31. Berlarut Dalam Kesedihan

1.3K 93 13
                                    

Setelah bertanya pada bi Narta dan mengetahui jika buku-bukunya berada di gudang, Ishana langsung bergerak sendiri membawa buku-buku itu pulang bersama ke kamarnya.

Selain ingin menyimpannya di kamar, Ishana juga mencari foto hasil USG kehamilannya yang dia selipkan di salah satu buku disana.

Ishana mulai mencari-cari foto itu di semua bukunya. Dia memeriksa halaman demi halaman. Tapi nihil, foto USG nya tidak ada.

"Cari apa?" Pintu kamar yang tidak di tutup membuat Juna bisa masuk tanpa mengetuk.

Ishana menolehkan dirinya pada Juna, dia melihat Juna melangkah mendekat padanya.

Juna tepat berdiri di hadapan Ishana.
"Cari ini?" Juna menunjukkan foto USG yang dia cari-cari.

"Kembalikan" ucap Ishana dengan dingin.

Juna meneliti foto hasil USG kehamilan Ishana di tangannya.
"Buat apa?" Tanyanya kembali menatap Ishana.

"Itu milikku" ucap Ishana. Dia menelan air liurnya dengan pahit.

Juna menghela nafasnya.
"Akan aku berikan... tapi berhenti mendiamkanku"

Ishana tidak menjawab. Dia mendudukkan dirinya di tepi ranjang dan membuang pandangannya sembarang.

Juna menarik nafasnya. Dia berlutut di hadapan Ishana dan menaruh kedua tangannya di atas paha Ishana.

"Aku suamimu..." ucap Juna memperhatikan foto USG di tangannya.
"Kenapa foto ini hanya milikmu?"

Nafas Ishana tercekat, matanya mulai memanas. Dia tersenyum getir tanpa mau melihat ke arah Juna.
"Suami? Apa seorang suami bisa mempunyai tunangan lagi?"

Ucapan Ishana membuat Juna terkejut. Dahinya mengerut.
"Apa maksudmu?"

Ishana kemudian menatap Juna dan memasang kembali wajah datarnya.
"Semua orang tau mas Juna datang ke acara amal di Jakarta itu bersama seorang tunangan"

Hawa dingin Juna rasakan di sekitarnya. Tatapannya menjadi kaku hanya tertuju pada mata Ishana.
"Siapa yang mengatakannya?"

"Siapapun... gak penting. Itu benar kan?" Suara lembut Ishana menusuk ditelinga Juna.

Juna membuang nafasnya dan tatapannya tertunduk.

Hening beberapa saat. Ishana bisa melihat Juna seolah akan mencari alasan untuk bicara padanya lagi.

Juna meraih tangan Ishana, menggenggamnya dengan gelisah.

Mata mereka kembali bertemu.

"Ishana... percaya padaku. Wanita itu bukan siapa-siapa. Aku akan menjelaskannya"

"Tidak usah" Ishana dengan cepat menyangkal ucapan Juna.

"Keluargaku yang di sana memang tidak waras, mereka ingin aku bertunangan dengan wanita itu. Tapi aku bersumpah, hanya kamu satu-satunya wanitaku..."

Ishana hanya diam membaca arti tatapan Juna padanya.

"Kamu bisa tanya Alva. Aku dan wanita itu tidak ada hubungan apa-apa selain rumor belaka karna campur tangan keluarga. Aku tidak bisa mengelak karna kami masih mempunyai bisnis bersama yang harus dijalankan. Tapi aku benar-benar sedang mencoba melepaskan rumor itu" jelas Juna.

Juna menghela nafas dan terus mengelus jari-jemari Ishana.
"Aku akan membawamu sebagai istriku nanti pada mereka. Pegang janjiku. Berikan aku sedikit waktu..."

Untuk saat ini, Ishana akan mempercayai apapun yang keluar dari mulut suaminya. Soal janji itu, Ishana akan memegangnya erat-erat.
Tapi dia juga tidak mau menjadi wanita bodoh. Ishana akan tetap berhati-hati dan tidak mau masuk terlalu dalam pada perasaan yang belum pasti.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang