49. Berharap Seperti Semula

1.2K 106 34
                                    

Setelah 2 hari berada di rumah sakit, Ishana kembali ke rumah.

Ishana sedang duduk bersandar di ranjang, dengan menyelimuti kakinya. Tangannya memegang sebuah foto hasil USG di pemeriksaan kehamilannya kemarin.

Saat ini usia kandungannya baru 7 minggu.

Meskipun Ishana tidak mengalami mual seperti saat kehamilan pertamanya, namun akhir-akhir ini dia merasa lebih gampang menangis dari biasanya. Dokter mengatakan itu hal wajar karna perubahan hormon.

Perasaan Ishana juga sangat senang saat dokter mengatakan jika kemungkinan kehamilannya kembar. Dokter memberitahu, hasilnya bisa dipastikan dengan jelas saat usia kandungan Ishana sudah menginjak 10 minggu nanti.

Kebahagiaan begitu menyelimuti Ishana semenjak dia kembali mengandung. Namun dia tidak mengekspresikannya pada siapapun secara berlebihan, termasuk di hadapan Juna.

Suara langkah kaki memasuki kamar, membuat Ishana menoleh sebentar.

Juna datang membawakan segelas air putih untuk Ishana, dia menaruhnya terlebih dulu di nakas. Kemudian Juna mendudukkan dirinya di sisi ranjang menghadap Ishana.

Tangan Juna terangkat hendak menyentuh perut Ishana, namun Ishana menahan dan menghempaskan tangan Juna menjauh darinya.

Tentu saja Juna terkejut dengan sikap Ishana. Dia mengira Ishana akan kembali bersikap lembut padanya setelah pulang ke rumah.

Namun nyatanya Juna salah.

"Kamu masih marah?" Tanya Juna menatap Ishana dengan dahi mengerut.

Ishana menatap Juna dengan matanya yang terlihat lelah.
"Apa yang mas harapkan? Setelah apa yang mas lakukan padaku kemarin, mas berharap apa?" Tatapannya begitu sendu.

Mata mereka saling menatap seolah sedang berbicara.

Juna menundukkan pandangannya dan menelan air liurnya yang terasa pahit. Dia menghela nafasnya untuk mengatur emosinya.

Lalu Juna kembali menatap Ishana dengan raut wajah melembut dari sebelumnya.
"Mau makan sesuatu? Akan aku ambilkan" Juna berucap begitu penuh kelembutan.

Ishana memalingkan wajahnya.
"Tidak usah" tangannya mulai merapihkan kembali foto USG nya ke dalam amplop kecil.

Juna memperhatikan pergerakan Ishana.
"Aku minta maaf..." ucapnya begitu lirih.

Ishana menghela nafasnya. Dia menaruh amplop kecil itu di sampingnya.
"Apa dengan terus meminta maaf, mas pikir aku akan merubah sikapku?" suaranya yang lembut begitu menusuk lubuk hati Juna.

"Lalu kamu mau aku seperti apa sekarang? Aku sudah menurutimu menghentikan semuanya" ucap Juna terdengar tulus.

Ishana meneliti sorot mata Juna.

"Kalau kamu seperti ini, bagaimana bisa aku ikut menjaga kandunganmu? Kamu tidak lupa apa yang dokter bilang?" Juna berucap dengan raut wajah yang penuh kecemasan.

Sedangkan Ishana semakin menatap Juna begitu tajam.
"Apa mas juga tidak lupa? Siapa yang membuat aku masuk rumah sakit?"

"Itu karna kamu keras kepala Ishana" ucap Juna.

"Mas!" Ishana menyanggah dengan alis mata tertaut dan matanya yang mulai memanas, kedua tangannya juga mengepal meremas ujung selimut.

Juna menghela nafas dan membuang pandangannya sembarang.

"Apa mas sama sekali tidak merasa bersalah? Aku hampir keguguran lagi..." ucap Ishana dengan nafas menggebu dan menekankan setiap katanya.

Juna kembali menatap Ishana.
"Justru itu aku minta maaf Ishana... aku tidak tau kalau kamu sedang hamil" ucapnya dengan rahang mengeras mencoba menahan emosinya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang