20. Tidak Semanis Bibirnya ❤️‍🔥

1.6K 90 5
                                    

Saat Ishana membuka pintu, tidak ada siapapun di luar sana. Dia perlahan kembali menutupnya dan melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa ruang tengah.

Ishana meraih dan menghidupkan kembali ponselnya yang ternyata dalam keadaan mati.

Ishana mengernyit. Ponselnya tidak habis batre.

Ada pesan masuk dari Daniel.

Daniel akan menemui Ishana lagi nanti.

Sebelumnya Daniel dan Ishana sepakat akan bertemu karna Daniel ingin memberitahukan sesuatu. Tapi karna Juna yang terus berkeliaran di sekitarnya, Ishana terus mengulur waktu.

Dalam heningnya, tiba-tiba Ishana merasakan perutnya sangat sakit dan panas seperti tertusuk-tusuk jarum.

Ishana berpikir ini karna dia telat datang bulan.

Biasanya Ishana jarang sekali merasakan sakit perut. Hal itu hanya terjadi beberapa kali saja ketika dirinya sedang stres, siklus datang bulannya pun akan terlambat dan sangat menyakitkan.

Ishana meremas perutnya dengan mata terpejam, dia menggulingkan dirinya di sofa.

Ishana terus meringis dengan menggigit bibirnya.

"Ishana... kenapa?" Juna datang menghampiri Ishana dengan raut wajah cemas.

"Perutku sakit" jawab Ishana meringis.

Juna langsung mengangkat tubuh Ishana dan membawanya ke kamar lagi.

Ishana hanya terdiam masih menahan rasa sakitnya.

Juna membaringkan Ishana di ranjangnya dan Ishana kembali meringkuk dengan tangan meremas perutnya.

"Mau ke dokter?" Juna dengan cemas ikut menyentuh perut Ishana yang terhalang oleh punggung tangan Ishana.

Ishana menggelengkan kepalanya.
"Ini cuma karna menstruasi"

"Ada obatnya?" Tanya Juna.

Ishana kembali menggelengkan kepala.
"Berhenti bertanya"

Juna melihat ke sekitarnya, kemudian dia pergi ke luar.

Juna meraih ponselnya. Tangannya sibuk mengetik sesuatu di internet sembari berjalan kembali ke kamar.

"Disini tertulis, harus di kompres air hangat" gumam Juna yang terdengar oleh Ishana.

Ishana yang semula memejamkan matanya, kini membuka mata dan menatap Juna yang sedang berdiri di dekatnya.

"Apa ada alat kompres?" Juna menatap Ishana dan duduk di tepi ranjang.

Perlahan Ishana mendudukkan diri, walaupun perutnya masih terasa kram, tapi sudah membaik daripada sebelumnya.

"Sudah membaik?" Tanya Juna lagi.

"Sudah..." jawab Ishana pelan.

Juna menghela nafasnya. Dia menatap raut wajah Ishana yang pucat. Matanya juga tertuju pada bercak merah di leher Ishana.

"Kenapa kamu keluar begitu aja? Kamu gak lihat penampilan kamu kaya gimana sekarang? Apa kamu mau pamer sama kakak kamu itu?" Ucap Juna dengan nada sepelan mungkin.

Ishana masih dengan kening yang mengkerut menatap ke arah lain dengan diam.

"Lihat umurmu sekarang... kamu sudah 25 tahun..." ujar Juna.

Ishana semakin meremas perutnya yang masih terasa kram.

"Jangan kaya anak kecil. Kamu sudah tau, semua yang aku lakukan tadi itu ada bekasnya... kamu mau memperlihatkannya di depan pria itu?" Lanjut Juna berucap dengan nada marahnya yang di pelankan.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang