12. Tidak Lebih Dari Seorang Kakak

1.3K 99 8
                                    

Juna berada di rumah Ishana, dia sedang memandangi semua foto yang terpajang di dinding dan meja. Tangannya tergerak meraih 1 bingkai foto Ishana bersama kedua orangtuanya.

"Aku sudah selesai" ucap Ishana yang sudah berganti pakaian dan membawa tas yang berisi keperluan bi Maryam.

Juna menyimpan kembali bingkai foto itu dan menghampiri Ishana.

"Biar Saya bantu" ucap Juna hendak meraih tas tersebut.

Namun Ishana menjauhkan tasnya.
"Saya bisa sendiri"

Juna mendengus. Dia merebut dengan paksa tas itu.
"Saya tidak suka di tolak" dia pun berjalan menuju ke luar rumah mendahului Ishana yang mematung dan menghela nafasnya.

Akhirnya Ishana pun menyusul Juna dan mengunci pintu terlebih dulu.

Sepanjang mereka berjalan menuju dimana mobil Juna terparkir, Ishana berada di belakang memandang punggung Juna.

Ishana merenung.

Pria di depannya ini, ingin menikahinya.

Pria tinggi dengan suara baritdonnya, bahunya yang lebar, wanginya yang sangat maskulin, pakaiannya yang selalu terlihat bersih dan mahal. Kenapa pria ini mau bersama gadis biasa seperti dirinya?

Juna melirik dengan ekor matanya ke belakang, dia tersenyum. Melihat Ishana mengikutinya, seperti melihat Seol yang juga selalu mengikuti Juna.

Saat sampai di mobilnya, Juna menyimpan tas di kursi belakang. Kemudian dia membukakan pintu depan untuk Ishana.

"Masuklah..." ucap Juna mempersilahkan.

"Terima kasih" ucap Ishana.

Juna memperhatikan Ishana dengan hati-hati, tangannya berada di atas kepala Ishana memastikan agar tidak terbentur saat masuk ke mobil.

Setelah menutup kembali pintu mobil, Juna memutar dan masuk ke kursi kemudi.

Juna memakai sabuk pengamannya dan melihat ke arah Ishana yang sudah memakai sabuk pengamannya juga.

Ishana terlihat tegang.

"Kita akan ke rumah sakit, bukan ke rumah hantu. Jangan tegang" ucap Juna sebelum akhirnya melajukan mobilnya.

Ishana mengatur nafasnya dan kemudian mengembungkan pipinya mencoba menyamankan diri. Dia melihat ke luar jendela.
Bagaimana bisa dia tidak tegang, duduk berduaan di dalam mobil yang sunyi seperti ini dengan pria yang masih dia segani.

Ishana perlahan mengalihkan pandangannya pada Juna, pria itu tengah fokus mengemudi.

"Nanti... tolong jangan bicara apa-apa dulu pada bibi" ucap Ishana.

Juna melirik Ishana sebentar kemudian kembali fokus pada jalan di depannya.
"Iya"

_____

Juna dan Ishana masuk ke dalam ruang rawat bi Maryam. Terlihat jika bi Maryam sedang istirahat di temani Lala di sampingnya.

"Loh ada Juna" ujar bi Maryam sedikit terkejut melihat Juna yang hadir bersama Ishana.

"Gimana keadaannya sekarang bi?" Tanya Juna sembari menyimpan keranjang buah di nakas.

Lala pun hanya melongo dan bertanya-tanya kenapa bisa Ishana datang bersama pria itu.

"Yaaah seperti ini. Di bilang sudah baikan juga kepala bibi masih sakit" jawab bi Maryam dengan senyumnya.
"Gimana kabar kamu?"

"Saya masih tampan seperti biasa" ucap Juna membuat bibi terkekeh.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang