24. Seperti Anak Kecil

1.3K 86 5
                                    

Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar telah mengusik Ishana yang terlelap dan memaksanya untuk membuka mata.

Ishana merasakan matanya terasa sangat berat.

Saat mencoba bergerak, Ishana mendapati seluruh badannya nyeri. Bagian bawahnya terasa sangat perih. Dia merasa seolah ada jarum yang menusuk-nusuk bagian pinggang hingga atas pahanya.

Ishana menyadari dirinya tidak memakai sehelai kainpun di tubuhnya, selain selimut yang menutupinya.

Juna berada di dekat lemari ruang ganti untuk berpakaian.

Juna melihat ke cermin, punggungnya begitu banyak bekas cakaran yang di buat oleh Ishana. Begitupun di beberapa bagian lengannya.
Bercak biru karna lebam pun ada di bagian pelipis hingga dekat bibir Juna, karna Ishana yang terus memukulnya.

Juna menghela nafasnya, dia meraih kemeja dan memakainya. Saat sedang menggulung bagian lengannya hingga sikut, matanya tertuju pada ranjang. Disana Ishana sedang berusaha untuk duduk dengan raut wajah menahan kesakitan.

Juna melangkahkan kakinya mendekati Ishana.
"Mau ke kamar mandi?"

Dengan dahi yang mengkerut, Ishana menatap Juna sekilas begitu sinis.

Juna hendak menyentuh wajah Ishana, namun Ishana menghindar dengan cepat.

Juna langsung mengarahkan kedua tangannya untuk mengangkat tubuh Ishana bersamaan dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Ishana sontak mengalungkan lengannya di pundak Juna dan meringis kesakitan, rasa ngilunya semakin menjadi dan bagian bawahnya semakin perih karna pergerakan yang tiba-tiba.

"Kalau semalam kamu diam. Gak akan kesakitan seperti ini" ucap Juna.

Ingin rasanya Ishana berdebat, tapi seluruh badannya sangat tidak nyaman dan terasa sakit. Dia hanya bisa menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakitnya.

"Makanlah yang benar. Tubuhmu kurus. Pinggangmu seperti akan patah" ucap Juna setelah tiba di kamar mandinya.

"Kalau begitu, jangan pedulikan aku, dan jangan lihat tubuhku" geram Ishana pelan.

Juna menurunkan Ishana di dalam bathtub.
"Itu bukan terlihat, tapi aku merasakannya"
Dia hendak membuka selimut di tubuh Ishana, namun Ishana menahannya.

"Aku bisa sendiri" ucap Ishana tanpa melihat Juna, masih dengan raut wajah kesal.

Juna mensejajarkan dirinya dengan Ishana yang duduk di bathtub, dia menatap lekat wajah Ishana. Dia juga melihat seluruh tanda ciumannya yang terukir di beberapa titik tubuh Ishana.

Suasana begitu hening dalam waktu yang cukup lama.

Ishana membuang pandangannya dan menggenggam erat selimut di bagian dadanya. Dengan Juna yang terus menatap wajah Ishana, seolah menunggu istrinya itu berucap dan melihat ke arahnya.

Juna melihat Ishana yang tiba-tiba meneteskan airmatanya.
"Kalau mau marah, marah aja. Jangan diam seperti ini" ucapnya.

"Aku membencimu" ucap Ishana dengan suara gemetar, masih membuang pandangannya.

"Benci aku sesukamu. Kamu berhak. Tapi jangan lupa... kalau aku suamimu"

Ishana semakin menangis dalam diam.

"Berhenti menangis" titah Juna.

"Aku nangis karna ini sakit!" Akhirnya Ishana berteriak menatap Juna.

Juna menatap kedua manik mata Ishana yang sembab berderai air mata.

Ishana kembali membuang pandangannya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang