30. Perasaan Yang Tak Terbaca

1.5K 106 12
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, perasaan Juna tidak karuan semenjak bi Narta mengatakan jika Ishana sedang hamil.

Melihat Ishana yang berderai air mata dalam heningnya, membuat hati Juna berdenyut. Tapi Juna dan perasaannya masih mencoba mencerna kabar yang baru saja dia dengar.
Mulutnya bahkan kelu untuk sekedar mencoba menenangkan Ishana.

Dalam fokusnya melihat ke arah jalanan, sesekali tangan Juna mengelus Ishana di bagian perutnya yang terhalang oleh tangan Ishana karna terus meremas perutnya menahan sakit.

Hanya itu yang bisa Juna lakukan.

*

Setelah sampai di rumah sakit, Ishana langsung mendapat pertolongan dengan cepat dari para dokter dan perawat.

Juna pun di arahkan untuk mengurus semua administrasi perawatan.

Setelah selesai semuanya, Juna masih menunggu Ishana yang sedang di tangani sebelum pindah ruangan. Selagi itu, dia menghubungi bi Maryam dan mengabari keadaan Ishana.

Jujur saja, Juna sedikit merasakan trauma dengan suasana ruang tindakan di rumah sakit. Dia selalu teringat dengan orangtuanya yang mengalami kecelakaan. Maka dari itu, Juna memilih untuk menunggu di luar ruangan.

Pandangan Juna terus tertuju pada pintu ruangan dimana Ishana ada di dalamnya. Dia sangat mengkhawatirkan Ishana dan juga kandungannya, tapi nyalinya begitu ciut hanya untuk berada di ruangan itu menemani Ishana.

Sampai akhirnya seorang perawat keluar dari ruangan. Juna pun bergegas berdiri dari duduknya.

"Pasien sudah bisa di bawa ke kamar inap. Setelah pemeriksaan selesai, dokter akan ke ruangan untuk menjelaskan" jelas perawat itu pada Juna.

Terlihat perawat lain mendorong ranjang dengan Ishana terbaring disana.

Perasaan Juna sedikit lega melihat Ishana yang tertidur dengan damai, pakaiannya sudah berganti mengenakan setelan baju pasien.

Mereka bersama menuju ke kamar inap yang akan di tempati Ishana.

*

Ishana sudah terbaring nyaman.

Juna duduk di kursi sebelah ranjang. Sedari tadi pun dia terus mengenggam tangan Ishana yang terasa dingin.

Sesekali Juna menciumi telapak tangan Ishana untuk menenangkan dirinya sendiri dari rasa khawatirnya.

Sampai Juna mendapati tangan Ishana yang bergerak, kemudian dia melihat Ishana mulai mengerjap membuka matanya.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara seseorang yang masuk ke ruangan.

"Ishana" itu seruan dari bi Maryam. Beliau langsung menghampiri Ishana dengan raut wajah begitu cemas.

Juna dengan sigap berdiri dari duduknya. Mempersilahkan bi Maryam untuk berada di sisi Ishana.

Bi Maryam langsung duduk di tepi ranjang.
Tangannya begitu lembut membelai kepala hingga wajah Ishana.
"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" Tanyanya pada Juna.

"Dokter belum datang" jawab Juna. Dia melihat raut wajah Ishana yang datar tanpa ekspresi apapun.

Tepat saat itu, Dokter masuk ke kamar dengan beberapa perawat di belakangnya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang