pukulan kecil pada lengan Alva.
"Mas Alva, ini gak lucu!"Alva memegang lengannya yang tak terasa sakit sama sekali dan kembali terkekeh.
"Tapi wajah panik kamu lucu Ishana""Jahat" Ishana kembali merengek, dia merasa malu sekarang, air matanya juga kembali berjatuhan.
Juna menarik lengan Ishana dan kembali memeluknya.
"Kenapa bersikap ketus kalau masih peduli padaku" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
FanfictionJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...