62. Malam Panas ❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

2.3K 114 15
                                    

"Aku merindukanmu" suara Ishana begitu terdengar lembut.

Seolah mendapat hadiah yang sangat istimewa, hati Juna bergejolak seperti merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Juna bahkan tidak tau harus mengatakan apa sekarang, dia merasakan sensasi seperti kupu-kupu tengah berterbangan di dalam perutnya.

Juna tersenyum seraya semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Ishana.
"Aku lebih merindukanmu" ucapnya dengan suara rendah.

Kedua tangan Juna mengukung di sisi kepala Ishana, kemudian perlahan satu tangannya tergerak mengusap puncak kepala Ishana.

Bibir mereka kembali saling tertaut, saling mengecup dan menyesap begitu rakus dan menuntut. Juna juga memainkan lidahnya dan terus menyicip bibir merah Ishana seperti sedang memakan es krim. Sangat manis.

Kedua tangan Ishana menahan pinggang Juna agar tidak terlalu menindihnya.

Kamar yang beberapa bulan ini terasa sangat sepi, kini di penuhi suara decakan ciuman yang terdengar begitu nyaring.

Merasa Ishana kehabisan nafas, Juna pun menurunkan ciumannya ke dagu hingga leher Ishana.

Ishana mendongakkan kepalanya, yang otomatis membuat dadanya membusung saat merasakan sensasi yang Juna berikan.

Mata Ishana masih terpejam, kedua tangannya masih berada di pinggang Juna.

Meski terhalang oleh perut buncit Ishana, itu sama sekali tidak membatasi pergerakan Juna untuk terus menciumi leher Ishana hingga memberikan tanda kemerahan di sana.

Ishana hanya menautkan alis matanya seraya menggigit bibirnya. Tangannya pun semakin meremas pinggang Juna.

Juna menghentikan ciumannya, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ishana seraya mengatur nafasnya yang memburu.

Ishana membuka matanya, dia bisa merasakan deru nafas Juna yang begitu panas di lehernya hingga membuat tubuhnya merinding.

Juna seketika menarik satu tangan Ishana dari pinggangnya, kemudian mengarahkannya ke arah alat vitalnya yang masih tertutup oleh celana.

Sontak Ishana terkejut dan ingin menarik tangannya, namun tenaga Juna lebih kuat, membuat Ishana tak bisa berkutik. Juna menuntun tangan Ishana untuk mengusap pelan alat vitalnya dari luar celana.

"Mas..." nafas Ishana begitu terengah.

"Sebentar" bisik Juna tepat di telinga Ishana, suaranya begitu rendah membuat bulu kuduk Ishana berdiri.

Juna terus menuntun Ishana mengusap alat vitalnya dengan pelan dan penuh kelembutan.

Terdengar erangan yang tertahan dari Juna. Membuat Ishana merasa jantungnya berdegup lebih cepat.

Ishana bisa merasakan alat vital Juna semakin menegang saat dia terus mengusapnya.

"Aku tidak bisa menahannya lagi" suara Juna terdengar berat. Dia kembali menciumi leher Ishana.

Juna melepas tangan Ishana, dan tangannya kini mencoba menyingkap dress Ishana hingga pinggang. Kedua kaki Ishana pun sedikit menekuk, membuat seluruh kaki jenjangnya yang sangat putih terlihat jelas.

Setelah puas menciumi leher Ishana, Juna berdiri dengan lututnya. Dia menuntun Ishana agar duduk.

Juna meraih dagu Ishana dan kembali menautkan bibir mereka. Decakan ciuman kembali terdengar, bersamaan dengan ciuman mereka yang semakin menuntut begitu penuh nafsu.

Sembari itu, tangan Juna tidak diam. Dia meraba punggung Ishana dan membuka resleting dressnya. Setelah terbuka sempurna, Juna tergerak untuk menurunkan dressnya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang