55. Rindu Yang Menyakitkan

1.1K 125 46
                                    

Di rumah Daniel di bagian dapur, di sibukkan dengan suara bising wajan yang beradu dengan alas kompor.

Di sana ada Hani yaitu Ibu Daniel yang sedang memasak. Namun nyatanya dia tidak sendiri sekarang.

"Yang ini motongnya bagaimana?" Zella sedang memegang pisau dan bawang bombai.

Hani tersenyum dan meraih bawang bombai dari tangan Zella.

"Begini" Hani mencontohkan bagaimana caranya mengupas bawang terlebih dulu, kemudian memotongnya dengan hati-hati.

"Oh harus di kupas dulu" Zella mengangguk paham.

Hani terkekeh.

Zella mengambil alih bawangnya lagi kemudian mulai belajar memotongnya pelan-pelan, sesuai dengan yang di contohkan Hani.

Sudah lama Zella sering datang ke rumah Daniel. Meskipun berkali-kali dia di usir oleh Daniel, tapi Zella begitu keras kepala mengunjunginya terus menerus.

"Daniel kok telat pulangnya ya tante? Tumben banget" ucap Zella.

"Pasti ada lembur mendadak biasanya. Bentar lagi juga pulang" jawab Hani yang kembali di sibukkan dengan masakannya.

Hani semakin terbiasa di ganggu oleh Zella ketika sedang memasak.

Meskipun awalnya Hani merasa risih, karna Zella sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Tapi niat Zella yang selalu ingin membantunya membuat Hani luluh begitu saja.

Hani tidak tau maksud dan tujuan Zella yang mengejar Daniel. Tapi setidaknya dia tidak perlu khawatir, karna Daniel sekarang sudah jarang murung. Sebelumnya sejak di tinggalkan Ishana menikah, Daniel selalu menyibukkan dirinya sendiri dan terlalu sering berdiam sendirian.

Awalnya Hani sedikit terkejut ketika mengetahui umur Zella lebih tua 1 tahun dari Daniel, dia juga ternyata anak dari salah satu pengusaha terkenal. Hani tentu saja terheran bagaimana bisa Zella betah berlama-lama di desa seperti ini, jika di lihat dari penampilannya yang selalu mewah dengan barang-barang bermereknya.

"Daniel selalu bersikap kasar padamu. Tapi kenapa kamu semakin nekat?" Tanya Hani.

"Tante... Daniel itu tipe aku. Nanti dia juga pasti mau, bosen dong marah-marah mulu" ujar Zella tersenyum lebar.

Hani hanya tersenyum dan menghela nafasnya.
"Kamu cantik. Masa di Jakarta tidak ada pria yang membuatmu suka?"

Zella hanya menjawab dengan tersenyum.
"Bagaimana hasil potonganku?" Tanyanya menunjukkan bawang bombai yang sudah dia potong.

Hani menatap potongan itu dengan mengangkat kedua alis matanya dan tersenyum kikuk. Potongan bawang itu sungguh berantakan dan asal.
"Kamu benar-benar tidak pernah menyentuh pisau?"

"Ini cukup sulit" ujar Zella terkekeh. Kemudian dia juga menatap hasil potongan bawangnya.
'Ini hasil karyaku. Lumayan. Ibuku pasti bangga kalau tau aku bisa memotong bawang' ucapnya dalam batin seraya tersenyum senang.

*

Karna sudah terlalu membuatnya risih, akhirnya Daniel mengajak Zella untuk berbicara serius.

Dan disinilah mereka sekarang, di kursi halaman depan.

"Mau sampai kapan?" Tanya Daniel dengan alis mata tertaut, sorotan matanya begitu tajam pada Zella.

Zella menekukkan raut wajahnya.
"Emang beneran gak mau? Kenapa?"

Daniel semakin mengernyit.
"Kamu tanya kenapa? Apa kamu memang selalu kekanakkan seperti ini?"

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang