Ishana menoleh pada Suri yang tertidur begitu pulas tak jauh darinya. Dia juga melirik pada para penjaga di depannya yang duduk di karpet begitu fokus pada tontonan film mereka.
Dengan sangat pelan, Ishana mulai bergerak tanpa menimbulkan suara. Dia berdiri dan melangkah melewati pinggiran sofa dengan sangat hati-hati.
Ishana terus melangkah dengan berjinjit saat menuju ke pintu belakang dekat dapur, sambil sesekali melirik ke area ruang televisi. Ishana sangat berusaha agar dia tidak menimbulkan suara sedikitpun.
Terlihat ada sepasang sandal yang tergeletak di dekat pintu. Ishana langsung meraih dan menjinjingnya.
Sampai akhirnya Ishana kini sudah berhasil keluar dari pintu belakang. Dia melangkah cepat menuju gerbang, sambil sesekali menengok ke belakangnya.
Saat sudah di depan gerbang, Ishana menghembuskan nafas kecewanya.
'Kok di kunci. Kapan mereka nguncinya?' Batinnya bertanya saat melihat pintu gerbang yang kecil terpasang gembok.Ishana berpikir sejenak, kemudian dia melangkah menuju pos satpam.
Saat meneliti setiap sudut ruangan, mata Ishana seketika berbinar saat melihat di dekat pitu ada kunci menggantung.
Ishana pun segera meraihnya dan kembali menuju pintu gerbang. Dia langsung membuka kunci dengan segera dan masih sangat hati-hati.
Setelah berhasil terbuka, Ishana mebuang kuncinya sembarang ke arah pos satpam, kemudian membuka gerbang dengan pelan tanpa suara yang mengganggu.
Ishana berhasil keluar dan bergegas memakai sandalnya, kemudian dia menengok ke kanan dan kirinya sembari berjalan dengan cepat ke tempat yang lebih tersembunyi.
'Aku harus temukan taksi' ucap batinnya dengan gelisah.*
Setelah berjalan sebentar, Ishana melihat ada taksi lewat. Dia pun langsung memberhentikan taksi tersebut.
Ishana tersenyum saat taksi itu berhenti di depannya. Dia menoleh ke kanan dan kirinya sebelum masuk ke dalam taksi.
Supir taksi itu tersenyum ramah pada Ishana.
"Selamat siang bu. Mau Saya antar kemana?"Ishana mengatur nafasnya terlebih dulu.
"Pak, Saya harus segera pergi ke Bandung. Apa bapak mau antar Saya?" Tanyanya penuh harap.Supir itu terlihat berpikir.
"Waduh, jauh juga ya bu"Ishana membuka gelang di tangannya dan menyerahkannya di depan supir taksi.
"Saya cuma punya ini pak. Harganya mungkin sekitar 10 juta ke atas, Saya lupa. Itu pemberian suami Saya. Apa bapak mau antar Saya? Saya benar-benar harus sampai di Bandung hari ini pak"Supir taksi itu mengernyit saat menerima gelang tersebut. Dia memperhatikan setiap bagian gelang itu dengan teliti.
'Ini asli' batin supir itu."Bu, apa ini gak kemahalan? Memang ibu gak bawa uang?" Supir itu berucap dengan rasa ragu karna mendengar harga gelang yang menurutnya mahal, bisa lebih dari harga sewa mobil.
"Ini mendesak. Saya gak pegang uang sama sekali. Tolong Saya ya pak. Nanti di Bandung juga antar Saya ke beberapa tempat dulu" ujar Ishana dengan memohon.
Supir taksi itu berpikir sejenak dan menimbang-nimbang.
"Pak... Saya sedang hamil. Dan suami Saya kurung Saya di rumah. Saya harus segera pergi ke Bandung hari ini. Kalau tidak, suami Saya bakal lebih mengurung Saya nantinya" ucap Ishana menjelaskan dengan raut wajah yang sendu.
Supir taksi tersebut sedikit terkejut saat mendengarnya.
"Baiklah bu, Saya antar ya" ucap supir taksi itu akhirnya.Ishana bernafas lega dan tersenyum senang.
"Terima kasih banyak ya pak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
FanfictionJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...